Lanjutnya, EBT yang dimiliki oleh UAE berupa energi tenaga matahari dengan kapasitas 150 megawatt (MW) dan 200 MW. Yang lebih mengejutkan, harga listrik dari pemanfaatan EBT tersebut 5-6 kali lebih murah dibanding yang dijual Indonesia. Mantan bos PT KAI ini merasa heran, sebagai salah satu negara dengan produksi minyak terbesar yakni 3 juta barel per hari dan konsumsi hanya 150.000 bph, UEA mampu menciptakan harga listrik yang efisien.
‘’Tenaga matahari 150 MW, harga berapa? 2,99 sen per kilowatt hour (kWh). Kedua 200 MW, itu harganya 2,42 sen per kWh. Kalau anda bikinya 1 MW, 0,5 MW, 0,3 MW ya nggak bisa segitu, tapi tidak bisa juga harganya 14-18 sen, sepakat ya,’’ jelas dia.
Bahkan, UEA menargetkan menciptakan listrik dari EBT dengan kapasitas sebesar 5.000 MW. Besarnya kapasitas tersebut, membuat mereka bisa menjual listrik kepada masyarakat sebesar 2,25 sen per kWh. Melihat pernyataan itu, Jonan berencana akan mengirim tim ke UEA untuk melakukan pemantauan terhadap harga jual listrik yang lebih efisien. Nantinya, pihaknya akan segera mencari formula agar harga listrik dari EBT bisa semurah di EUA.
"Saya mau kirim tim, PLN nanti diajak untuk lihat di sana kenapa harganya bisa sekompetitif itu? Ini adalah negara dengan produksi 3 juta barel per hari. Itu saja mencari persaingan dengan minyak. Jadi saya mendorong keadilan harga. Saya nanti cari formula. Oh di sini tanahnya bayar dan segala macam. Karena itu investment cost yang besar," pungkasnya.(cr14)