PASIR PENGARAIAN (CAKAPLAH) - Berbagai insiden mewarnai pelaksanaan Pemilu Serentak tahun 2019 ini. Panjangnya rangkaian pelaksanaan pemilu menyebabkan banyak petugas Ad Hoc yang jatuh sakit akibat kelelahan hingga ada yang meninggal dunia saat menjalankan tugas.
Di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, seorang PPS mengalami kecelakaan lalu lintas dan seorang KPPS mengalami keguguran karena kelelahan setelah menjalankan tugas.
Sebagai bentuk rasa simpati, Komisioner KPU Kabupaten Rokan Hulu Riau, masing-masing Elfendri, Fitriati Is, Cepi Abdul Husein, Azhar Hasibuan, Asri Siregar, Senin (22/4/2019) malam menjenguk serta menyerahkan santunan kepada Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang sakit karena menjalankan tugas.
Banyak cerita yang disampaikan petugas yang mengalami musibah. Mereka menganggap insiden yang terjadi, adalah bagian dari resiko tugas, dan tidak akan kapok menjadi penyelenggara pemilu.
Seperti yang disampaikannya M. Nurcahyo Sidiq, Anggota PPS Desa Karya Mulya, Kecamatan Rambah Samo. Nurcahyo menceritakan, insiden kecelakaan itu terjadi, ketika dirinya kembali setelah mengantarkan form C-1 ke kantor Camat sekitar pukul 17.30 Wib. Akibat kecelakaan tersebut, Nurcahyo mengalami luka di siku tangan bagian kanan.
"Saya rasanya tertidur di motor, dan sadar setelah dibawa ke mantri. Kata orang saya ditolong tukang rumput," ceritanya.
Saat ini kondisi Nurcahyo sudah kembali membaik namun masih harus beristirahat untuk memulihkan tangan kanannya yang masih terluka. Nurcahyo mengaku tak kapok dengan inseden tersebut bahkan bangga menjadi bagian sejarah mensukseskan pelaksanaan pemilu 2019.
Lain Nurcahyo lain pula cerita Patma Areta, Petugas KPPS 17 Desa Pematang Tebih, Kecamatan Ujung batu. Akibat kelelahan menjalankan tugas sebagai KPPS, Patma Areta mengalami keguruan anak pertamanya.
Menurut Patma, dirinya begitu bersemangat menyelenggarakan pemilu 2019. Bahkan, dirinya termotivasi untuk membuat TPS sebaik mungkin, bersaing dengan Ibunya yang juga menjadi Ketua KPPS 1 Desa Pematang tebih.
Tak kenal lelah, Patma Areta menyurahkan kemampuannya secara maksimal mulai dari persiapan pembuatan TPS, penjemputan logistik, hingga pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara. Namun tak disangka, proses pemilu yang begitu panjang dan melelahkan, membuat kondisi fisiknya menurun. Sepulangnya dari bertugas subuh hari, Patma mengalami sakit perut dan keguguran janin yang berumur 2 bulan.
"Sepulangnya dari bertugas kira-kira pukul 5 subuh, saya sakit perut dan mengalami pendarahan dan langsung dilarikan ke rumah sakit, ya mungkin belum rezeki kami," cerita Patma, kepada Komisionernya KPU Rohul Fitriati Is.
Meski sedih harus merelakan calon anak pertamanya, Patma mengaku bangga menjadi bagian dalam sejarah pemilu yang baru pertamakali dilakukan serentak. Ia juga meminta adanya evaluasi pelaksanaan pemilu 2019 ini, terutama dari sisi waktu pelaksanaan Pemungutan suara, penghitungan suara dan penyampaian kotak suara hasil pemilu dari TPS Ke PPK harus dilakukan di hari yang sama dan prosesnya tidak boleh terputus.
Penulis | : | Ari |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Politik, Peristiwa, Kabupaten Rokan Hulu |