SUNGAI TOHOR (CAKAPLAH) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, Letjen Doni Bonardo, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) RI Nazir Foead dan Gubernur Riau, Syamsuar melakukan kunjungan ke Kepulauan Meranti dalam rangka penanggulangan kebakaran, Jumat (2/8/2019).
Mereka mengawali kunjungan dengan melakukan rapat koordinasi dan berdialog dengan masyarakat Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur.
Dalam pemaparannya, Kepala BNPB RI,
Letjen Doni Bonardo mengatakan hutan yang ditebang maupun yang mengalami kebakaran dapat mengurangi oksigen, sebaliknya, jika dijaga dengan baik, maka akan bermanfaat untuk manusia itu sendiri. Doni menyebutkan tanaman hutan itu berfungsi untuk menyerap karbon dan menghasilkan oksigen.
"Wajah Meranti sudah berubah, jika pada 2014 sebagai pengekspor asap, maka pada tahun ini Meranti penghasil oksigen nomor satu di Riau. Jika kita menebang pohon, maka sama dengan kita menyiapkan lubang kubur untuk kita sendiri dalam jangka panjang," kata Doni Bonardo.
Lebih lanjut dikatakan, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) diakibatkan oleh ulah manusia, untuk itu penangganannya diperlukan dengan cara melakukan pendekatan dan memberdayakan ekonomi masyarakat itu sendiri.
"Karhutla itu 99 persen diakibatkan oleh manusia. Dari sini saya membuat konsep lebih baik mencegah daripada memadamkan. Untuk mencegah ini perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat yang selama ini yang menjadi penyebab kebakaran yakni dengan memberdayakan ekonomi mereka, hanya dengan ini bisa merubah mindset masyarakat agar tidak merusak hutan," ujar Doni.
"Kalau terbakar banyak uang dan tenaga yang kita keluarkan. Seharusnya kita belajar dari negara maju, kita tidak ingin Indonesia jadi pengekspor asap, yang kita inginkan Indonesia penyerap karbon dan menghasilkan oksigen," ujar Doni lagi.
Mantan Danjen Koppasus itu akan menerapkan keberhasilan Kepulauan Meranti dalam mengantisipasi kebakaran di lahan gambut untuk diterapkan di seluruh Indonesia yang memiliki lahan gambut.
"Keberhasilan di Meranti dalam menjaga gambut akan kita copy paste untuk diterapkan di daerah lain di Indonesia yang terjadi kebakaran," kata Doni.
"Saya datang kemari karena dapat informasi dari Deputi IV BRG RI, dimana daerah Meranti yang mengalami kebakaran hebat bisa mengembalikan keadaan. Sekaligus memberdayakan ekonomis masyarakat tanpa merusak ekologis yakni dengan menanam sagu," kata Doni lagi.
Dikatakan lulusan Akademi Militer tahun 1985 ini sagu sangat bernilai ekonomis, jika ini diurus maka tidak ada lagi yang melakukan pembakaran.
Selain itu sekat kanal menjaga air dan membasahi gambut sepanjang waktu.
"Saya akan keliling Indonesia yang ada lahan gambutnya. Bagaimana kita bisa menyebarkan keberhasilan ini untuk ditularkan ke tempat lain, karena kita tidak mau kehabisan tenaga hanya untuk mengurus kebakaran," ujarnya.
"Sagu itu pangan masa depan, saya melihat peluang, dimana Indonesia mengimpor gandum sebanyak 11 juta ton, jika ini diganti dengan sagu, maka masyarakat yang menanam sagu bisa makmur, tapi dengan syarat harus meningkatkan kualitas. Selain itu saya minta siapkan tim dari Meranti untuk kita bawa keliling Indonesia yang bermasalah dengan Karhutla, biayanya nanti dari BNPB," ungkapnya.
Kepala BRG RI, Nazir Foead mengatakan bahwa Kepulauan Meranti merupakan tonggak sejarah restorasi gambut di Indonesia.
"Meranti tonggak sejarah restorasi gambut di Indonesia. Dimana presiden menyaksikan langsung gambut bisa dipulihkan kembali, kami belajar dari masyakat yang melakukan turun temurun membasahi gambut dengan sekat kanal. Keberhasilan Meranti bisa menjadi contoh semua daerah di Riau dan di Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Riau, Syamsuar mengatakan, tren kebakaran di Riau berubah keatas, dimana Riau bagian pesisir yang menjadi langganan kebakaran berpindah ke Riau bagian daratan.
"Tren kebakaran di Riau berpindah, dimana kebakaran pindah ke Riau dataran, yang tidak pernah terbakar pun ikut terbakar, ini pasti ada sesuatu. Saya mengapresiasi penanggulangan kebakaran di Meranti yang dipimpin bupati," ungkap Syamsuar.
Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan mengatakan semua pihak bergerak untuk mengatasi kebakaran, sehingga bisa diminimalkan. Irwan juga mengatakan jika pihaknya menginisiasi pembangunan sekat kanal agar lahan gambut tetap basah dan mempertahankan tanaman endemik yakni sagu.
"Selain membangun sekat kanal dan mempertahankan sagu, sudah 10 tahun ini kita menutup untuk perkebunan sawit, karena tidak cocok dan akan mengakibatkan Subsiden tanah gambut," ujar Irwan.
Kepala BNPB bersama Gubernur Riau dan Kepala BRG RI juga melakukan penanaman sagu di areal embung Desa Sungai Tohor. Rombongan itu juga menyempatkan untuk melihat tanaman sagu yang ditanam Presiden Jokowi dan melihat sentra industri sagu yang akan menjadi percontohan nasional.
Penulis | : | CK4 |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kabupaten Kepulauan Meranti, Lingkungan |