SELATPANJANG (CAKAPLAH) - Praktik prostitusi di sejumlah panti pijat sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat, namun hal ini seperti tidak terendus sama sekali.
Bahkan, jasa pijat yang merupakan bisnis utamanya tak jarang diselingi dengan layanan seks.
Seperti yang terjadi di Spa dan Sauna yang menjadi bagian fasilitas Grand Meranti Hotel yang terletak di Jalan Kartini Selatpanjang, Kepulauan Meranti.
Selain pijit, layanan yang ditawarkan mereka berdasarkan SOP (Standar Operasional Prosedur) adalah 'layanan pemijatan alat vital' oleh terapis yang kerap disebut sebagai "Petik Mangga (PM)", hingga layanan hubungan seks atau yang disebut dengan istilah Short Time (ST) ataupun Making Love (ML).
Seorang pelanggan Spa di Grand Meranti Hotel yang enggan disebut namanya mengatakan tenaga terapis yang bekerja di sana sangat berparas cantik, rata-rata mereka didatangkan dari Pulau Jawa.
Dia menceritakan bahwa ketika akan dipijit, pintu kamar dikunci dari dalam. Biasanya terapis meminta untuk berbaring seraya sambil meminta melepaskan baju dan celana.
Setelah selesai dipijit, terapis akan menawarkan layanan 'Petik Mangga'. Istilah petik mangga kata dia memang sudah menjadi SOP di Spa Grand Meranti Hotel.
“Biasanya terapisnya yang nawarin, dan itu berlaku pada semua terapis. Setelah itu mereka pasti minta uang tips, selain itu usai dipijit mereka juga menawarkan untuk memandikan para pelanggan," kata dia.
Untuk mengetahui pasti hal tersebut, wartawan pun mencoba menggali informasi lebih dalam perihal layanan "Petik Mangga" atau "Hand Job" yang disajikan di Spa dan Sauna Grand Meranti Hotel.
Untuk sekali pijit, pelanggan rupanya dikenakan tarif lumayan mahal, yakni Rp307 ribu (Discount 20 persen) untuk waktu 1,5 jam.
Ketika akan memilih salah satu terapis, sang kasir pun langsung mengarahkan ke arah layar TV. Di sana sudah terpampang 13 wajah terapis, lalu wartawan pun memilih terapis yang bernama Santi. Setelah berganti dengan baju piyama, sang kasir pun mengarahkan untuk menunggu di ruang pijit saja.
Foto: Para terapis di Spa Grand Meranti Hotel yang terpampang di layar TV
Di sana terdapat banyak kamar yang dilengkapi dengan satu buah tilam lengkap dengan bantal selimutnya, kamar mandi, dan AC. Di dinding kamar tertempel tulisan 'Dilarang berbuat Asusila'.
Tidak lama kemudian, masuklah seorang wanita berparas cantik, Santi, begitu ia menyebut namanya. Wajahnya manis, berkulit putih. Ia mengenakan rok mini dan baju sexy berwarna merah.
Seperti yang diceritakan pelanggan, Santi pun mengunci pintu lalu meminta untuk berbaring seraya sambil meminta melepaskan baju dan celana.
Setelah hampir 30 menit dipijit, wartawan pun mencoba untuk membuka komunikasi, yang diawali dengan pembicaraan ringan. Ketika ditanya apakah bisa melayani yang lain selain pijit, Santi mengangguk mengiyakan.
"Kalau nanti setelah dipijit mau di PM, nggak" kata Santi.
Untuk layanan 'Petik Mangga' terapis tidak mematok harga, namun paling kecil tarifnya Rp50 ribu.
"Kalau layanan lain sih bisa saja, kalau ST itu 500 ribu," ujar Santi.
Di tempat lain, Manager Operasional Spa dan Sauna Hotel Grand Meranti, Ibnu Hasan ketika dikonfirmasi apakah layanan 'Petik Mangga' memang sudah menjadi SOP, Ibnu berkilah dan mengatakan tidak mengetahuinya.
"Kami itu hanya menjual Massage. Kalau yang lain itu saya kurang ngerti. Nanti saya tanyakan atasan, saya cuma operasionalnya saja. Tapi yang saya tahu itu cuma massage saja, yang lain- lain tak ada," kata Ibnu Hasan.
Ketika ditanyakan apakah ada sanksi bagi para terapis yang melayani layanan selain pijit, Ibnu mengatakan sanksi yang diberikan memang ada, namun hanya sebatas teguran saja.
"Sangsi itu ada, tapi cuma diberikan teguran saja," ujarnya.
Penulis | : | CK4 |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Kabupaten Kepulauan Meranti |