Ketua IKAPI Riau, Fadillah Om.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Riau mengklarisifikasi bahwa dari awal pihaknya hanya menyorot penyusunan kurikulum dan pemakaian buku Muatan Lokal (Mulok) Budaya Melayu Riau (BMR) yang dilakukan Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau, bukan LAM Riau.
"Namun kalau Dewan Pengurus Harian (DPH) LAM Riau menanggapi dengan versi yang lain, saya selaku ketua IKAPI Riau mengucapkan permintaan maaf atas kesalahpahaman tersebut," kata Ketua IKAPI Riau, Fadillah Om.
Ia menegaskan, selaku putra asli Riau tidak ada sedikitpun berniat untuk menjatuhkan marwah dan martabat LAM Riau. Ia mengaku hanya menyampaikan kejanggalan dan kesalahan presedur yang terjadi dalam pembahasan kurikulum Muatan Lokal Budaya Melayu Riau oleh MKA LAM Riau, bukan LAM Riau.
"Untuk diketahui, pembahasan kurikulum Muatan Lokal Budaya Melayu di LAM Riau adalalah ide dan usulan saya sendiri dari awal dalam rapat Kerja Daerah tahun 2016. Bahkan dalam rapat kerja tersebut saya dipercayakan untuk memimpin sidang pada komisi yang membahas tentang Muatan Budaya Melayu Riau, keputusan sidang tersebutlah menjadi program 5 (lima) tahun kedepan tentang Mulok BMR," paparnya.
Fadillah Om mengaku tahu persis tentang MKA LAM Riau bekerja untuk Kurikulum Muatan Lokal BMR ini dan mengambil satu penerbit sebagai rekan dalam pengadaan buku tersebut.
"Dalam hal ini kami tidak pernah menyebut Lembaga Adat Melayu Riau. Namun sekali lagi kami atas nama Pengurus dan Ketua IKAPI Riau, apalagi sebagi putra asli Riau, meminta maaf kepada LAM Riau atas kesalahpahaman terhadap tulisan kami sebelumnya," ujarnya.
Tentang posisinya selaku pengurus periode 2017/2022, ia mengakui memang sejak Desember 2018 mulai tidak aktif secara rutin ke kantor LAM Riau.
"Ini dikarenakan saya tidak suka dengan cara bekerja MKA LAM Riau dalam menangani kurikulum Muatan Lokal Budaya Melayu Riau sebagaimana yang telah kami sampaikan sebelumnya," cakapnya.
Penulis | : | Azumar |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Riau, Pendidikan, Serba Serbi |