Jakarta (CAKAPLAH) - Dugaan kelompok berafiliasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yakni Jamaah Ansarut Daulah (JAD) di Papua dinilai tak masuk akal.
Pengamat terorisme dari Comunity of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya menilai, tudingan itu hanya alasan kepolisian untuk menutupi masalah yang sebenarnya terjadi di Papua.
"Di Papua itu hanya alasan polisi menutupi dengan masalah yang tidak relevan dari masalah yang sesungguhnya," ujar Harits, Sabtu (7/9/2019).
Dugaan keberadaan JAD di Papua ini sebelumnya disampaikan pihak kepolisian. Selama dua tahun terdeteksi di Papua, jaringan ini diklaim baru aktif selama setahun belakangan. Mereka disebut polisi telah terdeteksi di antaranya di Jayapura, Wamena, Fakfak, Manokwari, dan Merauke.
Namun, menurut Harits, kecil kemungkinan JAD memiliki jaringan di bumi cenderawasih itu. Sebab, jumlah masyarakat yang beragama Islam di Papua termasuk minoritas.
"Mungkin ada satu sampai dua orang (JAD) pindah ke sana. Tapi di sana kan orang Muslim minoritas, tidak mudah juga rekrut orang. Lagian ngapain bikin basis di pedalaman yang minoritas," katanya.
Basis JAD selama ini, kata Harits, lebih banyak di Jawa dan Lampung. Anggota JAD umumnya menyasar wilayah yang memiliki banyak masyarakat Muslim agar mudah direkrut. Sementara di Papua sendiri lebih banyak masyarakat yang beragama Kristiani.
"Paling tidak harusnya kan di situ banyak orang Muslim untuk tukar gagasan, supaya bisa direkrut. Di sana (Papua) kan enggak seperti itu suasananya," ucap Harits.
Ia meminta polisi fokus mengungkap sumber kerusuhan di Papua, alih-alih mencari alasan lain dengan menuding JAD.
Selain itu, kata dia, kecil kemungkinan anggota JAD terlibat kerusuhan seperti yang terjadi di Papua dan Papua Barat belakangan ini.
"Enggak mungkin dia bikin kerusuhan begitu. Enggak punya kemampuan seperti itu JAD," tuturnya.
Tudingan semacam ini, menurut Harits, memang kerap disampaikan kepolisian tiap menghadapi persoalan besar. Namun tudingan itu ternyata tak terbukti.
"Tudingan begini kan sudah berkali-kali ya tiap ada isu besar katanya disusupi teroris, sehingga keluar asumsi seperti itu. Tapi ternyata enggak ada," ucap Harits.
Polri sebelumnya mengakui keberadaan JAD di Papua yang sudah terdeteksi sejak dua tahun lalu. Namun soal keterlibatan kelompok ini dalam kerusuhan di Papua, polisi menyatakan masih menyelidiki.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu juga menyebut ada kelompok terafiliasi ISIS yang menyerukan jhad di Papua.
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | cnnindonesia.com |
Kategori | : | Papua Barat, Papua, Nasional |