SELATPANJANG (CAKAPLAH) - Razia yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Kepulauan Meranti di kos-kosan di Kota Selatpanjang, Senin (30/9/2019) di duga bocor. Sebab petugas tak mendapati satupun target saat razia.
Razia yang dipimpin langsung Kepala Satpol PP Kabupaten Kepulauan Meranti, Helfandi itu didampingi Kepala Bidang Operasi, Wira Gusfian, Kepala Bidang Penegakan Perda, Piskot Ginting dan Kepala Bidang Linmas, Masdiana serta puluhan personil lainnya.
Sebelum dilakukan razia, Kepala Satpol PP menduga informasi razia sudah menyebar, informasi ini menyebar di lingkungan prostitusi. Sehingga, saat petugas datang kos-kosan yang diduga menjadi tempat prostitusi tersebut seperti tidak ada aktifitas karena diduga PSK sudah melarikan diri.
Awalnya, petugas menyisir salah satu kos-kosan di Jalan Jumpul Kelurahan Selatpanjang Barat. Hasilnya, tidak ada satupun wanita berada di sana.
Selanjutnya, petugas kembali menyisir Ruko yang dijadikan kos-kosan. Dari 9 kamar yang diperiksa, hanya ada dua penghuni wanita di sana yang bekerja sebagai Sales Promotion Girls (SPG).
Salah seorang SPG yang diinterogasi mengaku baru dua bulan menempati kos tersebut dengan sewa Rp500 ribu perbulannya. Wanita yang bernama asal Pati, Jawa Tengah itu bekerja di Pujasera Dragon Door.
Ketika wawancara, wanita yang berusia 33 tahun ini mengaku hanya digaji Rp600 ribu perbulan ditambah dengan uang kaleng dan uang tips yang berikan setiap pelanggan kepadanya.
"Gaji saya hanya Rp600 ribu perbulan ditambah dengan uang kaleng yang diberikan Rp1.400 perkaleng. Selain itu ada juga uang tips yang diberikan pelanggan, jadi perbulannya bisa mencapai Rp1 juta lebih," katanya.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Kepulauan Meranti, Helfandi mencurigai wanita tersebut menjadi bagian dari PSK yang selama ini meresahkan masyarakat.
Hal yang mendasari kecurigaan tersebut, dikatakan Helfandi terdapat pada gaji yang sangat kecil, sementara kebutuhan hidup sangat tinggi.
"Dugaan kita bisa mengarah kepada profesi lain yang dikerjakan selain itu. Kita bicara logika, kebutuhan di sini sangat tinggi sedangkan gaji yang diterima sangat kecil, kalau begitu pulang saja ke kampung daripada kerjaan yang tidak benar," kata Helfandi.
"Kita patut mencurigai hal ini, karena kita tidak mau keberadaan prostitusi ini meresahkan. Kita bukan mau mendiskriminasi, tapi kalau arah mereka ke situ memang tidak boleh," kata Helfandi lagi.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah memanggil pengelola kos- kosan dan pemilik Ruko untuk dimintai keterangannya.
"Hari ini juga kita akan panggil pengelola kos - kosan dan pemilik Ruko. Kita pertanyakan juga Ruko yang dijadikan rumah walet ini kok bisa dijadikan kos," ujar pria yang akrab dipanggil Iin ini.
Mantan Camat Tebing Tinggi ini pun tak menampik, jika razia yang digelar ini sudah bocor. Sebab, lokasi tersebut sudah sepi, sementara tanda - tanda sebelumnya ada aktifitas terlihat sangat jelas.
"Kemungkinan bocor ada. Padahal kami sudah melakukan operasi ini secara tertutup. Hal ini kan terlihat di lokasi pertama, dimana di sana terdapat bekas aktifitas seperti baju yang sedang dicuci dan rokok yang terlihat masih menyala," ungkap Helfandi.
Kendati demikian, Helfandi mengaku akan terus melakukan razia-razia seperti ini dan melakukan pengawasan rutin. Pihaknya juga memilih tempat hiburan sebagai target razia. Mengingat, potensi terjadinya pelanggaran di lokasi hiburan tergolong tinggi.
"Kami akan terus melakukan razia seperti ini secara berkala dan kontinu. Semoga berbagai kegiatan negatif di Kota Selatpanjang bisa ditekan," pungkas Helfandi.
Penulis | : | CK4 |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Peristiwa, Kabupaten Kepulauan Meranti |