PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau Decymus mengatakan hilirisasi merupakan kunci untuk bertahan dalam menghadapi perekonomian global yang saat ini sedang berada dalam fase melambat.
"Hilirisasi dapat dipercepat dengan meningkatkan kemudahan berusaha. Hilirisasi juga memerlukan dukungan infrastruktur strategis," ujar Decymus pada acara pertemuan tahunan Bank Indonesia Kamis (12/12/2019).
Ia menjelaskan berbagai sektor alternatif pertumbuhan ekonomi Riau saat ini semakin berkembang. Dari sektor perdagangan, perikanan, real estate, UMKM/Ekonomi Kreatif, dan juga pariwisata.
"Dengan berbagai peluang dan tantangan tersebut, pemulihan ekonomi Riau 2020 diperkirakan berlanjut," ucapnya.
Disampaikan Decymus, saat ini perekonomian global sedang berada dalam fase melambat, bersamaan dengan perang dagang yang hingga kini belum menemui titik penyelesaian. Sementara itu, permintaan CPO dunia masih dibayangi berbagai hambatan, baik tarif maupun non-tarif.
"Perlambatan ekonomi global ternyata memukul ekspor Riau. Ekspor yang terpukul menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Riau melambat secara signifikan. Tren pertumbuhan ekonomi Riau terus melambat sejak 2011 dan semakin rendah sejalan dengan ekspor," Cakapnya.
Dari sisi inflasi, Bank Indonesia melihat adanya peningkatan inflasi di tahun 2019, namun secara garis besar masih lebih rendah dari provinsi penghasil seperti Sumatera Utara.
Andil terbesar penyumbang inflasi di Riau yakni cabai merah, daging ayam ras, dan bawang merah menjadi fokus utama bagi kita semua agar inflasi rendah dan stabil mampu tercapai untuk menunjang terjaganya daya beli masyarakat.
"Riau dihadapkan pada berbagai tantangan pengendalian inflasi dikarenakan posisinya yang bukan sebagai daerah penghasil komoditas pangan, persaingan usaha yang tidak sehat, struktur harga yang tidak wajar, dan keadaan cuaca yang kurang kondusif," tegasnya.
Pada tahun 2020, inflasi diperkirakan masih tetap terkendali. "Meskipun demikian kita tetap perlu mewaspadai laju inflasi pada masa mendatang. Melihat beberapa indikator utama pada inflasi inti, inflasi administered price, dan inflasi volatile food kami memperkirakan bahwa pada tahun 2020 inflasi riau berada pada rentang 2,1% sampai dengan 4,1%," pungkasnya.