Edyanus Herman Halim
|
PILKADA sudah usai dan pemimpin barupun sudah dilantik. Riau kini sudah setahun dipimpin gubernur dan wakil gubernur pilihan rakyat. Tentu banyak harapan yang digantungkan rakyat dipundak pemimpin baru tersebut. Kekecewaan masa lalu, bagi yang sebelumnya merasa kecewa, dan harapan baru, bagi yang sebelum ini tidak punya sangkutan, berpadu menjadi harapan bersama untuk menjadikan Riau lebih baik. Paling tidak, ada perubahan ke arah yang positif. Berubah lah hendaknya nasib Riau dan masyarakatnya.
Setahun memimpin tentu bukanlah waktu yang cukup untuk menggapai prestasi yang gemilang. Tidak sedikit tantangan yang dihadapi. Mulai dari proses penyusunan APBD dalam masa transisi sampai pada pengangkatan personel yang akan mengayuh bahtera birokrasi. Liku-liku yang dihadapi begitu tajam. Seakan membuat perangkap untuk diri sendiri. Belum lagi kisah-kisah masa lalu yang ternyata tetap saja menjadi pemberat untuk kecepatan berlayar.
Cabaran eksternal juga tidak sedikit. Ekonomi dunia yang berkecamuk membuat kehidupan rakyatpun terganggu. Bertubi-tubi pula datangnya. Setelah perang dagang antara Tiongkok dan Amerika yang tak kunjung usai kini wabah virus Corona pun menyerang. Semuanya membuat perekonomian rakyat di Riau menjadi terganggu. Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor utama Riau dari produk unggulan utama pula, yakni minyak sawit (CPO). Kemunduran dalam pembelian minyak sawit ini langsung memukul daya beli masyarakat. Sebagian besar masyarakat Riau menggantungkan kehidupan dari perkebunan sawit. Besar kecilnya pendapatan masyarakat tergantung dari naik turunnya harga sawit. Ujung-ujungnya adalah naik turunnya konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Riau.
Pada tahun 2019 ini laju pertumbuhan ekonomi Riau hanya mencapai 2,84 persen. Keadaannya justru lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang hanya mencapai 2,37 persen. Pada sisi produksi, hampir seluruh sektor mengalami perbaikan kecuali sektor pertambangan dan galian. Sektor ini memang sedang meradang di Riau dan sudah berlangsung lama. Kontraksinya tahun 2019 ini saja mencapai minus 7,96 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang mampu tumbuh sebesar 14,11 persen. Diikuti oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,69 persen dan sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 9,30 persen. Sektor pertanian sebagai sektor andalan masih tumbuh sebesar 4,12 persen. Ini berarti dari sisi produksi mulai terdapat pergeseran pertumbuhan ekonomi Riau dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Pada sisi pengeluaran sektor pengeluaran rumah tangga hanya tumbuh 2,05 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada perubahan inventori sebesar 26,70 persen dan Pengeluaran LNPRT sebesar 16,14 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto tumbuh sebesar 2,61 persen. Sedangkan Ekspor dan impor justru mengalami kontraksi masing-masing minus 23,97 persen dan minus 21,83 persen. Keadaan ini menggambarkan ketergantungan ekonomi Riau yang cukup tinggi terhadap perdagangan internasional. Adanya gangguan perdagangan internasional cenderung mengganggu perkembangan sektor lain terutama konsumsi rumah tangga dan investasi.
Ke depan, pemerintah provinsi Riau harus benar-benar jeli untuk memanfaatkan dinamika perekonomian global ini sehingga tidak hanya sekadar penerima dampak tetapi lebih piawi mengelola risikonya.
Ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni kemampuan menganalisis pencapaian target-target pembangunan yang bersifat kuantitatif dan kemampuan menyusun respon policy yang cepat dan tepat. Target-target kuantitatif dalam pembangunan harus terdistribusi kepada level pemerintahan yang lebih rendah untuk dicapai. Bila perlu sampai ke pedesaan sebagai kesatuan terkecil dari struktur pemerintahan. Misalnya dalam menyusun target pengurangan kemiskinan dan peningkatan pendapatan masyarakat haruslah ditentukan berdasarkan kemampuan pencapaian dari unit terkecil struktur pemerintahan.
Aggregat dari semua target capaian akan diformulasikan menjadi tujuan pencapaian bersama setelah menentukan sumber-sumber untuk proses pencapaian secara komprehensif dan terpadu. Jangan sampai target capaian yang dibuat pemerintah provinsi hanya angan-angan belaka yang tidak mendapat respon dari unit-unit terkecil pelaksana pembangunan di lapangan. Hal itu hanya akan menimbulkan kesimpangsiuran pelaksanaan pembangunan tanpa membuahkan hasil yang memadai.
Kemampuan menyusun respon policy yang cepat dan tepat juga sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi dinamika yang berubah kian cepat. Perlu ada tim terpadu untuk merumuskan kebijakan-kebijakan strategis maupun taktis yang melibatkan berbagai stakeholder. Khusus untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat kiranya perlu diambil langkah-langkah yang lebih terukur walaupun kurang popular untuk pencitraan.
Pertama, mendorong komitmen para investor dan calon investor untuk berinvestasai secara lebih berkualitas. Asosiasi-asosiasi pengusaha dapat dijadikan jembatan kearah itu sehingga investasi yang ditanamkan di Riau tidak menjadi beban sosial yang harus ditanggulangi masayarakat dan pemerintah. Mendorong investasi daerah adalah syarat mutlak bagi lahirnya produktivitas dan terbukanya kesempatan kerja.
Kedua, mengelaborasi semua dinamika perekonomian baik nasional maupun internasional secara bersama-sama dengan para pelaku ekonomi dan pemerhati ekonomi agar semua pihak lebih agresif menangkap peluang pasar. Terutama sekali bagi pelaku-pelaku industri kecil dan rumah tangga sehingga jangkauan pasar mereka lebih luas.
Ketiga, mendorong terjadinya diversifikasi dalam produk-produk manufaktur, baik yang bersumber dari hasil pengolahan bahan mentah unggulan daerah, seperti minyak sawit dan kayu. Industri pengolahan makanan dan sandang serta bahan kebutuhan aksesioris lainya dapat dipacu guna membangun diversifikasi yang lebih optimal.
Keempat, meningkatkan skill dan kapabilitas pengusaha-pengusaha daerah untuk mampu melakukan penetrasi pasar dengan cepat dan tepat sasaran.
Kelima, melakukan positioning daerah yang lebih meresap kepada khalayak, khususnya dengan pembangunan yang mampu menarik pendatang berkualitas dan tak menjadi penduduk menetap. Wisatawan perlu digelitik punca hasratnya untuk berkunjung ke Riau dengan melekatkan kesan yang menarik dan indah. Meskinpun dalam aspek alam Riau kurang memiliki objek tetapi dari aspek sejarah dan atraksi budaya masih bisa diandaalkan. Untuk itu perlu didukung oleh adanya objek-objek buatan yang menarik seperti Ci-Walk di Bandung, Lego-land di Johor, dan pengembangan wisata kesehatan.
Keenam, merajut jejaring pemasaran agar mampu menghadapi persingan. Baik pengusaha maupun pemerintah daerah harus mampu membentuk jarring pemasaran bersama untuk produk-produk unggulan daerah diluar sawit dan bubur kertas. Pengrajin dan pengusaha kuliner daerah didampingi dalam menembus pasar asing. Termasuk produk-produk pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran. Selain untuk menembus pasar ekspor orientasi awal dapat dilakukan untuk substitusi impor sehingga mengurangi beban pengeluaran penduduk dan pengendalian inflasi.
Ketujuh, tetap mengedepankan pengelolaan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN untuk membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik.
Ontah lah…!!!
Penulis | : | Edyanus Herman Halim |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |