Three In One atau 3 In 1. Kita mungkin sudah terbiasa dengar istilah ini. Apalagi kebijakan tiga penumpang dalam satu mobil di jalan-jalan tertentu pada jam-jam padat ibukota Jakarta ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan.
Istilah ini menginsipirasi saya untuk tiga program dan satu cita-cita yang harus bisa diselesaikan pasangan Gubernur Riau dan Wakil Gubernur Riau, Syamsuar-Edy Natar Nasution. Tapi saya tidak menyebutnya 3 in 1 melainkan 3 and 1.
Saya menaruh titik harapan besar pada tiga program ini karena pengurangan dan pengendaliannya bisa berdampak positif bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Riau ke depan.
3 and 1 itu adalah zero kebakaran hutan, zero korupsi dan zero narkoba di Bumi Lancang Kuning. Dan 'In One' nya adalah Riau bisa menjadi salah satu tempat dalam perhelatan Tuan Rumah Piala Dunia Sepakbola U-20.
Beratkah? Pasti. Tapi, tak ada pekerjaan besar yang bisa diselesaikan jika hanya mengeluh dan pesimis. Maka harus ada optimisme, Riau bisa menyelesaikan tiga masalah ini dan merebut satu kesempatan emas untuk bisa dikenang sejarah.
Pertama, harapan Riau untuk bebas dari kebakaran hutan dan lahan serta terhindar dari bencana asap, rasanya bukanlah sesuatu yang tak mungkin. Berbelas tahun bencana itu terjadi, pasti ada pola dan langkah antisipasi yang bisa dilakukan. Bukan langkah padam ketika bara sudah meluas dan membesar. Terlalu mahal biayanya. Beratus miliar duitnya setahun yang dibuang. Belum lagi dampak ikutannya yang menyengsarakan rakyat biasa. Sesak napas karena ISPA, ibu hamil dan balita yang merana, anak sekolah yang pelajarannya tertunda karena asap masuk ke ruang kelas mereka.
Bertriliun rupiah duit yang sudah habis untuk membasmi karhutla ini. Kan lebih elok, duit triliunan yang dipakai untuk memadamkan api itu dipergunakan membuat sejumlah langkah antisipasi.
Saya apresiasi sekali dengan inovasi dari Polda Riau yang meluncurkan aplikasi Dashbord Lancang Kuning. Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi meluncurkan aplikasi yang memadukan teknologi, sumber daya manusia dan anggaran. Sebuah inovasi yang bisa mendeteksi titik api sebagai indikasi kebakaran lahan dengan cepat.
Dashboard Lancang Kuning juga mampu memantau siapa saja petugas yang paling dekat dengan titik api. Selanjutnya petugas tadi dihubungi oleh Kapolda Riau ataupun Kapolres setempat untuk bergerak memadamkannya.
Lawa betul inovasinya. Semoga langkah kreatif dari pihak kepolisian ini benar-benar memupus karhutla di Riau. Apalagi, jika inovasi dari pihak kepolisian ini juga diikuti dengan ikhtiar-ikhtiar pencegahan dari stake holder atau pemangku kebijakan lainnya. Tidak terkecuali Pemerintah Provinsi Riau.
Bukankah pencegahan karhutla ini kerja besar bersama-sama? Mana inovasi dan program dari Pemerintah Provinsi Riau untuk pencegahan Dan program-program jitu ke depan agar karhutla tidak ada lagi di Riau yang tiap tahun terjadi. Berapa anggaran yang disiapkan, program apa yang dibuat, siapa yang disasar?
Three and one yang kedua zero korupsi. Bukan rahasia lagi, Bumi Lancang Kuning terkenal betul prestasi korupsinya. Mulai dari hattrick tiga gubernur Riau beruturut-turut. Sampai baru saja, dua Bupati Bengkalis berturut-turut jadi tersangka korupsi. Pingin rasanya, pasangan Syamsuar-Edy bisa merubah imej itu. Dari negeri 'penghasil' koruptor menjadi negeri 'pemberantas' koruptor. Yang diperlukan adalah transparansi. Apalagi di era serba digitalisasi ini. Digitalisasi transparansi pengelolaan keuangan dan birokrasi itu sebuah kebutuhan. Jadi rakyat tahu untuk apa saja dana digunakan dari APBD maupun APBN. Agar semua rakyat tahu duitnya untuk apa digunakan. Bentangkan dan buka data itu melalui media sosial dan website resmi pemerintah. Dengan demikian insya Allah dengan transparansi akan menghambat kita berbuat yang melanggar aturan.
Three And One ketiga yakni zero narkoba. Kita gemes betul dengan bandar-bandar yang menggunakan Riau sebagai salah satu pintu masuk penyelundupan narkoba dari luar negeri. Apalagi, gara-gara itu Riau masuk dalam lima besar provinsi peredaran narkoba di Indonesia. Sebuah urutan atas atas prestasi negatif. Butuh kerja padu dan nyata bersama sama memerangi ini. Pemerintah Syam-Edi harus bisa menggunakan segala kewenangan yang ada bekerja di gerakan pencegahan yang terstruktur, sistematis dan masif.
Jangan sampai ke depan Kampung Dalam yang selama ini dekat dari kantor kita tapi masih menjadi penyalur narkoba di Pekanbaru. Yang dekat saja kita susah memberantasnya apalagi yang jauh.
Dan cita-cita terakhir tentu saja. Menjadi salah satu tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Usaha yang dilakukan untuk merebut itu harus sungguh-sungguh, serius dan profesional. Banyak hal yang dipersiapakan untuk meyakinkan FIFA dan PSSI. Kita punya Stadion Utama eks PON yang luar biasa megah. Tapi itu tidak cukup.
Selain harus merenovasi stadion kita juga harus menyiapkan empat stadion pendamping sebagai tempat latihan. Kita juga harus memperhitungkan keamanan, akomodasi dan transportasi. Segalanya harus bisa kita persiapkan dan terperinci. Dan bisa dipaparkan secara terukur dan profesional kepada PSSI dan FIFA. Ibarat orang berdagang kacang di depan MTQ sama di dalam mal tentu harus beda. Dagangnya sama, kacang. Tapi cara mengemas dan mempromosikannya harus beda sehingga orang mau membeli.
Segera bentuk tim untuk itu, jangan kita sibuk ketika tim sudah datang. Hendaknya datang atau tidak tim penilai kita tetap kerja, rapat dan berbenah untuk itu agar mereka tahu kita siap jadi tuan rumah Piala Dunia U20 di Bumi Lancang Kuning Riau.
Event Piala Dunia U20 ini momen penting dan langka. Entah kapan pula bisa datang lagi kesempatan ini di Indonesia. Kalau kita bisa jadi salah satu tempat pertandingan, bayangkan berapa ratus juta mata orang dari berbagai dunia yang melihat Riau. Dan ini menjadi ajang promosi untuk menduniakan Riau.
Akhir kata, selamat bertugas gubernur dan wakil gubernur Riau. Kami yakin Riau akan lebih baik ke depan nantinya. Amin.
Penulis | : | Zulkarnain Kadir, Warga Riau yang mencintai Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Cakap Rakyat, Riau |