
![]() |
Dr drh Chaidir MM
|
INI bukan masalah Syamsuar atau Andi Rahman. Bukan. Ini semata kepentingan Riau. Andai Syamsuar tidak terpilih sebagai Ketua Partai Golkar Riau, dia tetap sebagai gubernur Riau. Andai Andi Rahman tidak terpilih sebagai Ketua Partai Golkar Riau, dia tetap sebagai Anggota DPR-RI. Atau andai kedua-duanya tidak terpilih, mereka akan tetap pada posisinya masing-masing, dengan seperangkat kewenangan yang melekat.
Tapi masalahnya tidaklah sesederhana itu. Sebab, Syamsuar dan Andi Rahman keduanya adalah tokoh yang sedang berada di panggung politik. Keduanya menjulang hak dan kewajiban sebagai representasi masyarakat Riau, dengan segudang tanggungjawab yang ada di pundak masing-masing. Masyarakat Riau berharap banyak pada mereka untuk menunjukkan kemampuan terbaik, ibarat permainan sepakbola keduanya dituntut memberikan kontribusi besar menghasilkan gol-demi gol bagi Riau.
Kedua tokoh berhutang pada rakyat Riau yang telah membesarkan dan memberikan kepercayaan kepada mereka. Tak ada alternatif lain, mereka harus membayarnya dengan pengabdian. Mereka berdua tak boleh berpikir dan bertindak partisan, walaupun dalam prosesnya berasal dari partai politik. Sekali Syamsuar sudah dipilih dan dilantik sebagai Gubernur Riau, maka dia bukan lagi gubernur partai A, B atau C. Andi Rahman juga demikian, sekali dia dilantik sebagai anggota parlemen, maka hakikatnya dia adalah wakil rakyat Riau yang punya kewajiban memperjuangkan aspirasi rakyat Riau tanpa membedakan partai atau kelompok.
Bila berita yang disampaikan Ketua Pemenangan Pemilu Sumatera I Partai Golkar, Idris Laena, benar (Rabu, 4/3/2020 malam) bahwa Arsyadjuliandi Rachman (Andi Rahman) mundur dari pencalonan Ketua Golkar Riau, berarti Syamsuar hampir dipastikan akan terpilih secara aklamasi dalam MUSDA DPD I Partai Golkar Riau dalam beberapa hari ke depan.
Bila itu terjadi, politik lokal Riau akan kembali ke format “rasa yang pernah ada” dimana orang nomor satu di struktur pemerintahan Riau adalah ketua partai pemenang pemilu di Provinsi Riau, sehingga hubungan eksekutif-legislatif di daerah selalu terjaga kondusif. Syamsuar sama seperti Rusli Zainal (dalam Pilgub periode pertama), memenangkan pemilihan Gubernur Riau bukan diusung oleh Golkar dalam proses pemilihannya. Tetapi kemudian setelah menjabat sebagai Gubri, RZ merebut Ketua Partai Golkar Provinsi Riau. Jejak itu kelihatannya diikuti oleh Syamsuar.
Sepanjang sejarah Pemilu legislatiff di era multipartai, Partai Golkar di Riau selalu tampil sebagai pemenang. Dan gubernurnya selalu menjabat sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Riau. Sebagai Ketua DPD I Partai Golkar, secara otomatis Gubri menjadi “koordinator koalisi besar” di DPRD Riau, sehingga ke depan akan lebih memudahkan koordinasi berbagai kebijakan daerah yang memerlukan persetujuan DPRD Riau.
Di pusat pun Gubri akan menjadi bagian dari “koalisi besar” kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif, sehingga melalui networking yang terbangun, Riau berpeluang untuk memperjuangkan berbagai program strategis bagi daerah seperti beberapa hari lalu, Gubernur Syamsuar mengusulkan tiga major project Provinsi Riau kepada Kementerian Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional agar dapat dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2021.
Gubri menyebutkan ketiga major project tersebut adalah, pembangunan pengaman pantai pulau terluar Indonesia, pembangunan jembatan yang menghubungkan ruas jalan Bengkalis-Ketam Putih ke ruas Jalan Tanjung Padang ke Teluk Belitung, dan jalan akses pelabuhan Kuala Enok di Indragiri Hilir. Latar belakang pemilihan proyek pembangunan pengaman pantai pulau terluar Indonesia didasarkan pada Kepres Nomor 6 Tahun 2017 tentang penetapan pulau-pulau kecil terluar. Walaupun usulan ini merupakan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan, tetap saja memerlukan komunikasi daerah-pusat yang baik.
Sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Riau, Gubernur Syamsuar akan lebih mudah membangun komunikasi tersebut dengan koalisi besar pemerintahan di Jakarta. Dalam hubungan ini, Syamsuar dan Andi Rahman akan lebih mudah pula membangun jembatan komunikasi daerah-pusat yang lebih baik ke depan. Kedua tokoh, Syamsuar – Andi Rahman berpotensi membangun poros Riau-Jakarta untuk lebih mudah dalam berkoordinasi menghilangkan segala rintangan.
Maka dalam konteks kepentingan daerah yang lebih luas, para pendukung Andi Rahman tak perlu baper, para pendukung Syamsuar pula tak perlu jemawa. Ayolah move-on. Pandanglah Partai Golkar dalam perspektif kepentingan umum daerah. Wakafkan saja Partai Golkar untuk mewujudkan Riau yang lebih maju dan bermartabat. ***
Penulis | : | Dr drh Chaidir MM |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |










































01
02
03
04
05


