APR
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Terkait aksi demo yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada PT Asia Pacific Rayon (APR) yang dilakukan Sabtu (14/3/2020) lalu, Pengamat lingkungan dari Universitas Riau (Unri) Dr Muhammad Syafi'i menilai sebaiknya pendemo mempunyai instrumen ukur ilmiah tentang bagaimana standarisasi baku mutu kebauan tersebut.
"Pendemo jangan sekadar berkumpul massa saja tanpa punya kajian ilmiah karena seluruh komponen kebauan ini punya instrumen ukur yang tidak sembarangan cara menganalisisnya," ujar Muhammad Syafi'i, Senin (16/3/2020).
Ia mengatakan, pendemo yang hanya berasumsi menjadikan cara penyampaian aspirasi tersebut akan menjadi sia-sia. Apalagi sampai data yang diungkap tak benar, bisa dianggap fitnah ungkap Doktor muda ini.
"Kalau pendemo tidak mempunyai data instrumen ukur ilmiah bisa saja masyarakat beropini lain hanya sekedar berdemo yang "ditunggangi" sekelompok orang yang punya kepentingan pribadi. Maka sebaiknya dilakukan dengan data yang kuat, intelektual dan elegan," cakapnya.
"Sebagaimana yang kita tahu bahwa baku mutu tentang kebauan juga sudah diatur dalam Kepmen KLH nomor 50 tahun 1996," imbuhnya.
Bau tidak bisa saja divonis akan berdampak kepada kesehatan manusia. Seperti kalau ada orang yang buang angin memang akan ada respon orang sekeliling tapi tidak membahayakan bagi kesehatan orang di dekat yang buang angin.
"Sebaliknya seperti rokok elektrik yang baunya sangat wangi tapi berdampak bagi kesehatan orang di sekelilingnya maka terjadi pelarangan untuk pemakaian rokok elektrik ini sehingga perlu analisis yang baik dengan keilmuan," terangnya.
Proses produksi di suatu industri dalam regulasi pemerintah wajib mengontrol baku mutu dan dilaporkan secara periodik.
"Jadi sebaiknya pendemo juga kuat dengan instrumen ukur ilmiah ini. Kan ada dinas terkait seperti BLH, mungkin masyarakat boleh tanya kesana," ungkap Syafi'i.
Disinggung soal bagaimana APR yang disebut memakai klorin, Syafi'i mengatakan untuk hal tersebut sebaiknya ditanyakan langsung ke dinas terkait atau langsung ke APR.
"Karena sepengetahuan saya klorin itu adalah bahan industri yang sudah tradisional sekali atau sudah lama sekali sedangkan teknologi industri sudah sangat maju. Kita jangan pakai data lama menurut saya. Ada kemungkinan sudah sangat lama industri tidak memakai itu, agar tidak fitnah sebaiknya ada instrumen ukur yang jelas dan ditanyakan kepada yang berkompeten," ucapnya.
Dikatakan Syafi'i lagi, industri yang hadir dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya tanpa ada konflik apalagi karena masalah lingkungan.
"Kalau berdemo tanpa ada analisis data dan tak jelas tujuan dan cara menyelesaikannya akan tidak berhasil kepada tujuan apalagi kalau sudah mengarah pada tujuan-tujuan yang tidak lagi baik. Ini kita sayangkan. Industri yang beroperasi dan masyarakat merasakan manfaat dari industri, itu yang diharapkan," tukasnya.
Sebagaimana diketahui, Sabtu (14/3/2020), puluhan massa mengatasnamakan Aliansi Menolak Bau Busuk (AMBB) menggelar aksi demo terhadap pabrik baru PT Asia Pacific Rayon (APR), Pelalawan, Riau.
Massa menuntut agar perusahaan menuntaskan persoalan bau yang diduga berasal dari APR dan diduga mengakibatkan pencemaran udara dan berdampak pada kesehatan masyarakat.
Penulis | : | Advertorial |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Lingkungan, Serba Serbi, Riau |