PEKANBARU (CAKAPLAH) - Corina, Harimau Sumatra betina yang diselamatkan tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari jerat di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, kondisinya mulai membaik. Corina sudah bisa berjalan dengan empat kakinya.
Kaki kanan Corina terluka parah dan nyaris putus karena terkena jerat pada 28 Maret 2020. Harimau berusia 3 tahun itu direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Sumatera Barat.
Kondisi luka kaki depan kanan cukup dalam dan lebar dengan tendon yang masih utuh.
Hasil USG negative terhadap kebuntingan, namun pembesaran putting menunjukkan bahwa diduga Harimau Sumatera sudah pernah melahirkan.
Pada pemeriksaan darah diketahui terjadi penurunan kadar kalsium dalam darah dan penurunan kadar phosphor. Indikasi bahwa satwa mengalami defisiensi nutrisi dan pemeriksaan parasit diketahui terdapat caplak dan parasit dalam lambung Corina.
Berdasarkan diagnosa pemeriksaan kesehatan dan laboratorium, Corina mengalami Anemia Makrositik Normokromik (Non regenerasi) yaitu anemia atau kekurangan darah karena kurangnya asupan nutrisi dan deep laserasi atau luka yang dalam. Selanjutnya dipindahkan ke kandang karantina.
"Corina mendapat perawatan intensif. Per tanggal 13 April, progress kesembuhan luka Corina sangat bagus. Nafsu makan juga cukup bagus (pakan selalu habis)," ujar Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, Selasa (14/4/2020).
Hanya saja, kata Suharyono, dua hari belakangan Corina mengalami gejala flu karena kondisi cuaca yang berubah-ubah. Ini terlihat dari adanya cairan bening yang keluar dari hidung.
"Corina sepertinya masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan site PRHSD. Kondisi cuaca di area sekitar sangat cepat berubah-ubah dan hampir setiap hari turun hujan terlebih sore dan malam hari. Multivitamin tetap diberikan untuk menjaga kondisi Corin tetap baik," jelas Suharyono.
Untuk kesehatan Corina, tim PRHSD juga menambah lampu penghangat didekat tempat tidur si Kucing Besar itu. "Sebelumnya hanya 2 buah lampu infrared menjadi 4 buah untuk menjaga kondisi di sekitar tempat tidur Corina tetap hangat," kata Suharyono.
Di kandang berukuran 6x12 meter itu, kondisi Corina terus dipantau 24 jam selama 14 hari sejak dikarantina. Di kandang itu juga disediakan bak air untuk berendam, batang kayu untuk bermain dan dipan untuk berbaring.
"Corina selalu berendam di bak mandinya dan menghangatkan tubuhnya. Kebersihan dan keamanan kandang terjaga dengan baik selama 24 jam. Semoga proses peyembuhan dapat berjalan sesuai dengan harapan dan Corina segera pulih sehingga dapat dilepasliarkan kembali ke habitatnya," tutur Suharyono.
Penulis | : | CK2 |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Peristiwa, Lingkungan, Riau |