Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.860 per dolar AS atau menguat 25 poin pada perdagangan pasar spot Jumat (15/5) sore. Ilustrasi. (Antara Foto/Nova Wahyudi).
|
(CAKAPLAH) - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.860 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (15/5/2020) sore. Posisi ini menguat 25 poin atau 0,17 persen dari Rp14.885 per dolar AS pada Kamis (14/5).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.909 per dolar AS atau menguat dari Rp14.946 per dolar AS pada Kamis (14/5).
Rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia lain. Yen Jepang menguat 0,17 persen, baht Thailand 0,07 persen, dolar Singapura 0,03 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.
Sedangkan mata uang Asia lain justru terperosok ke zona merah. Peso Filipina melemah 0,56 persen, won Korea Selatan minus 0,25 persen, ringgit Malaysia minus 0,23 persen, yuan China minus 0,08 persen, rupee India minus 0,01 persen
Mata uang negara maju bergerak variasi. Sebagian menguat, sebagian lain melemah dari dolar AS.
Poundsterling Inggris melemah 0,21 persen, franc Swiss minus 0,01 persen, dan dolar Australia minus 0,01 persen. Namun, rubel Rusia menguat 0,11 persen, euro Eropa 0,05 persen, dan dolar Kanada 0,01 persen/.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan penguatan nilai tukar rupiah hari ini terpengaruh oleh sentimen lemahnya dolar AS akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap perkembangan kasus positif virus corona atau Covid-19. Sayangnya, kondisi ini tidak serta merta bisa dimanfaatkan rupiah karena turut tertekan sentimen di dalam negeri.
"Pergerakan rupiah masih didominasi faktor eksternal global dan diperkirakan masih akan bertahan di bawah Rp15 ribu per dolar AS," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (15/5).
Sementara di dalam negeri, Lukman mengatakan ada sentimen dari rilis neraca perdagangan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Neraca dagang Indonesia mencatat defisit US$350 juta secara bulanan pada April 2020.
Posisi ini berbanding terbalik dari Maret 2020 yang surplus US$743 juta. Defisit terjadi karena ekspor hanya mencapai US$12,19 miliar, sementara impor mencapai US$12,54 miliar.
"Data neraca perdagangan terlihat seberapa besar dampak dari pandemi virus corona. Impor dan ekspor turun lebih besar dari perkiraan, sehingga mempengaruhi rupiah," jelasnya.