PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pandemi Covid-19 yang menyebar di berbagai wilayah di Indonesia termasuk Provinsi Riau membuat pemerintah mengambil langkah cepat dengan meniadakan aktifitas di luar rumah.
Bekerja, belajar dan ibadah terpaksa harus dilakukan di rumah dengan menerapkan phsyical distancing serta gaya hidup sehat.
Namun, di balik kebijakan Pemerintah itu ternyata memiliki dampak positif dalam peningkatan kualitas hubungan setiap keluarga.
Baik antara orangtua dengan anak ataupun hubungan antara suami dan istri, bahkan dengan sanak family sekalipun. Kendati itu harus dijalani dengan proses penyesuaian.
Banyak pekerjaan yang bisa dilakukan bersama-sama di rumah. Keluarga bisa ngobrol, melakukan kegiatan bersama, membangun satu teamwork bersama, makan bersama, dan beribadah bersama.
Menurut Astrid Gonzaga Dionisia, Child Protection Specialist Unicef Indonesia stay at home atau diam di rumah merupakan kesempatan bagi keluarga untuk bisa bersama kembali.
Tinggal di rumah juga merupakan kesempatan untuk merajut komunikasi yang baik dengan anak, begitu pun sebaliknya. Hal-hal tersebut, menurut Astrid, merupakan kegiatan yang sulit dilakukan oleh banyak keluarga, khususnya oleh mereka yang tinggal di perkotaan.
Masa-masa tinggal di rumah membuat keluarga lebih banyak punya waktu untuk terkoneksi. Mulai dari melakukan aktivitas bersama, makan bersama dan berbagi aktivitas lain yang bisa dilakukan di rumah dengan waktu yang relatif lebih lama.
Hal ini sejalan dengan momentum Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang diperingati setiap tanggal 29 Juni. Harganas sendiri bisa dimaknai sebagai momentum bagi keluarga dalam meningkatkan ketahanan serta kesejahteraan keluarga. Ketahanan dan kesejahteraan dalam keluarga harus diwujudkan agar mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Bukan fokus pada kuantitas tetapi kualitas.
Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, momen berkumpul bersama keluarga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Manfaat berkumpul dengan keluarga adalah membangun ketahanan keluarga.
Sebuah studi yang dimuat jurnal Family Relations menyebutkan, keluarga yang sering melakukan kegiatan bersama akan memiliki ikatan emosional kuat dan dapat beradaptasi dengan baik yang akhirnya akan membangun ketahanan keluarga. Melakukan hobi bersama, berolahraga, menonton film, dan membaca buku merupakan contoh kegiatan yang mampu menciptakan keluarga harmonis.
Kebersamaan dengan keluarga membuat anak dan remaja tidak merasa canggung dengan orang tua mereka sendiri. Dengan sering melakukan kegiatan bersama, komunikasi yang terjalin akan lebih baik.
Ada delapan fungsi keluarga agar anak mencerminkan perilaku keseharian yang mulia.
1. Fungsi Agama
Tempat pertama kali orang mengenal agama adalah keluarga. Untuk itu, keluarga wajib memahami dan menanamkan 12 nilai dasar agama yaitu iman, takwa, jujur, tenggang rasa, rajin, saleh, taat, suka membantu, disiplin, sopan santun, sabar, dan ikhlas, serta kasih sayang.
2. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di antaranya adalah nilai toleransi dan saling menghargai, gotong royong, sopan santun, kebersamaan, dan kerukunan, kepedulian, serta cinta tanah air (nasionalisme).
3. Fungsi Cinta Kasih
Kebutuhan dasar manusia untuk memperoleh kasih sayang berasal pertama kali dari keluarganya. Selain menciptakan suasana penuh kasih sayang, ajarilah anak-anak untuk memiliki sikap empati, akrab, adil, pemaaf, setia, suka menolong, dan tanggung jawab.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga harus bisa menjadi tempat berlindung bagi anggotanya sehingga perlu tercipta rasa aman, tenang, dan tenteram. Pahami dan tanamkanlah sikap aman, pemaaf, tanggap, tabah, dan peduli kepada tiap anggota keluarga.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi ini berhubungan dengan melestarikan keturunan. Agar dapat menjalankan fungsi reproduksi dengan baik, tanamkan nilai tanggung jawab, sehat, dan teguh melalui pendidikan seks sejak dini.
6. Fungsi Sosialisasi Pendidikan
Bimbing dan bentuklah tingkah laku anak sesuai perkembangan mereka. Didiklah anak mengenai nilai-nilai moral utama seperti percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung jawab dan kerja sama, yang bermanfaat di tengah masyarakat.
7. Fungsi Ekonomi
Anak perlu memahami cara untuk menyikapi kehidupan ekonomi secara bijak. Bangunlah kebiasaan positif pada anak dalam mengelola keuangan seperti hemat, teliti, disiplin, peduli, dan ulet.
8. Fungsi Lingkungan
Keluarga perlu memperkenalkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan demi menciptakan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Semangat peduli lingkungan dapat diajari kepada anak melalui sikap bersih, disiplin, pengelolaan, dan pelestarian.
Keluarga Indonesia sudah saatnya menerapkan sikap-sikap dalam delapan fungsi keluarga ini untuk menciptakan dan mewujudkan keluarga yang mandiri dan sejahtera.
Agar keluarga selalu bahagia dan sejalan dengan poin 8 fungsi keluarga, mengatur jarak kelahiran anak juga menjadi salah satu poin keluarga bahagia.
Untuk itu, penggunakan kontrasepsi atau alat KB dibutuhkan sebagai cara efektif. Meski di situasi pandemi seperti sekarang ini, pasangan harus tetap memperhatikan agar tidak terjadi kelahiran yang tidak diinginkan dan akhirnya bisa membawa dampak buruk seperti kematian baik bagi ibu ataupun calon anak.
Kematian ibu hamil dipicu oleh kondisi kehamilan yang tidak ideal yang disebut ‘4 Terlalu’. Yakni Kehamilan terlalu muda (kurang dari 18 tahun), Usia yang terlalu tua untuk hamil (di atas 34 tahun), Jarak kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) dan juga Kehamilan terlalu banyak (lebih dari 3 anak).
Untuk mencegahnya dibutuhkan pengaturan kehamilan melalui alat kontrasepsi. Jadi bukan berarti tinggal di rumah saja ini membuat pasangan suami istri mengabaikan waktu untuk melakukan KB.
Sebagaimana dimaklumi peraturan di rumah saja ini membuat produktivitas untuk melakukan hubungan suami istri meningkat. Sehingga potensi terjadinya peningkatan kehamilan atau Baby Boom semakin besar.
Terlebih Covid-19 membatasi orang untuk melakukan pertemuan, salah satunya adalah dalam hal pelayanan untuk ber KB. Bahkan kepala BKKBN pusat Dr Hasto mengatakan segala bentuk pertemuan memang tidak disarankan lagi untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pihaknya telah mengubah pola komunikasi dalam menyampaikan program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yang baru mulai digaungkan pada awal bulan Maret tahun 2020 lalu.
Plt Kepala BKKBN Riau Sri Wahyuni juga menyatakan selama musim corona ini BKKBN juga melanjutkan penyuluhan KB secara e-learning. Penyuluh dan kader KB yang ada sampai di dusun-dusun tetap memberikan penyuluhan ke masyarakat dengan teknologi.
Selain penyuluhan tentang KB, kader KB di dusun ini juga diminta ikut membantu pemerintah menyosialisasikan tentang pencegahan virus corona atau Covid-19.
Penyuluhan secara daring (online) dilakukan bahkan jauh lebih efisien dibandingkan secara luring (offline) dari sisi anggaran maupun tenaga dibandingkan. Pemberian arahan atau instruksi kepada penyuluh dilakukan secara virtual.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 masih ada PLKB yang tetap berjuang melakulan penyulihan langsung ke lapangan. Namun tetap dengan menaati prosedur pencegahan Covid-19 baik bagi diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitar.
Adalah Sri Rezeki, salah seorang Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Kelurahan Air Dingin, Sri Rezeki yang selama pandemi Covid-19 tetap berjibaku menyampaikan program-program Bangga Kencana kepada masyarakat secara langsung.
Hampir setiap hari dirinya mendatangi rumah-rumah penduduk untuk menyampaikan program-program Bangga Kencana sehingga masyarakat bisa memahami dan ikut serta mensukseskan program rebranding KKBPK tersebut.
Kalau soal apa yang disampaikan, tentunya tak jauh-jauh dari program Keluarga Berencana. Sebut saja imbauan untuk tidak hamil di tengah pandemi. Caranya bisa dengan menggunakan alat kontasepsi ataupun dengan sistem kalender ataupun pantang berkala.
Waktu yang panjang ketika di rumah aja menjadikan produktuvitas untuk melakukan hubungan suami istri meningkat. Sehingga potensi terjadinya peningkatan kehamilan atau Baby Boom semakin besar.
Bahkan berdasarkan data yang disampaikan oleh kepala BKKBN Pusat Dr Hasto Wardoyo, ketika terjadi Covid-19, para akseptor KB yang aktif maupun baru sebanyak 38 juta di seluruh Indonesia itu tiba-tiba menghilang. Bahkan sejak Februari hingga Maret 2020, terjadi penurunan secara nasional akseptor pemakaian alat KB 40%.
Para ibu yang biasanya datang ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, dokter untuk pemeriksaan atau pemasangan alat-alat KB sekarang terkendala karena mereka tak bisa datang ke fasilitas kesehatan karena ditutup. Diasumsikan ledakan baby booming di tahun 2021 pun akan terjadi melebihi 4,5 juta penduduk baru.
Hal inilah yang mendasari Sri Rezeki untuk terus turun melakukan penyuluhan langsung kepada masyarakat. Sebagai tenaga penyuluh KB, dirinya mempunyai rasa tanggungjawab untuk bisa menghentikan ledakan penduduk tersebut. Caranya memang terdengar sepele, yakni hanya dengan memberikan imbauan dan penyuluhan, tapi efeknya sebenarnya sangat besar untuk menekan laju Baby Boom di Provinsi Riau.
Terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini. Tugas yang dilakukan oleh Sri Rezeki memang sarat resiko untuk terjangkit Covid-19. Bagaimana tidak, dirinya harus bertemu orang setiap harinya. Namun dirinya yakin, dengan niat ikhlas menjalankan tugas serta dalam melaksanakan tugas tetap mematuhi protokol kesehatan, dirinya akan senantiasa dilindungi dari paparan Covid-19.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan |