Petugas PLN melakukan pengecekan gardu listrik di komplek Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2019. CNN Indonesia/Bisma Septalisma
|
(CAKAPLAH) - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini mengakui pengelolaan utang perusahaan tak sehat. Masalahnya, perusahaan kerap mengandalkan utang 100 persen untuk membiayai proyek 35.000 megawatt (MW) atau 35 gigawatt (GW).
Ia menjelaskan perusahaan minimal berutang Rp100 triliun setiap tahun untuk membangun pembangkit listrik. Angka itu merupakan total kebutuhan dana untuk membiayai proyek 35.000 MW.
"Sebagai bankir saya paham ini tidak sehat. Kalau ada debitur datang ke bank mau investasi Rp100 triliun, saya tanya, dana sendiri berapa, saya minta 30 persen kan. Tapi ini kan dana PLN sendiri nol, pinjaman 100 persen. Ini kondisinya," ujar Zulkifli, Kamis (25/6).
Ia mengungkapkan total utang PLN dalam lima tahun terakhir hampir menyentuh Rp500 triliun. Ini karena setiap tahun perusahaan menarik pinjaman sekitar Rp100 triliun.
"Karena memang kami tidak ada kemampuan investasi yang terkait dengan proyek 35 GW ini. Dari investasi itu, pinjaman Rp100 triliun per tahun hampir tidak ada dana sendirinya PLN. Rp100 triliun itu 100 persen pinjaman," jelas Zulkifli.
Oleh karena itu, Zulkifli menyatakan pihaknya harus bekerja sama dengan produsen listrik swasta untuk merealisasikan proyek 35.000 MW. Dana yang dikeluarkan swasta nantinya akan lebih besar ketimbang PLN.
"Alokasi lebih besar memang swasta, porsinya 70 persen. Nanti empat sampai lima tahun mendatang seperti itu proporsinya. Itu pertimbangan juga atas kondisi keuangan PLN," kata Zulkifli.
Diketahui, keuangan PLN memburuk pada kuartal I 2020. Perusahaan membukukan kerugian sebesar Rp38,87 triliun pada kurun waktu tersebut.
Realisasi itu berbanding terbalik dengan kuartal I 2019 lalu. Saat itu, PLN masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,14 triliun.
Dari sisi liabilitas, angkanya terlihat naik 22,11 persen dari Rp568,97 triliun menjadi Rp694,79 triliun pada kuartal I 2020. Mayoritas liabilitas perseroan terdiri dari liabilitas jangka panjang sebesar Rp537 triliun, sedangkan liabilitas jangka pendek senilai Rp157,92 triliun.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan |