PEKANBARU (CAKAPLAH) - Memasuki fase kritis Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) pada bulan Juli hingga Oktober 2020, Pemerintah Pusat akan melakukan teknik modifikasi cuaca untuk membuat hujan di Riau pada bulan depan.
Hal itu langsung dikatakan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Siti Nurbaya di Mapolda Riau, Pekanbaru, Sabtu (18/7/2020).
"Teknik modifikasi cuaca bisa dijalankan dan itu akan dilanjutkan. Saya sudah meminta tim untuk melakukan modifikasi hujan buatan sambil melihat kondisi di Riau, karena mulai memasuki musim kemarau," kata Siti.
Kata Siti Nurbaya, sistem operasi ini perlu pengetahuan serta pemahaman tentang hak dan kewajiban dalam kaitan Karhutla. Pemerintah terus mencari solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah Karhutla ini.
"Untuk modifikasi cuaca akan secepatnya dilakukan di Riau, saya akan diskusi lagi bersama kepala BNPB dan melaporkan ke pak presiden. Kalau kerjanya cara pak presiden seharusnya tidak lebih dari 1 bulan sudah operasional, paling telat di pertengahan Agustus akan dioperasikan teknik modifikasi cuaca," jelasnya.
Lanjutnya, sistem operasional seperti deteksi dini, water bombing dan dashboard di Polda sangat penting dalam menjalankan suatu pengendalian Karhutla.
"Riau punya kekhususan, istilahnya punya fase kritis pertama dan kemudian kita harus hati-hati pada fase kritis berikutnya. Sejak Juli hingga akhir Oktober 2020 bisa dideteksi dengan cara teknik modifikasi cuaca. Sebetulnya kebasahan jumlah volume hujan bisa sampai 36 persen, Sumsel, Jambi dan Riau bisa sampai angka segitu dibandingkan dengan rata-rata selama ini," cakapnya.
"Kami juga datang ke Riau ini untuk mengonfirmasi dalam rangka penyelesaian Karhutla secara permanen. Dari tahun 2015 kita melakukan penangan Karhutla, pak presiden juga meminta untuk dilakukan pencegahan sebagai solusi permanen," pungkasnya.
Tidak hanya itu, Siti Nurbaya juga masih belum menjamin terkait tidak adanya Karhutla di Riau. Karena ini merupakan alam yang harus diikuti perilakunya.
"Kita harus hati-hati mengatakan tidak ada lagi ataupun ada lagi Karhutla, sebab ini alam. Alam itu harus diikuti perilakunya, dan yang paling penting adalah diikuti kontrol akibat-akibatnya, oleh karena itu kalau bisa kita mengendalikan sebab-sebabnya. Kalau hotspot ada, apinya mungkin ada, kan yang paling penting apinya tidak membuat dampak kepada masyarakat," tutupnya.
Penulis | : | Bintang |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Lingkungan, Riau |