Digelar di Tengah Pandemi, Seleksi Tari Kreasi Meranti Tetap Meriah
|
MERANTI (CAKAPLAH) - Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kepulauan Meranti sukses menggelar seleksi tari kreasi legenda objek daerah tahun 2020. Meski di tengah pandemi Covid-19, pelaksanaan seleksi tari tetap meriah.
Seleksi tari kreasi legenda objek wisata daerah oleh Bidang Ekonomi Kreatif Disparpora. Seleksi ini diikuti sebanyak 4 peserta yang berasal dari Pulau Merbau, Merbau dan 2 perwakilan umum. Untuk penilai, panitia mendatangkan tiga orang dewan juri. Dimana, dua dari tingkat Provinsi Riau, Rino Deza Pati dan Sabmanefi Alamanda dan satu lagi dari kabupaten, Aida Fitriana.
Acara dihadiri Sekretaris Dinas Pariwisata Riau, Dra Gustini, Kadisparpora Meranti Rizki Hidayat, Kabid Ekraf Mulyadi, Ketua PP Asnan Mahadar, dan beberapa orang camat serta pejabat lainnya. Di tengah kegiatan berlangsung, hadir juga Bupati Irwan dan Asisten III Rosdaner.
Dra Gustini, dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan seleksi tari kreasi oleh Bidang Ekraf Disparpora Meranti. Ia berharap, acara ini digelar tiap tahun agar bisa menghidupkan kembali pariwisata di kabupaten termuda se Riau ini.
Kadisparpora Rizki berharap, dengan adanya seleksi tari ini, mampu menggugah semangat sanggar-sanggar di Meranti yang dulu eksis namun sekarang mati suri. Selain itu, dengan menghadirkan dewan juri yang kompeten, bisa memberikan masukan-masukan kepada seluruh penari dan pemusik agar kedepannya sanggar di Meranti bisa lebih baik lagi.
"Tunjukkan kreativitasnya di bidang tari. Dewan juri akan memberikan masukan, apa saja yang harus diperhatikan dalam tarian. Nanti yang menang akan dikirim ke provinsi kalau di sana ada seleksi tari," kata Rizki Hidayat.
Kepada penata tari dan penggarap musik, Rizki menekankan betul apa yang menjadi masukan dari dewan juri harus pula menjadi bahan evaluasi. Agar, kedepan sanggar-sanggar di Meranti semakin siap tampil bersaing baik di tingkat provinsi, nasional atau bahkan internasional. Hal itu bukan target yang muluk, sebab dulu gudangkan pelaku seni di Riau ada di Kepulauan Meranti.
"Dua tahun lalu, kita tampil luar biasa, namun dikatakan musik kita plagiat. Mulailah belajar bagaimana kita menyusun musik dengan benar, sehingga ketika tampil ke tingkat yang lebih tinggi, kita tidak malu-maluin. Kedepannya kita harap Meranti bisa merebut juara 1 di tingkat provinsi," harap Rizki.
Di Tengah Pandemi, Seleksi Tari Patuhi Protokol Kesehatan
Menurut Kadisparpora Rizki, kegiatan seleksi tari kreasi ini terlaksana setelah mengalami penundaan waktu sebanyak tiga kali. Faktor penghambat saat itu adalah mewabahnya penularan virus corona. Namun, setelah berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk ke gugus tugas, seleksi tarian setiap tahun ini bisa terlaksana.
Di tengah pandemi, pelaksanaan seleksi tari tanpa penonton. Di hall, hanya boleh ditempati panitia, dewan juri dan beberapa yang punya kepentingan. Peserta diperbolehkan masuk ruangan ketika akan tampil dan terlebih dahulu dicek suhu tubuh. Bagi yang telah siap tampil, diminta segera keluar dari ruangan. Sedangkan di luar, telah disiapkan layar untuk menonton acara dan kursi telah diatur berjarak aman dari penularan Covid-19.
Agar kegiatan ini bisa disaksikan warga, panitia telah membuka talian live di akun media sosial instagram @ekraf.meranti. Sepuluh penonton yang beruntung mendapatkan hadiah.
"Di tengah pandemi, kita tak mengajak masyarakat menonton langsung. Namun demikian, masih bisa menyaksikan acara ini karena kita membuka channel instagram kita secara live," ujar Rizki.
Catatan Dewan Juri kepada Peserta Seleksi Tari
Sebelum mengumumkan pemenang, dewan juri memberikan beberapa masukan kepada peserta seleksi. Menurut Rino Deza Pati, sebuah musik tari harus dilakukan sama-sama dengan koreografer. Baik penata musik maupun penata tari, tidak bisa berdiri sendiri, harus saling mendukung bukan saling menutupi. Selain itu, hindari banyaknya melodi dalam satu bagian supaya penonton tidak berimajinasi sendiri.
Kemudian, saat tampil, sebagai pemusik harus ada dinamika. Musik harus mampu dimainkan seauai dengan gerak penari. Hal ini bisa terwujud jika antara penata musik dengan koreografer berdebat sebelum tampil.
"Musik jangan keras terus dari awal sampai akhir. Main harus sesuai antara gerakan penari dengan musik. Perdebatan antara koreografer dengan penata musik harus terjadi untuk sebuah karya yang digarap bersama. Namun tadi sudah ada beberapa musik terstruktur, imajinasi komposernya telah terbangun. Semoga ini tak berhenti dan harus berkelanjutan," harap Rino.
Selain itu, Rino juga menyarankan komposer muda di Meranti harus menerapkan konsep ATM, yaitu amati, tiru dan modifikasi. "Terapkan konsep ATM, dalam kesenian tak ada yang baru," pesan Rino.
Ditambahkan Sabmanefi Alamanda, penata tari harus banyak melakukan penelitian dan eksplorasi. Hasil dari penelitian itu kemudian diolah sehingga menjadi sebuah tarian. "Sehingga karya yang kita hasilkan malam ini, tak selesai malam ini juga. Tetapi harusnya berbekas dan menjadi edukasi bagi yang melihatnya," ujar Nanda.
Dewan juri Aida yang mengaku sangat kenal dengan para penari (eks muridnya-red) melihat memang terjadi peningkatan. Hal itu buah manis dari latihan keras yang jalani para penari dan pemusik. Meski demikian, dia menyarankan agar semuanya terus berlatih agar rentak, eksperesi dan power mampu menyampaikan tema tarian dengan maksimal.
Dari keempat penampilan, juara pertama berhasil diraih peserta perwakilan Pulau Merbau nomor undian 3 dengan nilai 2.500. Juara kedua, peserta umum dengan nomor undian 2 yang meraih nilai 2.400 dan juara 3 diraih peserta undian 4 dengan nilai 2.100 yang merupakan perwakilan Merbau. Lalu, juara harapan satu merupakan perwakilan umum, peserta undian 1 dengan nilai 1.950.
Guna memeriahkan acara, di sela seleksi panitia juga menyiapkan hiburan. Ganni Sagu Band penyanyi lokal Puja mendapat kesempatan tampil untuk menghibur.
Penulis | : | Rizal |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Pemerintahan, Kabupaten Kepulauan Meranti |