Ketua Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Riau Nursal Tanjung.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pelayanan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (Balkesda) Provinsi Riau dikeluhkan warga karena fasilitas kesehatan itu ikut tutup saat hari libur, padahal saat ini tengah pandemi Covid-19.
Kondisi itu dialami Ketua Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Riau Nursal Tanjung. Ia mengeluhkan tempat itu ikut tutup saat cuti bersama pekan lalu. Padahal ia harus melakukan swab karena hasil rapid test reaktif.
"Dari proses awal mulai masuk, karena memang bertepatan hari libur tanggal merah. Saya masuk hari Kamis. Pada Jumat, Sabtu, dan Minggu hari libur. Alat ambil sampel swab itu mesti diambil sesuai adanya pasien di rumah sakit, baru bisa diajukan untuk diambil di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah RSUD Arifin Achmad. Nah, tapi karena hari libur, balai kesehatan daerah itu tutup. Alat itu tidak bisa didapatkan. Artinya saya harus menunggu sampai hari Senin," kata Nursal, Selasa (25/8/2020).
Ia menyebut harus menunggu dalam kondisi ketidakpastian. Ia mengaku sebenarnya hasil swab setelah diperiksa di laboratorium sudah bisa diketahui sekitar 2 jam saja. Namun, ia harus menunggu selama berhari-hari.
"Arti kata lain, saya menunggu ketidakjelasan. Apakah saya positif atau tidak. Hari Senin kemarin baru diswab. Nah kemudian yang harusnya proses swab di laboratorium tidak memakan waktu 2 jam, tapi karena mungkin pengecekan itu satu-satunya di Riau, sehingga saya harus menunggu hasil swab satu minggu," jelasnya.
Lanjutnya, ia terpaksa menunggu di rumah sakit dalam ketidakpastian berkisar 12 hari. Dalam 12 hari ini, ia belum tahu apakah positif atau negatif. Seandainya tidak positif, kata dia, karena lama di rumah sakit ini, kemungkinan besar ia bisa terpapar.
"Karena di rumah sakit ini Cleaning Service pasien positif dan saya orangnya sama. Perawatan yang merawat juga sama. Waktu panjang ini kan membuat peluang terkontaminasi besar," kata dia.
Menurutnya, hal seperti itulah yang sudah diketahui masyarakat sehingga masyarakat ketakutan untuk datang ke rumah sakit. Awal gejala yang ia rasakan adalah mencret. Ketika dirapid test hasil reaktif. Kalau reaktif, kata dia, bisa saja virus lain.
"Dengan lamanya di rumah sakit kan berisiko. Ada kekhawatiran. Tolonglah cari solusinya, periksa swab itu sebetulnya 2 jam, setelah 2 jam hasil keluar. Jangan korbankan. Kalau masyarakat ketakutan, dan ternyata positif, tidak mau ke rumah sakit, penyebarannya lebih dahsyat lagi," jelasnya.
Ia merasakan gejala itu saat pulang dari Sumatera Barat. Ia merasakan tidak enak. Menurutnya hal itu wajar saja karena capek dan stamina kurang. Tenggorokan, kata dia terasa panas tapi tidak batuk.
"Saya bingung sama pemerintah daerah, dalam kondisi seperti ini, tempat itu tidak dibuka. Kok tutup, itu yang saya kritisi, bagaimana tanggung jawab pemerintah," jelasnya.
Penulis | : | Delvi Adri |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau |