Komite BPH Migas, Hendri Ahmad.
|
(CAKAPLAH) - Kapal motor yang ditumpangi Anggota DPR RI Abdul Wahid pernah kehabisan bahan bakar saat menuju Selatpanjang, beberapa yang lalu. Untuk mengisi bahan bakar, Abdul Wahid dan para penumpang lainnya harus menunggu satu jam di tengah laut sampai BBM datang.
"Saya harus menunggu satu jam-an BBM. Kondisi ini tanda BBM di daerah Riau bagian pesisir itu langka," cerita Abdul Wahid saat Sosialisasi Tugas Fungsi dan Capaian Kinerja Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas di salah satu hotel Pekanbaru, Sabtu (26/9/2020).
Peristiwa yang terjadi sebulan lalu itu, menurut Abdul Wahid, menjadi potret susahnya masyarakat di Riau mendapatkan BBM.
"Riau ini julukannya di atas minyak di bawah minyak, tapi masyarakatnya sulit dapat BBM. Karenanya kita minta pemerintah dan BPH ini bisa mendistribusikan BBM di Riau lebih adil sehingga masyarakat tak kesulitan cari BBM," harap anggota Komisi VII DPR RI yang membidangi urusan migas ini.
Komite BPH Migas, Hendri Ahmad, mengungkapkan bahwa pihaknya pernah mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menjadikan Selatpanjang menjadi kota gas.
"Saya pernah mengusulkan Pemkab Kepulauan Meranti memanfaatkan optimal gas yang ada di sana. Bahkan kalau perlu, jadikan Selatpanjang menjadi kota gas sehingga tidak tergantung lagi dengan minyak. Karena disana ada sebuah pulau yang menghasilkan gas," papar Hendri.
Lanjut Hendri, gas itu bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga atau pun untuk bahan bakar kendaraan bermotor di Selatpanjang.
"Kalau lah Kepulauan Meranti, khususnya Selatpanjang menjadi kota gas, selain ketersediaan gas bisa dikondisikan dengan baik disana, juga membawa dampak baik bagi lingkungan," kata Hendri.
Penulis | : | Alzal |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Ekonomi, Riau, Kabupaten Kepulauan Meranti |
01
02
03
04
05
Indeks Berita