Husnul Kausarian
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Terbitnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Beting Aceh, Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis membuat berbagai pihak terkejut. Bagaimana tidak, pantai eksotis dengan butiran pasir putih halus yang sudah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) itu terancam bakal punah.
Izin konsesi itu dikeluarkan Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Riau. Surat izin itu dikeluarkan tanggal 29 Maret 2017 dengan nomor surat 503/DPMPTSP/IZIN-ESDM/66.
Peneliti dari Universitas Islam Riau (UIR) Husnul Kausarian M.Sc,Ph,D mengatakan, dirinya pernah melakukan dua kali penelitian yakni studi geologi dan studi kelayakan di pulau rupat utara tersebut, tepatnya tahun 2013 lalu.
Menurutnya, pasir laut yang ada di kawasan tersebut bukanlah pasir biasa yang banyak dikeruk oleh pengusaha pertambangan kebanyakan.
Dari hasil uji laboratorium geokimia menggunakan metode X-RF (X-Ray fluorescence) dan X-RD (X-Ray Diffraction) menunjukkan pasirnya mengandung silika (senyawa dari unsur silikon) yang super sangat tinggi diatas 95%
Artinya kata lulusan Chiba University Jepang ini, kandungan pasir beting aceh memiliki nilai ekonomis tinggi. Pasir silika katanya, bisa menghasilkan produksi semen kualitas tinggi, gelas, semi-konduktor hingga kosmetik (silikon untuk operasi plastik).
"Tentunya ini hanya akan bernilai tinggi jika sudah menjadi produk turunan tersebut. Jika masih dalam bentuk pasir, harganya tak jauh beda dengan pasir biasa, mungkin lebih mahal sedikit lah Tahun 2013," ucapnya kepada CAKAPLAH.com.
Dijelaskannya, dalam melakukan penelitian, pihaknya bekerjasama dengan Balitbang Provinsi Riau ketika itu. Dari studi kelayakan yang telah dilakukan, beberapa rekomendasi juga dikeluarkan antara lain perlu adanya DED, selanjutnya AMDAL dan segala kelengkapannya agar (kalau misalnya ditambang) suistainable dengan kondisi lingkungkan dan ekosistem laut.
"Untuk diketahui, pasir ini hanya terdapat dilaut yang dibawa oleh selat melaka, bukan hasil dari pelapukan batuan/tanah rupat utara. Hal yang paling penting adalah mengingat karakteristik fisik pasir yg terdapat di Rupat Utara yg mudah tercerai, ini perlu perhatian sangat mendalam, karena riskan pasti tersedot semua,"jelas Dosen tetap di UIR ini.
Sebagai gambaran lain sambungnya, karakter pasir silika ini jika ditekan dengan mengambil contoh kita membawa kendaraan di pantai pasir tersebut, maka kendaraan kita bisa melaju layaknya berada di jalan tol.
"Karena partikel pasir silika jika ditekan/ diberikan beban, maka antara partikelnya akan saling mengikat dan rapat. Itulah sebabnya kalau kita bawa kendaraan diatas pantai pasir ini, kita bisa melaju kencang layaknya dijalan bebas hambatan," pungkasnya
Hasil dari penelitian itu kata Husnul, sudah disampaikannya kepada Pemerintah Provinsi Riau dan Pemkab Bengkalis ketika itu. Sayangnya, tidak ada tindaklanjut dari pemerintah.
Mengenai izin tambang yang terbit tersebut, Husnul juga sangat menyayangkan. "Harus ada DED, karena kalau dengan kondisi main sedot saja, sementara kandungannya sedikit, bisa kita bayangkan kerusakan alam yang terjadi. Bisa hilang pasir itu semua, menyisakan lumpur-lumpur dan pencemaran saja nantinya. Hanya dalam waktu singkat bisa punah," tuturnya.
Sebab itu, Ia menyarankan agar Pemerintah mengkaji ulang izin yang diterbitkan tersebut. Apalagi kawasan ini merupakan salah satu destinasi wisata yang dapat dijual kepada wisatawan mancanegara.
"Jangan sampai ada pengerukan disini sampai adanya kajian yg betul-betul mendalam secara keseluruhan yang meliputi semua aspek. Dan akan semakin baik jika ini terus dipelihara. Ada potensi besar wisata luar biasa yang kalau dipoles bisa menjadikan Rupat Utara sebagai salah satu destinasi wisata kelas dunia, karena keindahan, keunikan dan eksotisme nya," saran Husnul.
Editor | : | Hadi |
Kategori | : | Lingkungan |