PEKANBARU (CAKAPLAH) - Di tengah perlambatan ekonomi di masa pandemi seperti sekarang ini, industri pasar modal masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Industri pasar modal berhasil mencapai pertumbuhan tertinggi di Bursa Asia Tenggara.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal 2B OJK, Yunita Linda Sari dalam seminar "Reksadana, ETF dan Indeks" dalam rangkaian Capital Market Summit Expo (CMSE) 2020 yang digelar secara virtual.
Ia mengatakan pertumbuhan ini dibuktikan dengan adanya 46 perusahaan baru yang melakukan Initial Topic of Print di tahun 2020.
"Meskipun IHSG turun cukup drastis, di Maret 2020, namun kita sudah mulai menunjukkan kinerja positif meski belum mencapai kondisi normal," ujar Yunita Linda Sari.
Ia menjelaskan, sebelum terkoreksi di awal September, pergerakan IHSG dari awal Juli hingga akhir Agustus mengalami kenaikan sebesar 3,83 persen. Saat ini secara perlahan masih terus beranjak naik.
"Jika kita lihat data pertengahan bulan Oktober 2020, telah mengalami kenaikan lebih dari 5 persen jika dibandingkan dengan pertengahan September 2020," ungkap Yunita.
Namun dilihat dari data kinerja industri pengelolaan investasi, tahun ini tercatat sedikit penurunan pada unit penyertaan reksa dana sebesar 0,61 persen dari 426,57 miliar unit pada Agustus turun menjadi 423,96 miliar unit di bulan September. Total dana kelolaan juga turun sebesar 2,05 persen dari total Rp 520,80 miliar di Agustus 2020 menjadi Rp 510,15 miliar di bulan September.
Namun jumlah transaksi yang terjadi sepanjang periode tersebut sedikit mengalami kenaikan. Jumlah pembelian atau subscription reksadana sepanjang September sebesar Rp 57,58 triliun, naik 2,51 persen dari bulan sebelumnya berjumlah Rp 56,17 triliun.
"Sedangkan untuk penarikan mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 30,73 persen di bulan Agustus sebesar Rp 42,92 triliun menjadi Rp 56,1 triliun di bulan September. Sedangkan perkembangan untuk produk investasi meskipun tercatat produk reksadana mengalami kenaikan sebanyak 34 produk dari 2181 produk di akhir 2019 menjadi 2215 produk di Oktober 2020," ungkapnya.
Namun jika dilihat secara keseluruhan produk pengelolaan investasi terdapat penurunan jumlah 87 produk dari 2873 akhir 2019 menjadi 2786 di Oktober 2020. Meski kinerja pasar modal belum sepenuhnya pulih, namun OJK terus mendukung pulihan tersebut. Salah satunya serangkaian kebijakan yang telah dikeluarkan OJK selama masa pandemi Covid-19.
"Tentunya untuk mengurangi dampak pandemi Covid, PJK akan terus meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak seperti pemerintah maupun lembaga jasa keuangan lainnya," sebutnya.