Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri terkait sumbangsih milenial. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
|
(CAKAPLAH) - Pernyataan 'kontroversial' Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri saat mempertanyakan sumbangsih milenial bakal negara mendapat respons masyarakat, khususnya pengguna Twitter.
Mereka mempertanyakan dan tidak sedikit juga yang memberi sindiran atas maksud dari ucapan Presiden kelima Indonesia tersebut.
Misalnya akun @ikhwn_mhmmd yang menyebutkan Megawati tak sadar bahwa selama ini buzzernya juga berasal dari kalangan milenial.
Bu mega mungkin lupa bahwa buzzer-buzzernya kebanyakan juga milenial????#megawati
— UNGKE (@ikhwn_mhmmd) October 29, 2020
Selain itu, akun OkkyMadasari merespons pernyataan Megawati sembari mengunggah foto anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming dan mantunnya, Bobby Nasution.
Gibran dan Bobby diketahui sebagai salah satu milenial yang kini terdaftar sebagai peserta pilkada.
"Saya setuju dengan pernyataan Bu Mega "Jangan manjakan milenial". Anak muda harus memberi kontribusi nyata pada masyarakat sebelum ikut dalam perebutan kekuasaan. Apalagi kalau hanya modal rekomendasi," tulis Okky dalam akun Twitter @okkymadasari.
Saya setuju dengan pernyataan Bu Mega "Jangan manjakan milenial".
— Okky Madasari (@okkymadasari) October 29, 2020
Anak muda harus memberi kontribusi nyata pada masyarakat sebelum ikut dalam perebutan kekuasaan. Apalagi kalau hanya modal rekomendasi.#martabakpolitik pic.twitter.com/Hi47kYuw6T
Sementara akun Kang Yan dan Mas Dimas menyebut para milenial sebetulnya punya sumbangsih terhadap negara melalui caranya masing-masing.
Bu Mega yang terhormat, sebajingan apapun pemuda masih ada kontribusi terhadap negara misalnya dia perokok, pemabuk. Tau sendiri kan pajeknya lama-lama jg makin naik heheheh
— Kang Yan (@NOLTITIKSATU) October 29, 2020
Dear Bu Mega, kalo ibu nanya apa sumbangsih saya kepada negara ini. Alhamdulillah, saya nggak bikin pusing rakyat, saya juga ikut menbantu pemerintah yang lagi berjuang melawan Covid-19 dengan cara rebahan aja dirumah seharian selama berbulan-bulan, gak gampang loh Bu rebahan itu
— MasDimas (@SayaSiMasDimas) October 29, 2020
Sedangkan akun Dwi Nugroho menanggapi Megawati dengan guyonan. Kata dia apa yang disampaikan Megawati sebagai bentuk kekesalannya terhadap para cucu.
Sudah lebih dari 7 ribu cuitan dan menjadi trending di Indonesia terkait perbincangan yang menyangkut 'Bu Mega'.
Mungkin Bu Mega lagi kesel ma cucu2nya yang minta jajan terus kali hingga muncul pernyataan ini ???? https://t.co/drhsgedjtw
— Dwi Nugroho (@dwi_nugroho08) October 29, 2020
Sebelumnya, Megawati membuat pernyataan dengan meminta Jokowi untuk tak memanjakan generasi milenial sambil mempertanyakan sumbangsih kelompok tersebut bagi bangsa.
"Saya bilang ke presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial, saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa viral tanpa bertatap langsung, apa sumbangsih kalian untuk bangsa dan negara ini?" kata Megawati, dalam acara peresmian kantor DPP PDIP secara virtual, Rabu (28/10).
Megawati juga menyinggung aksi demo yang justru berujung pada perusakan sejumlah fasilitas umum.
Rakyat Demonstrasi karena Kebijakan Tak Adil
Menanggapi hal ini, mahasiswa membalas tudingan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang mempertanyakan sumbangsih kaum milenial kepada bangsa dan negara. Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI mengatakan demonstrasi yang kerap berakhir bentrok adalah bentuk kemarahan rakyat.
Koordinator Kajian Isu BEM SI Alif Zulfikar Syahroni mengatakan, Megawati seharusnya tak hanya menyoroti masalah fasilitas yang rusak kala aksi massa. Sementara aspirasi mahasiswa yang notabene kaum milenial untuk menolak Undang-Undang Cipta Kerja malah tak digubris.
"Yang harus dinilai oleh pemerintah atau Bu Mega, semestinya adalah kenapa masyarakat marah sehingga adanya kerusakan? Bukan penyebabnya yang dipersoalkan, malah kerusakan itu yang disorot," ujar Alif saat dihubungi Suara.com, Kamis (29/10/2020).
Alif menyebut seharusnya Megawati mendorong para pejabat pemerintah agar mendengarkan aspirasi masyarakat. Setelah menyerap aspirasi arus massa, pemerintah juga harus membuat kebijakan yang adil demi kepentingan rakyat.
"Harusnya mereka sadar kenapa masyarakat bisa marah, karena kebijakan yang sudah tidak berlandaskan untuk rakyat," jelasnya.
Selain itu, ia menegaskan, sejak perencanaan aksi massa, tidak ada sama sekali niatan untuk merusak fasilitas umum.