PEKANBARU (CAKAPLAH) - Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Sakai Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Riau (Unri) mengadakan ekspedisi pemetaan gua di Desa Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.
Sebelumnya Mapala Sakai FISIP Unri juga telah berhasil melaksanakan ekspedisi pemetaan gua di Gua Langkuik Tujuoh, Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.
Erik Rachman selaku Ketua Mapala Sakai FISIP Unri mengatakan ekspedisi ini berlangsung dari tanggal 13 - 15 November 2020. Bergerak dari Pekanbaru tim ekspedisi menghabiskan waktu selama kurang lebih 4 jam untuk sampai di Desa Tandun, setibanya di sana tim pun langsung disambut oleh Komunitas Penggiat Alam (Kopi Malam).
"Setelah berbincang dengan Kopi Malam, tim kembali melanjutkan perjalanan menuju lokasi gua yang menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam, dan sesampainya di sana tim langsung beristirahat. Keesokan harinya kita kembali melanjutkan aktivitas yakni masuk ke gua dan melakukan pemetaan. Pemetaan dimulai dari mengukur mulut gua dengan pita ukur, menembak kompas untuk mendapatkan sudut, dan mengukur ketinggian atap menggunakan klinometer," ujar Erik Rachman.
Ia menjelaskan terdapat aliran air tepat di mulut gua. Di dalam gua ada beberapa lorong dan juga terdapat ruangan besar (chamber). Gua ini masih terbilang alami karena masih banyak kelelawar dan aroma khas goano (pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar,red) yang masih tercium.
"Setelah selesai melakukan pemetaan pada gua yang pertama tim langsung kembali ke lokasi camp untuk beristirahat. Gua yang pertama ini diberi nama Sigighan. Sigighan merupakan sejenis sumur. Menurut yang pernah masuk kesana sebelumnya, di gua tersebut ada dua buah sumur kecil namun lebih tepatnya disebut sigighan dari pada sumur. Maka dari itu dinamakan gua Sigighan. Nama gua tersebut merupakan kesepakatan dari Kopi Malam karena sebelumnya gua tersebut tidak memiliki nama," Cakapnya.
Hari selanjutnya, tim melanjutkan pemetaan pada gua yang kedua, untuk sampai ke lokasi gua menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit dari lokasi camp dan setelah sampai di lokasi gua tim langsung melakukan pemetaan kembali. Berbeda dari gua pertama gua kedua ini lebih menarik karena di dalamnya terdapat ornamen berbentuk piring dan cucuran air dari atas gua.
"Namun sangat disayangkan karena kondisi gua ini sudah tidak terjaga lagi kelestariannya, banyak coretan di dinding gua mengganggu pemandangan mata. Hal tersebut merupakan aksi vandalisme yaitu perbuatan yang merusak dan menghancurkan karya seni dan barang berharga lainnya, tentu saja vandalisme tersebut merupakan perbuatan yang dilarang.," sebutnya.
Untuk gua yang kedua ini Mapala Sakai menamainya Gua Pinggan, hal tersebut karena didalam gua banyak ornamen yang berbentuk seperti piring sedangkan piring dalam Bahasa melayu yaitu "pinggan".
"Untuk selanjutnya Mapala Sakai FISIP Unri akan bergegas mencari dan menemukan gua-gua yang ada di Riau ini. Gua-gua yang belum pernah orang ketahui disinilah kami akan temukan. Kemudian Gua itu tidak dibiarkan begitu saja setelah ditemukan, namun akan dijaga kelestariannya supaya potensi alam di Riau terus berkembang," tutupnya.
Sebagai informasi, untuk pemetaan gua yang kedua ini, Mapala Sakai diwakili oleh tim yang terdiri dari 6 orang yaitu Erik sebagai Leader, Ika sebagai Notulen, Fidelis sebagai Shutter, Risda sebagai Pointer, Ryan sebagai Deskriptor dan Intan sebagai Dokumentasi.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Lingkungan, Riau |