ROHUL (CAKAPLAH) - Debat publik calon bupati dan wakil bupati Rokan Hulu (Rohul), Rabu (25/11/2020) malam menyisakan cerita menarik. Salah satunya perdebatan sengit terkait alokasi anggaran untuk program "Bantuan Kodai" yang digagas pasangan Hafith Syukri-Erizal di tengah kondisi APBD Rohul yang terus mengalami defisit.
Perdebatan terkait program "Kodai" ini berawal dari jawaban Hafith Syukri-Erizal terhadap pertanyaan panelis yang menanyakan langkah yang akan dilakukan paslon nomor urut 3 untuk mengurangi angka pengangguran terbuka di Rohul.
Menjawab pertanyaan itu, Hafith Syukri menyampaikan arah kebijakan jangka pendek yang akan dilakukan untuk membangkitkan kembali sektor UMKM yang terdampak Covid-19 dengan memberikan bantuan stimulan sebesar Rp 5 juta kepada pedagang kecil, membuat klinik UMKM dan pendampingan, sehingga UMKM dapat berkembang dan membuka lapangan pekerjaan.
"Pandemi ini sangat berpengaruh kepada ekonomi masyarakat. Tutupnya sekolah berdampak pada tutupnya kantin sekolah, penurunan pendapatan tukang becak dimana banyak masyarakat kita yang tertumpang kehidupannya di sektor itu. Sebagai pemerintah kami akan hadir memberikan solusi dengan program 5 plus," sambil menunjukkan Kartu MAU.
Jawaban paslon nomor 3 itu kemudian ditanggapi Syahril Topan, Cawabup nomor urut 1. Ia menyampaikan dalam mengatasi pengangguran kebijakan yang akan dilakukan dengan memberikan keterampilan bagi anak muda dengan membuka Balai Latihan Kerja (BLK) dan memberdayakan kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Topan juga penasaran dengan program Bantuan Modal Kodai Rp 5 juta tersebut, mengingat kondisi keuangan APBD Rohul yang terus menurun setiap tahunnya.
"Saya mantan pimpinan DPRD, kami tahu betul kondisi keuangan Rohul terus merosot. Sekarang di angka Rp1.1 triliun uang itu lebih besar untuk belanja pegawai. Nah jika ada bantuan modal itu dari mana uangnya?," tanya Topan.
Menanggapi pertanyaan itu, Hafith Syukri yang merupakan mantan Wakil Bupati Rohul itu memberikan jawaban menohok dan semakin membuat penasaran. Ia mengaku heran, mindset tingkat elit Rohul masih seputar bagaimana menghabiskan APBD Rohul. Padahal, kata dia, banyak potensi anggaran yang belum tergarap.
"Mengapa kita tidak berpikir bagaimana mencari uang. Banyak sumbernya tersedia baik di provinsi ataupun pusat. Kalau menghabiskan uang APBD siapa saja bupatinya bisa. Dan kami sudah siapkan strategi yang kreatif untuk mencari anggaran itu, kalau hanya bergantung APBD bagaimana kita mau mengejar ketertinggalan ini," cakap Hafit Syukri.
Calon petahana Sukiman, yang diberikan kesempatan menanggapi jawaban paslon 3 juga sependapat dengan paslon 1. Ia juga ragu program "Kodai" tak mungkin terlaksana di tengah kondisi keuangan Rohul saat ini.
"Saya sependapat dengan paslon 1. Kondisi keuangan kita sangat terbatas kalau Program itu (Bantuan 5 Juta) nyarinya uangnya dimana?," ujar Sukiman.
Kemudian, Calon Wakil Bupati nomor Urut 3 Erizal menanggapi keraguan Sukiman terkait program Kodai yang diusungnya. Erizal mengatakan, kepala daerah adalah otak kebijakan di suatu daerah. Kepala daerah harus berpikir bagaimana menghidupi daerah yang dipimpinnya meski di tengah keterbatasan.
"Kalau bupati wakil bupati tidak mampu cari duit mau jadi apa negeri ini. Sama dengan kepala rumah tangga, kalau orang tua tak bisa menafkahi anak-anaknya bisa mati kita semua. Harus cari potensi lain, daerah kita kaya, CSR bisa digarap, potensi zakat dan wakaf besar, tapi selama ini belum termanfaatkan. Itu persoalannya," tegas Erizal.
Rasa penasaran Sukiman terhadap Program Bantuan Kodai Rp 5 juta semakin memuncak. Dalam debat eksploratif di segmen ketiga itu Sukiman kembali menanyakan bagaimana cara Hafith Syukri-Erizal merealisasikan janji tersebut.
Menjawab pertanyaan itu, Hafith Syukri-Erizal terlihat menggantung rasa penasaran Sukiman terhadap program yang mereka usung. Dengan sedikit bercanda, Hafith tak secara langsung menjawab pertanyaan Sukiman tersebut dengan alasan takut ditiru.
"Uangnya dari mana? Kalau di kasih tahu nanti ditiru lagi. Saya janjikan Rp 5 juta, bapak tawarkan Rp 10 juta. Yang jelas kalau mau buktikan pilih nomor 3. Yang pasti sumbernnya ada dan kami akan wujudkan itu. Kami tidak hanya akan mengandalkan APBD. Di pusat dan provinsi itu banyak uang. Kalau kita hanya diam di rumah dan di kantor makin lama Rohul makin terpuruk," ucap Hafit.
Mendengar jawaban itu, Sukiman yang terlihat tidak puas dengan jawaban Hafith Syukri tersebut kemudian menyatakan, sebuah program harus berdasarkan kemampuan, jika tidak akan menimbulkan persoalan di kemudian hari. Seperti Program Bea Siswa Bupati sebelumnya (Achmad-Hafit) yang saat ini masih menjadi hutang di masa pemerintahan Sukiman.
"Niat Paslon Nomor 3 bagus sekali. Tapi suatu keinginan yang tidak berdasarkan pada fakta akan menimbulkan masalah. Contohnya, hutang bea siswa masa lalu yang ditinggalkan. Kalau buat program harus memperhitungkan kemampuan juga. Jangan hanya kemauan saja yang besar tapi kemampuan tak ada," tutup Sukiman mengakiri debat.
Penulis | : | Ari |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Politik, Kabupaten Rokan Hulu |