PEKANBARU (CAKAPLAH) - Senyum merekah nampak jelas di wajah Abdul Kohar saat menerima bantuan alat pengering Kakao dari Politeknik Caltex Riau (PCR). Dirinya tak menyangka, permasalahan yang dihadapinya selama ini, khususnya saat musim hujan akhirnya tak akan terjadi lagi.
Abdul Kohar adalah seorang petani Kakao di daerah Rumbai, Pekanbaru yang beruntung mendapatkan mesin pengering Kakao dari PCR. Kepada CAKAPLAH.COM, dirinya mengatakan sudah menjadi petani Kakao sejak tahun 2002. Selama itu pula, setiap musim hujan dirinya kebingungan untuk mengeringkan Kakao yang telah dipanen. Alhasil, dirinya memerlukan waktu yang relatif lebih lama.
"Saya sudah mulai menanam Kakao itu sejak tahun 2002. Alhamdulillah hingga saat ini masih ada buahnya. Karena menurut teorinya, Kakao ini maksimal berproduksi selama 25 tahun. Dan memang sekarang kan belum sampai 25 tahun. Kalau perawatannya bagus, insya Allah buahnya juga akan bagus," ujar Abdul Kohar, Selasa (1/12/2020).
Ia mengatakan alat yang diberikan oleh PCR ini sangat berguna sekali, terlebih di musim hujan seperti sekarang ini.
"Biasanya kalau sudah musim hujan kami bingung untuk jemurnya. Karena Kakao ini kalau tidak cepat dikeringkan, bisa menghitam dan kualitasnya akan berkurang. Makanya dengan bantuan alat pengering ini tentunya sangat membantu kami. Walau musim hujan, pengeringan akan tetap maksimal dilakukan," ungkapnya.
Sementara itu, Retno Tri Wahyuni, S.T.,M.T. selaku ketua tim riset mengatakan kegiatan ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa hibah produk teknologi yang didesiminasikan kepada masyarakat dengan skema hibah yang didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Jadi kita mempunyai alat, berupa teknologi tepat guna yang kita aplikasikan ke masyarakat. Dalam hal ini mitra kita adalah petani kakao. Awalnya alat ini adalah hasil penelitian PCR. Kemudian alat ini berpotensi dikembangkan dan diaplikasikan ke masyarakat, dalam hal ini adalah petani kakao. Kita melihat ada mitra di sekitar kita yakni Pak Kohar yang membutuhkan alat tersebut sehingga kita memilih beliau menjadi salah satu mitra. Terlebih Pak Kohar juga mempunyai kebun yang cukup luas dan hasil yang cukup banyak," ujar Retno didampingi Elva Susianti, S.ST.,M.T. dan Amirul Huda, A.Md selaku anggota tim riset.
Disampaikan Retno, alat ini didesain untuk kapasitas rumah tangga yang disesuaikan dengan kebutuhan petani itu sendiri. Terlebih soal kebutuhan daya listriknya.
"Kelebihan alat ini selain bisa mengeringkan, memeras lendir, juga bisa digunakan untuk menyangrai kakao. Untuk kapasitasnya itu 5 Kilogram. Dan dalam waktu sekitar 4 jam an kakao akan kering. Tergantung dari kandungan air yang ada pada Kakao," Cakap Retno yang juga Kepala Bagian Penelitian dan Pegabdian Masyarakat (BP2M) PCR.
Dibandingkan manual, lanjut Retno, alat ini lebih efektif. Karena berdasarkan informasi dari mitra, untuk pengeringan Kakao ini biasanya membutuhkan waktu 5 hingga 7 hari.
"Jadi kalau memang cuacanya lagi panas, tidak pakai alat ini juga tak masalah. Namun yang jadi masalah adalah ketika musim hujan. Proses pengeringan akan terganggu. Karena biji kakao itu kalau tidak segera dijemur, maka akan tumbuh tunas dan juga menghitam. Jadi memang alat ini sangat efektif digunakan oleh petani saat musim hujan," tutupnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Pendidikan, Kota Pekanbaru |