Nakes Syarifah Sabila Anggilina
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Syarifah Sabila Anggilina harus rela menahan rindu kehangatan pelukan kedua anaknya demi menjalankan tanggung jawabnya sebagai tenaga kesehatan. Ia seorang perawat, salah satu garda terdepan penanganan Covid-19 di Riau.
Bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru, mengharuskannya tidak pulang ke rumah dan harus menetap di hotel Aryaduta sejak April lalu.
Hal yang paling menyesakkan baginya adalah ketika satu kota, tapi tidak bisa bercengkrama dengan sepasang anaknya yang masih kecil. Ia rindu berada di tengah-tengah keluarganya.
"Saya hanya bisa berjumpa dengan anak saya, tapi tidak bisa memeluknya. Saya hanya bisa datang untuk antar makanan, itupun di luar pagar. Ada tapi tak bisa bercengkrama. Paling ketika rindu cuma bisa melepasnya lewat video call," kata Syarifah sembari mengatakan bahwa ia diizinkan pulang dengan wajib test rapid terlebih dahulu.
Wanita yang akrab disapa Anggi ini mengatakan, ia bertugas di Poli Pinere dan mendapatkan tugas untuk melakukan rapid test dan swab test ke pasien.
"Karena berisiko besar, jadi saya dan teman-teman di poli pinere selalu siaga dengan mengenakan baju hazmat lengkap," katanya.
Disinggung mengenai apakah tidak ada rasa lelah dan khawatir dengan risiko penularan Covid-19, ia mengaku rasa khawatir tetap ada. Namun semua itu ia serahkan kepada tuhan dengan tetap berupaya menghindari risiko tersebut.
"Sejujurnya saya takut, tapi saya lebih takut sama tuhan. Dan tugas ini demi kemanusiaan," cakapnya lagi.
Anggi mengaku sedih melihat masyarakat yang masih banyak tak peduli dengan Covid-19. Masih banyak yang acuh tak acuh dengan protokol kesehatan.
"Sedih karena masyarakat itu masih kurang peduli sama Covid-19. Masih kurang care, belum kena belum percaya. Padahal kalau kita ikuti protokol kesehatan, dengan memakai masker, keluar seperlunya, insyaAllah," katanya menahan sesak.
Anggi mengatakan, selama ini masyarakat ada yang bergejala tapi tidak mau berobat. "Alhasil sampai di rumah sakit sesak, ICU penuh. Yang buat sedih itu, ada yang keras kepala tidak mau dirawat. Mau dipaksakan tapi kan bukan hak kita sebagai Nakes. Karena pasien punya hak menolak, itu yang membuat kita sedih," jelasnya.
Lebih jauh, ia mengajak agar semua pihak untuk bersatu padu hingga Covid-19 tak lagi membayangi warga bumi Lancang Kuning. Dengan memakai masker, menjaga jarak, rutin cuci tangan, hal tersebut cukup untuk langkah awal memutus mata rantai Covid-19.
"Saya berharap semoga semua pihak bersatu padu untuk menekan angka Covid-19, agar masyarakat Riau bisa tenang, agar saya bisa bertemu dan bercengkrama lagi dengan anak saya," ujarnya.
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau |