Ilyas Husti
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Prof Ilyas Husti MA, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau yang baru saja terpilih berdasarkan Musda akhir tahun 2020, mengaku tak mempermasalahkan adanya pengurus yang mengundurkan diri dari kepengurusan MUI di bawah kepemimpinannya.
Kepada CAKAPLAH.com, Ilyas Husti mengatakan bahwa dalam musyawarah yang dilakukan baru-baru ini sudah berjalan sebagaimana mestinya. Dan setelah terpilihpun ia mencoba merangkul semua pihak untuk bersama-sama membangun MUI Riau ke depan lebih baik.
"Dalam konteks demokrasi, ada yang terpilih dan tidak terpilih itu hal yang biasa. Dan itu telah disepakati bersama, bahkan setelah terpilih pun saya sudah mencoba merangkul semua pihak, karena kita ingin bersama-sama membesarkan MUI," kata Ilyas Husti membuka cerita.
Ilyas Husti yang sebelumnya menjabat Ketua MUI Kota Pekanbaru ini mengatakan, hal yang tak biasa adalah ada yang tidak menerima hasil tersebut. Baginya, dengan ada yang mengundurkan diri, Ilyas Husti merasa sebelumnya sudah menghargai pihak - pihak tersebut.
"Saya sudah menghargai mereka untuk bersama-sama mengurus lembaga ini. Kalau tak mau dia itu kan lain persoalan, kita mengajak ke kebaikan. Proses musyawarahnya tak ada cacatnya, luar biasa kok," cakapnya lagi.
Dalam pemilihan formatur misalnya, ditetapkan formatur sebanyak 13 orang, dan telah dimusyawarahkan, diusulkan dan terpilih.
"Yang saya sayangkan, kenapa becakap-cakap kemana-mana. Kalau memang ada apa-apa, datang ke saya, kita kan terbuka 24 jam. Orang melihatnya kan tak bagus. Dibilanglah kalau yang terpilih itu ada kepentingan. Saya malah merasa mungkin yang tak terpilih dan mengundurkan diri itu yang ada kepentingan, makanya berkoar-koar," cakap Guru Besar UIN Suska Riau itu.
"Saya membangun MUI Kota Pekanbaru itu saya yang berkorban. Kita korbankan waktu kita, pikiran kita, material yang ada pada kita untuk membangun lembaga ini. Maka saya ketawa saja melihat orang-orang ini. Diklaim pula sejumlah ulama mundur, kan mengada-ada itu. Orang yang sudah diberikan kedudukan itu, ya bersama-sama kita sesuai kemampuan. Di mata saya yang mundur itu secara demokrasi tak sehat. Sudah dirangkul, kalau tak mau ya bagaimana pula. Lebih penting lah yang 7 juta ini dibanding orang itu," tegasnya lagi.
Lebih lanjut, Ilyas Husti mengatakan bahwa dengan adanya hal ini, tidak membuat MUI di masa kepemimpinannya patah arang. Karena demokrasi sudah berjalan dengan baik.
"Kecuali kita dikhianati dan segala macam, iyalah. Ini kita rangkul, tidak mau ya mau bagaimana lagi," tukasnya.
Diberitakan sebelumnya sejumlah ulama menyatakan mundur dari susunan kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau di bawah kepemimpinan Prof Ilyas Husti. Alasan para ulama ini mundur karena proses pemilihan Ilyas Husti sebagai ketua dilakukan dengan cara yang tidak sesuai karakter ulama.
"Setidaknya ada tujuh orang yang menyatakan mundur dari kepengurusan MUI Riau saat ini," ujar Asyari Nur yang dalam kepengurusan MUI Riau pimpinan Ilyas Husti menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.
Diceritakan Asyari, pada proses pemilihan Ketua MUI Riau yang berlangsung pasa pekan lalu itu, terjadi intimidasi dan tekanan terhadap ulama.
"Ada unsur pemaksaan terhadap para ulama agar memilih calon tertentu yang mana calon itu sebenarnya ada masalah," jelas mantan Kepala Kanwil Kementerian Agama Riau ini.
Hal senada juga disampaikan oleh mantan Sekretaris MUI Riau, Zulhusni Domo. "Banyak yang mundur, dan yang mundur itu adalah tokoh-tokoh utama," kata Zulhusni.
Sedangkan Yana Mulyana yang juga merupakan Ketua Penasehat PW Persatuan Islam (Persis) Riau membenarkan kalau dirinya mengundurkan diri dari kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau di bawah kepemimpinan Prof Ilyas Husti MA.
Ketika dihubungi CAKAPLAH.COM, Sabtu (2/1/2020), Yana Mulyana mengatakan bahwa dirinya memilih untuk mengundurkan diri karena adanya tarik menarik yang tidak lazim terjadi pada saat Musda MUI Riau yang dilaksanakan 30 Desember 2020 lalu.
"Adanya tarik menarik yang tidak lazim seperti pada Musda MUI Riau sebelum-sebelumnya, itulah alasan saya mengundurkan diri," cakap Yana saat dihubungi, Sabtu (2/12/2020).
Lanjut Yana, tarik menarik yang dimaksudnya adalah adanya mekanisme yang tidak biasa ketika Musda MUI Riau pekan lalu. Dirinyapun menyayangkan Musda tersebut berbeda dari Musda yang sebelumnya karena pada Musda tersebut ada unsur politik yang masuk.
"Jadi kental dengan nuansa politik, yang semestinya tidak boleh terjadi di lembaga seperti MUI. Karena bentuk kekecewaan saya, saya mengundurkan diri dari kepengurusan itu (MUI)," jelasnya.
Berdasarkan informasi yang diterima CAKAPLAH.com, sejumlah ulama yang menyatakan mundur itu antara lain Ketua Penasehat PW Persatuan Islam (Persis) Riau, Yana Mulyana, dari jabatan Ketua MUI Riau. Kemudian, Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Riau, Mizan Asnawi.***