Dr. drh. H. Chaidir, MM
|
AWAL tahun 2021 ini, memberi sinyal terang. Pelan tapi pasti, singgasana kepala daerah di Indonesia mulai direbut kalangan milenial. Mereka mulai bangkit membuktikan, masa depan itu bisa datang lebih cepat bila dijemput. Bila milenial menungggu, atau sibuk tak menentu, atau gagal fokus, masa depan akan semakin menjauh tak terjangkau.
Kematangan kepemimpinan akan datang dengan sendirinya. Tak usah mengharap sampai matang betul baru memimpin. Anggapan bahwa milenial belum siap memikul beban berat memimpin daerah, tidak selalu benar. Minimnya pengalaman dan kurang dewasanya milenial ketika duduk di singgasana kepala daerah, ada plus minusnya.
Tetapi, tidak ada jaminan kepala daerah yang tergolong senior dalam usia, kaya pengalaman, pasti lebih siap dan sukses. Banyak kisah memprihatinkan, para senior ini memang kaya pengalaman, sayangnya, banyak pula yang piawai memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, menangguk di air keruh, dan aji mumpung. Ujungnya malapetaka dan nestapa.
Catatan Milenial
Kita mencatat semakin banyak milenial yang berani tampil berkompetisi. Tercatat beberapa kepala daerah berasal dari kalangan milenial. Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin berusia 28 tahun. Makmun Ibnu Fuad Bupati Bangkalan, Jawa Timur periode 2013-2018, berusia 26 tahun ketika dilantik. Bupati Tanah Bambu Kalimantan Selatan, Mardani Maming menjabat dua periode, yaitu 2010-2015 dan 2016-2018, dilantik pada usia 29 tahun. Yopi Arianto Bupati Indragiri Hulu, Riau, periode 2016-2021, dilantik pada usia 30 tahun. Muhammad Syahrial menjadi Walikota Tanjung Balai Sumatera Utara di usia 26 tahun.
Pilkada serentak 2020 menampilkan lebih banyak lagi kalangan milenial di singgasana kepala daerah. Rezita Meylani Yopi peraih suara terbanyak pilbup Indragiri Hulu Riau, baru berusia 26 tahun. Pemenang pilbup Kediri Hanindhito Himawan Pramana berusia 28 tahun. Aditya Halindra Faridzky (28 tahun) unggul di pilbup Tuban. Vandiko Timotius Gultom (28 tahun), tampil sebagai pemenang pilbup Samosir Sumatera Utara. Dan banyak lagi yang lain. Terlalu panjang daftarnya bila ditulis satu persatu.
Di Riau, selain Rezita Meylani (26), ada Andi Putra (33), Bupati Kuantan Singingi. Zukri (41) dan Nasaruddin (40) terpilih sebagai Bupati dan Wabup Pelalawan. Afrizal Sintong (44) dan Sulaiman (39) terpilih sebagai Bupati dan Wabup Rokan Hilir. Paisal (45) Walikota Dumai. Kasmarni (46) Bupati Bengkalis. Husni Merza (46) Wabup Siak, dan Muhammad Adil (48) Bupati Kepulauan Meranti. Selebihnya berusia di atas 50 tahun.
Rekam Jejak Milenial
Kelompok milenial memang miskin pengalaman birokrasi, tapi milenial memiliki rekam jejak yang sangat mengesankan bagaimana mereka menumbangkan hegemoni kemapanan, membunuh raksasa-raksasa bisnis tanpa pertumpahan darah. Perubahan preferensi (pilihan) milenial, itulah senjata ampuh milenial, dan tak ada yang bisa mengendalikan.
Pada 1998 Kodak memiliki 170.000 pegawai dan menjual 85% foto kertas di seluruh dunia. Hanya dalam beberapa tahun model bisnis mereka hilang. Milenial berubah menggunakan telepon pintar. Setelah 80 tahun beroperasi, koran berbahasa Melayu Utusan Malaysia, ditutup. Lebih dari 800 karyawan dirumahkan (9/10/2019). Express Post, Washington bangkrut. Sirkulasi. Preferensi milenial berubah, mereka lebih suka baca informasi melalui gadget.
Bisnis kartu lebaran PT Pos dikalahkan oleh SMS Nokia. Nokia dikalahkan oleh BlackBerry. BlackBerry disikat oleh smartphone. PT Pos Indonesia, Nokia, BlackBerry tak merasa berbuat sesuatu yang salah dan tak melihat musuh mereka, tapi tiba-tiba saja mereka dikalahkan. “We didn’t do anything wrong,” ujar Stephen Elop, CEO Nokia, “but then we lost”. Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tapi tiba-tiba kami kalah. (Rhenald Kasali, 2017).
Habitat Milenial
Pemeran utama dalam era teknologi komunikasi informasi canggih ini adalah milenial. Lingkungan eskternal dan internal berubah cepat. Faktor yang mempengaruhi adalah paradigma revolusi industri 4.0 (dan sekarang diperkuat pula oleh keharusan digitalisasi akibat COVID-19). Indikatornya adalah digitalisasi, kecanggihan IT, kecerdasan buatan, pola kerja “remote working”, “flexible working schedule”, atau “flexi job”. Dan era cyber ini merupakan habitat favourable (paling sesuai dan disukai) kelompok milenial.
Ketika generasi yang lebih senior dari generasi milenial masih mencari-cari makna konsep "sent-delivered" dalam pelaksanaan program pembangunan seperti disebut Presiden Jokowi dalam pidato perdana pasca pelantikannya sebagai Presiden untuk periode kedua, 20 Oktober 2019 lalu, kelompok milenial langsung nyambung. Maka jangan heran, tujuh dari 13 staf khusus Presiden Jokowi kemudian adalah kalangan milenial.
Milenial di singgasana kepala daerah dalam masyarakat modern, ibarat bertemunya ruas dengan buku. Ibarat ikan dan air. Sangat pas. Milenial lebih kreatif, inovatif, dan lebih berani ambil inisiatif untuk membantu masyarakatnya. Milenial memiliki need for achievement (kebutuhan akan prestasi) yang besar, karena ingin menunjukkan eksistensinya.
Ke depan masyarakat kita harus lebih banyak memberi kesempatan kepada milenial. Lihatlah keluar, Michael Session (18 tahun) Walikota Hillsdale, Michigan, AS, hanya salah satu contoh dari sekian banyak walikota ABG di AS. Bashaer Othman (16 tahun), lebih dahsyat lagi, remaja cantik ini menjadi Walikota termuda di dunia. Ia menjabat Walikota Allar, Tulkam, Tepi Barat Palestina. Memang hanya Pejabat Sementara, 2 Juli 2012 – 21 September 2012. Tapi Bashaer dipercaya dan masyarakatnya tidak nyinyir. ***
Penulis | : | Dr. drh. H. Chaidir, MM |
Editor | : | Ali Azumar |
Kategori | : | Cakap Rakyat |