Ilustrasi TBS Sawit.
|
JAKARTA (CAKAPLAH) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali memboikot impor minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunan dari perusahaan asal Malaysia Sime Darby Plantation Berhad- beserta anak perusahaan lokal, usaha patungan, dan afiliasinya. Karena diduga kuat telah melakukan pelanggaran terhadap hak dari para pekerjanya.
Sebagaimana diketahui perusahaan asal Malysia Sime Darby Plantation Berhad, merupakan induk perusahaan dari PT. Minamas Plantation yang berdomisili dan beroperasi di Indonesia.
Untuk PT. Minamas Plantation sendiri, di Provinsi Riau diketahui memiliki 4 perusahaan operasional yang mengelola 12 perkebunan kelapa sawit dan 5 pabrik pengolahan CPO.
Keputusan pemboikotan itu, disampaikan Direktur eksekutif Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, Ana Hinojosa, dalam konferensi pers Associated Press (AP News) yang diterima CAKAPLAH.COM, Selasa (5/1/2021).
Ana Hinojosa, mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan hasil penyelidikan terhadap Sime Darby Plantation Berhad dan seluruh anak perusahaannya termasuk PT. Minamas Plantation. Yang hasilnya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap pekerja, termasuk kekerasan fisik dan seksual, pembatasan pergerakan, intimidasi dan ancaman, jeratan hutang, pemotongan gaji dan kerja lembur yang berlebihan.
"Para importir harus tahu bahwa ada risiko reputasi, keuangan dan hukum yang terkait dengan mengimpor barang-barang yang dilakukan oleh kerja paksa ke Amerika Serikat," kata Hinojosa.
Lebih lanjut dijelaskan, keputusan boikot impor itu dipicu oleh petisi yang diajukan oleh kelompok nirlaba dan firma hukum, terjadi setelah penyelidikan mendalam oleh AP News terhadap pelanggaran ketenagakerjaan di perkebunan di Malaysia dan negara tetangga Indonesia.
Laporan investigasi tersebut mengklaim jutaan pekerja dari beberapa wilayah termiskin di Asia, yang bekerja untuk memproduksi minyak sawit, mengalami berbagai bentuk eksploitasi. Media ini menuding ada pekerja anak di bawah umur, perbudakan, dan tuduhan pemerkosaan.
AP News mengatakan telah mewawancarai lebih dari 130 karyawan serta mantan karyawan dari 24 perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia. Pekerja yang diwawancarai kebanyakan berasal dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, India, Nepal, Filipina, Kamboja, dan Myanmar, serta Muslim Rohingya tanpa kewarganegaraan.
Penulis | : | Edyson |
Editor | : | Azzumar |
Kategori | : | Ekonomi |