Abu Bakar Baasyir. (Foto: Republika.co.id)
|
JAKARTA (CAKAPLAH) - Akhirnya setelah 11 tahun mendekam di balik jeruji besi, terhitung sejak 9 Agustus 2010, pagi ini Jumat (8/1/2021), Abu Bakar Baasyir resmi dibebaskan dengan kategori bebas murni dari Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
Mantan narapidana terorisme itu diketahui bebas dan meninggalkan Lapas Gunung Sindur usai melaksanakan Salat Subuh sekitar pukul 05.21 WIB tadi. Menggunakan mobil minibus putih jenis Hyundai nomor polisi AD 1138 WA, dia dijemput beberapa kerabat dan keluarga.
"Sudah bebas pagi tadi. Pak Baasyir sehat dan hanya dijemput oleh keluarganya saja. Tidak ada kerumunan di sini," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Gunung Sindur, Mujiarto kepada CAKAPLAH.com, Jumat (8/1/2021).
Abu Bakar Baasyir diketahui sebagai sosok yang sangat takut kepada Presiden Suharto itu, tepat pada 16 Juni 2011 lalu, dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena terbukti terlibat dalam pendanaan latihan teroris di Aceh dan disebut mendukung terorisme di Indonesia.
Ketakutan Baasyir terhadap Suharto terbukti ketika pada tahun 1985 dirinya memutuskan untuk melarikan diri dan keluar dari Indonesia. Dia menetap di Malaysia selama 14 tahun.
Pada tahun 1979, Baasyir untuk pertama kali dipidana oleh pemerintahan Suharto selama 9 tahun penjara, karena diyakini menghasut orang menolak asas tunggal Pancasila dan melarang hormat kepada bendera Merah Putih. Baasyir sendiri, menyebut itu perbuatan syirik.
Kemudian ia kembali ke Indonesia setelah masa pemerintahan Presiden Suharto berakhir.
Baasyir juga disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiah (JI) dan terkait dengan al-Qaeda, yang dituduh mengatur pengeboman klub malam di Pulau Bali dan menewaskan 88 warga Australia.
Keluarnya Baasyir dari jeruji ini menarik perhatian dunia dan turut mendebarkan bagi negara Australia yang mengaku prihatin atas pembebasan tersebut. Bahkan terkait kebebasan Baasyir itu, Australia secara resmi meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk mengawasi gerak-gerik dan mencegah Baasyir kembali melancarkan aksi terornya.
"Kedutaan kami di Jakarta telah menjelaskan keprihatinan kami bahwa orang-orang seperti itu dicegah untuk menghasut orang lain untuk melakukan serangan di masa depan terhadap warga sipil yang tidak bersalah," kata Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan.
Berikut beberapa fakta tentang Baasyir yang berhasil dihimpun CAKAPLAH.com dari berbagai sumber.
- Lahir pada tahun 1938 di Jawa Timur, Bashir mendirikan Pondok Pesantren Al-Mukmin di dekat kota Solo pada tahun 1970-an. Pernah dicap oleh International Crisis Group sebagai pimpinan tertinggi dari “Ivy League” sekolah JI, itu menghasilkan serangkaian lulusan yang terkait dengan jaringan militan, termasuk seorang pria yang dieksekusi karena bom Bali.
- Dia pertama kali dipenjara pada tahun 1979, selama 9 tahun di bawah pemerintahan Presiden Suharto yang otokratis karena melakukan agitasi untuk mendirikan negara Islam.
-Pada tahun 1985, ia melarikan diri ke Malaysia, di mana selama 14 tahun ia meningkatkan pengaruhnya di antara militan Muslim dari Asia Tenggara dan diyakini ikut mendirikan JI sebelum kembali ke Indonesia setelah Suharto mundur.
- Anggota JI telah dikaitkan dengan serangkaian serangan, termasuk pemboman Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang, termasuk 88 warga Australia.
- Bashir membantah terlibat dalam serangan Bali, meskipun ia mengaku sebagai pengagum Osama bin Laden, pemimpin al Qaeda yang tewas dalam serangan AS di Pakistan, dan pernah menyebut para pembom Bali sesat tetapi pejuang yang patut dipuji. Dia juga bersumpah setia kepada ISIS pada 2014.
- Menariknya, dari operasi yang dilatih di Afghanistan, Pakistan dan Filipina selatan, JI disalahkan atas serangan lain, termasuk serangan 2003 terhadap J.W. Hotel Marriott di Jakarta yang menewaskan 12 orang dan pemboman kedutaan Australia tahun 2004 yang menewaskan sembilan orang.