Joe Biden menunggu pelantikan sebagai Presiden Amerika Serikat. (AP/Carolyn Kaster)
|
(CAKAPLAH) - Pihak berwenang Amerika Serikat, terutama di Ibu Kota Washington D.C, bersiaga penuh mengantisipasi ancaman demonstrasi bersenjata sejak akhir pekan ini menjelang pelantikan Presiden Terpilih, Joe Biden, pada Rabu (20/1) mendatang.
Aparat keamanan AS memperketat penjagaan di Gedung Capitol Hill dan gedung Dewan Perwakilan di beberapa negara bagian. Sebagian gedung Dewan Perwakilan daerah lainnya bahkan ditutup menyusul ancaman unjuk rasa bersenjata.
Selain Gedung Pewakilan Rakyat, beberapa tempat umum seperti National Mall juga ditutup untuk publik sejak Jumat (15/1) hingga setidaknya Kamis (21/1) atau sehari setelah pelantikan Biden.
Tak hanya di Washington D.C, layanan pos AS juga telah mencopot hingga mengunci seluruh kotak surat yang terdapat pada setidaknya 20 negara bagian.
Pentagon juga telah mengerahkan 25 ribu Pasukan Penjaga Nasional AS untuk mengamankan pelantikan Biden.
"Seluruh negara bagian, teritori, dan Distrik Kolombia akan ditempatkan pasukan Penjaga Nasional untuk mendukung pelantikan," bunyi pernyataan Biro Pasukan Penjaga Nasional Pentagon.
Pengetatan penjagaan ini berlaku setelah Biro Investigasi Federal AS (FBI) menerima informasi peringatan tentang potensi "protes bersenjata" di gedung Perwakilan Rakyat pada seluruh 50 negara bagian AS mulai akhir pekan ini, Sabtu (16/1).
Protes bersenjata itu disebut merupakan rangkaian penolakan massa pendukung Presiden Donald Trump terhadap hasil pemilu AS.
Menurut buletin bersama dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS, FBI, dan delapan lembaga lainnya, aksi ekstremisme domestik dari mereka yang percaya hasil pemilihan umum tidak sah menjadi ancaman keamanan pelantikan Biden.
Buletin keamanan itu muncul menanggapi situasi keamanan setelah kerusuhan massa pendukung Trump di Gedung Capitol pada 6 Januari lalu.
Dilansir CNN, buletin itu menganggap kerusuhan di Gedung Capitol yang menewaskan lima orang itu bahkan hanyalah awal dari 'pemberontakan' terhadap hasil pemilu.
"Mengingat penyerbuan Gedung Capitol AS pada 6 Januari, menjelang Hari Pelantikan (Biden) muncul ancaman kekerasan yang menargetkan pejabat publik, gedung pemerintah, dan penegak hukum federal atau lokal," bunyi buletin tersebut.
Menanggapi buletin itu, Direktur FBI Christopher Wray, mengatakan pihak berwenang tengah "melacak seruan terkait potensi protes bersenjata dan aktivitas sejenis menjelang pelantikan."
Wray juga mengatakan aparat keamanan AS terus "memantau semua petunjuk" yang masuk.
Sementara itu, Wali Kota Washington D.C, Muriel Bowser, meminta warga untuk tetap berada di rumah dan menyaksikan acara pelantikan Biden dari tempat tinggal masing-masing.
Bowser juga meminta warga AS untuk tidak keluar rumah jika tidak perlu menyusul penularan virus corona (Covid-19) yang masih tinggi di Negeri Paman Sam.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |