Kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Bengkalis beberapa waktu lalu
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai Provinsi Riau saat ini cukup rentan terhadap bencana ekologis.
"Potensi di Riau cukup tinggi, di Riau jika musim kemarau gampang sekali hutan terbakar dan jika musim hujan kuat pasti akan banjir," cakap Direktur Eksekutif Walhi Riau, Riko, Selasa (19/1/2021).
Ia menyebut ekosistem di Riau hampir sama dengan Kalimantan. Dimana bencana ekologis sangat mengancam Riau, hal tersebut tidak terlepas dari salahnya pemerintah dalam tata kelola Sumber Daya Alam (SDA).
Riko menerangkan Walhi Riau sendiri mencatat ada dua ekosistem yang harus dijaga, yang pertama adalah gambut dan Bukit Barisan. Dimana kedua kawasan tersebut sudah banyak beralih fungsi, baik karena aktifitas yang legal dan juga ilegal.
"Walhi mencatat ada 2,7 juta lahan gambut yang harus dipulihkan. Dilapangan upaya pemulihan berjalan lambat, begitu juga kawasan yang ada di hulu. Itu sudah banyak beralih fungsi ke tambang dan juga sawit, ini sudah menjadi alih fungsi lahan yang luar biasa di lahan gambut dan mineral," jelasnya.
Secara ekosistem benteng Riau untuk menghindari bencana ekologis sudah hancur, hal tersebut dikarenakan adanya 1,2 juta lahan sawit ilegal yang berada di ekosistem penting yang bernilai lindung.
Riko menerangkan Provinsi Riau harus memprediksi daya tampung dan daya dukung lingkungan, sebagai tolak ukur supaya tidak terulang seperti kejadian seperti d Kalimantan saat ini.
Kawasan gambut juga harus dipulihkan dengan cepat, dan kawasan mineral yang sudah rusak karena aktifitas ilegal Pemprov Riau harus melakukan audit dan review kembali aktifitas yang ada di hulu Riau.
"Yang dibutuhkan Riau sekarang adalah pemulihan dengan tanaman hutan yang akan menjadi benteng untuk menyelamatkan Riau dari bencana ekologis," pungkasnya.
Penulis | : | Herianto Wibowo |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Lingkungan, Riau |