Chaidir, Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR).
|
PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP) merebut perhatian media dalam beberapa hari ini. Usut punya usut penyebabnya ternyata, ada “news” menarik, yakni bergabungnya boss Cakaplah.com dalam partai berlambang Ka’bah tersebut. Siapa tak kenal Zulkarnain Kadir. Akhir-akhir ini dia dijuluki sebagai Karni Ilyas-nya Riau, karena menggagas sebuah program di You Tube, Cakap Lepas. Di program tersebut Zulkarnain Kadir sekaligus tampil sebagai presenternya.
Zulkarnain Kadir berhasil menghadirkan beberapa pesohor Riau dalam program Cakap Lepas tersebut. Ibarat sutradara dalam sebuah cerita, Zulkarnain Kadir memiliki hak menghadirkan tokoh protagonis dan antagonis sekaligus. Dan hebatnya, dengan piawai Zulkarnain “memaksa” narasumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kategori nyerempet-nyerempet bahaya (vivere pericoloso) yang diajukannya. Sebab, salah-salah menjawab, narasumber akan masuk perangkap, tidak boleh tidak, tergiring untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang “rawan”. Sekarang program tersebut dinanti oleh penggemarnya.
Maka ketika Drs Mursini, Ketua PPP Wilayah Riau, yang juga Bupati Kuantan Singingi memakaikan jaket hijau PPP kepada Zulkarnain Kadir, jelas sudah, tokoh media ini bergabung dengan PPP. Dan ini menarik perhatian. Mengapa tokoh populer seperti Zulkarnain Kadir tidak memilih bergabung dengan parpol yang termasuk dalam lima besar perolehan kursi di DPRD Riau, seperti Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan PKS atau PAN?
Rasanya, partai-partai tersebut akan buka pintu lebar-lebar bagi pensiunan senior birokrat Provinsi Riau yang juga alumni UII Yogya ini. Figur Zulkarnain Kadir pasti “menjual”. Tapi Zulkarnain Kadir ternyata pilih berlabuh di PPP, sebuah partai politik papan tengah, bila kita menggunakan istilah klub sepakbola Liga Primer Inggris. Namun bagi insan-insan politik dan birokrasi yang sudah tergolong senior, pilihan itu sangat wajar dan bisa dimaklumi, karena Zulkarnain Kadir adalah putra sulung dari tokoh pendiri PPP Provinsi Riau, Kadir Abbas.
Pada masanya, siapa tak kenal Kadir Abbas, seorang politisi senior yang disegani. Kadir Abbas sempat lima periode berturut-turut menjadi Anggota DPRD Provinsi Riau. Dan hebatnya, selama lima periode tersebut Kadir Abbas selalu menjadi Pimpinan, menerima nasib sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Daerah Tingkat I Riau. Disebut menerima nasib karena untuk menjadi Ketua DPRD Provinsi di era Orde Baru, jangan bermimpi, posisi itu jatah tiga jalur (Jalur A, B dan G). Jalur A adalah Jalur ABRI, Jalur B adalah Jalur Beringin (Birokrasi), dan Jalur G adalah Jalur Golkar. Golkar selalu menjadi mayoritas tunggal dalam perolehan kursi di DPRD Riau, maka Ketuanya, biasanya dari Jalur G. Figurnya berdasarkan kesepakatan tiga Jalur.
Dalam Pemilu pertama di era reformasi pada 1999, Kadir Abbas terpilih menjadi Anggota DPR RI dari PPP untuk Daerah Pemilihan Riau. Posisinya di DPRD Provinsi Riau digantikan oleh kompatriotnya Drs H. Wan Abu Bakar.
Arwah Kadir Abbas mungkin tersenyum di alam barzah sana menyaksikan putra tertuanya mencoba menapak di panggung politik. Sejarah kelihatannya bakal kembali berulang. Kadir Abbas merintis karir sebagai birokrat di Kanwil Departemen Agama Provinsi Riau, sebelum memilih terjun ke dunia politik. Zulkarnain Kadir, sang anak, berkarir sebagai birokrat di Pemerintah Provinsi Riau dan sekarang mulai terjun ke dunia politik.
Sebagai birokrat di Kanwil Departemen Agama Provinsi Riau, minat Kadir Abbas di bidang Pendidikan pada masanya, mendapat medium yang bagus. Gagasannya agar Riau memiliki Perguruan Tinggi, tak lama kemudian terwujud. Kadir Abbas bersama Rawi Kunin, dan Soeman Hs bersama-sama mendirikan perguruan tinggi yang hari ini dikenal sebagai Universitas Islam Riau (UIR). Dan Kadir Abbas ditunjuk sebagai Rektor pertama UIR sekaligus sebagai dosen.
Pada periode 1992-1997 dan 1997-1999 sebagai anggota DPRD anak bawang, saya berkesempatan merasakan aura kepemimpinan kharismatis Kadir Abbas di DPRD Tingkat I Provinsi Riau. Satu hal yang saya rasakan, kendati sebenarnya Kadir Abbas boleh disebut dedengkot PPP Provinsi Riau, tapi dalam kesehariannya di DPRD Riau, Kadir Abbas sangat familiar dan bersahaja. Ia tak terkesan orang partai. Ketokohan Kadir Abbas justru menonjol sebagai tokoh masyarakat yang memperjuangkan Riau.
Kesan saya itu rupanya seiring dengan pandangan tokoh masyarakat Riau lainnya, kolega Kadir Abbas, yakni Wakil Gubernur Riau pada masanya, Drs. H Rivaie Rachman yang mengenang almarhum sebagai tokoh politik yang tidak semata-mata mengedepankan kepentingan partai dan kelompoknya tetapi juga mementingkan kepentingan daerah Riau.
"Yang saya kenang, selaku ketua partai politik yakni PPP, almarhum lebih mengutamakan kepentingan daerah ketimbang partainya," kata Rivaie Rachman suatu ketika.
Sejujurnya, di era 1990-an itu, saya lebih banyak bertemu dengan Kadir Abbas di lapangan golf Rumbai dan Simpang Tiga daripada di Gedung Lancang Kuning DPRD Riau (sekarang menjadi Perpustakaan Soeman Hs). Satu dan lain hal karena iklim hubungan komunikasi Pimpinan dan Anggota Dewan tidak egaliter seperti sekarang. Bagi penggemar olahraga golf, Kadir Abbas memang dikenal sebagai tokoh yang maniak bermain golf.
Suatu ketika di lapangan golf Simpang Tiga, tiba-tiba saja Kadir Abbas menyapa saya. “Dir, itu tulisanmu di Riau Pos dibaca sama Pak Ripto (maksudnya Gubernur Soeripto), beliau senang”, katanya tersenyum. Tentu saja saya tersanjung, apalagi itu disampaikan oleh Kadir Abbas di depan pegolf lainnya. Pak Kadir Abbas pandai membesarkan hati.
Sekarang jejak-jejak gemilang senior Kadir Abbas kelihatannya akan diikuti oleh juniornya. Nasihat filsuf Tiongkok kuno Lao Tse, perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah pertama. Melangkahlah Bro. Bismillah.***
Penulis | : | Chaidir, Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR). |
Editor | : | Azzumar |
Kategori | : | Politik, Cakap Rakyat, Riau |