Ilustrasi sekolah.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Dr Afrianto Daud, pakar pendidikan menyarankan kepada Pemko Pekanbaru untuk tidak terburu-buru dalam memulai pembelajaran tatap muka, terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Dia juga mengatakan bahwa untuk saat ini, ia tidak melihat adanya urgensi yang lebih penting daripada keselamatan jiwa anak didik dan juga para guru.
"Yang terpenting itu keselamatan. Jadi meskipun ada banyak sekali keluh kesah terhadap pembelajaran daring, tetap jangan lupakan keselamatan. Mengapa harus buru-buru ke sekolah ketika keamananya belum memungkinkan?" cakap Afrianto Daud, Kamis (21/1/2021).
Lanjut pria lulusan Monash University Australia ini juga mengatakan bahwa di masa pandemi yang angka penularannya masih tinggi seperti saat ini, baik secara kurikulum, pendidikan dan Ujian Nasional (UN) bukanlah menjadi hal yang utama lagi.
Iya pun mengakui jika anaknya harus memilih pembelajaran secara daring atau tatap muka, dia menegaskan bahwa akan tetap memilih anaknya untuk belajar dari rumah.
"Apa yang mau kita kejar? UN sudah ditiadakan. Kurikulum juga boleh direvisi dan disederhanakan, itu yang namanya kurikulum darurat. Ujian juga tidak perlu ada ujian yang angka-angka. Artinya, pemerintah membuka fleksibelitas yang tinggi untuk di terapkan sesuai kebutuhan masing-masing sekolah dan daerah," tegasnya.
Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani 4 menteri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri. Sekolah tatap muka terbatas adalah pilihan dan kesepakatan antara sekolah dan wali murid. Apabila wali murid merasa keberatan dengan kebijakan tersebut, dipersilakan untuk tetap belajar via daring di rumah.
"Saya juga orang tua. Melihat kondisi kayak begini, terus akan sekolah tatap muka, saya cenderung yang memilih anak saya di rumah saja," pungkasnya.
Penulis | : | Herianto Wibowo |
Editor | : | Azzumar |
Kategori | : | Pendidikan, Kota Pekanbaru |