Anggota Komisi IV DPR Rizky Aprilia
|
JAKARTA (CAKAPLAH) - Anggota Komisi IV DPR Rizky Aprilia mempertanyakan besarnya anggaran pembelian pakan ternak yang diduga sebagai rumput hijau senilai Rp 21 miliar pada rencana kerja anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2021.
"Kemudian hijauan pakan ternak, saya sampai tanya dokter hewan hijauan pakan ternak ini apa? Kalau rumput mahal benar pak, harga rumput bapak sampai Rp21 miliar," kata Rizky Aprilia, dalam rapat kerja bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Senin (25/1/2021) di Komisi IV DPR.
Selain itu, anggota Fraksi PDI-Perjuangan itu juga menyoroti anggaran pengadaan bibit ternak unggul di tahun 2021 ini. Dimana volume pengadaannya sama dengan volume di tahun 2020. Tetapi anggaran nya jauh berbeda.
"Jadi pergeseran refocusing anggaran itu atau pergeseran berdasarkan apa? Perubahan volume atau perubahan satuan maklumlah saya gak paham gitu," tegasnya yang merasa janggal.
Karenanya Rizky Aprilia, menduga keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pemotongan anggaran Kementan di tahun 2021 menjadi Rp 15,51 triliun dari dari total Rp 21,84 triliun pada tahun 2020. Melalui Surat Menteri Keuangan Nomor S-30/MK.02/2021 tanggal 12 Januari 2021.
Diakibatkan dari program anggaran Kementan sendiri yang dinilai mengada-ada dan menjadi penolakan tersendiri. Di saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah mendorong kedaulatan pangan.
"Kok bisa Kementan langsung Rp 6 triliun dipotong, berarti dipikirkan Kementrian Keuangan itu ya sudalah lu dikasih berapa juga lu jadi kok program lu jalan kali gitu ya. Atau ada hal-hal yang dianggap oleh bendahara negara tersebut yang menjadi disclaimer juga sebenarnya begitu," tandas Rizky Aprilia.
Sebelumnya terkait pemotongan anggaran itu, Ketua Komisi IV DPR Sudin, saat menyampaikan pemaparannya di pembukaan rapat. Ia meminta kepada jajaran Kementan agar tidak ada kebohongan data terkait realisasi target program dengan anggaran senilai Rp 15,51 triliun itu. Dengan adanya pemotongan anggaran ini, dia mau berbagai target yang sekiranya terlalu tinggi untuk dikurangi dan kegiatan yang berpotensi gagal di lapangan agar ditunda.
"Saya tidak mau lagi ada kebohongan data. Kalau Rp 21 triliun penghasilannya 5.000 ton, kalau Rp 15 triliun produksinya 3.500 ton, terang-terangan saja, kalau duitnya tidak cukup turunkan," tuturnya.**
Penulis | : | Edyson |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Nasional |