Taufik Tambusai
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Tokoh Masyarakat Riau Taufik Tambusai, menilai pernyataan Saud Marganda yang mengatakan ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) DR drh Chaidir MM, berpikiran "kolot" dinilai sebagai sebuah pernyataan yang kurang tepat dan tidak beralasan.
"Menilik testimoni saudara Saud Marganda Tampubolon yang dirilis oleh media CAKAPLAH.COM pada hari Selasa, tanggal 26 Januari 2021 dengan judul "Saud Marganda sayangkan komentar FKPMR terkait seleksi pimpinan dua BUMD Riau" bagi saya adalah sebuah pernyataan yang kurang tepat dan tidak beralasan," ujar Taufik Tambusai, Selasa (26/1/2021).
Tokoh masyarakat Riau bergelar Datuk Panglime Perkase ini mengatakan Saud Marganda nilai sangat berani mengatakan aspirasi dari tokoh FKPMR Dr.H Chaidir kolot.
"Barangkali saudara Saud harus banyak membaca sejarah tentang bagaimana Riau di masa lalu, Riau yang harus selalu "mengusap dada", harus selalu bijak menyaksikan kekayaan negerinya diangkut demi pembangunan kampung-kampung lain. Tahukah anda dengan itu bung?," Cakapnya.
"Tahukah bagaimana orang Dalu-Dalu hanya bisa menangis ketika kampungnya dibakar dan terusir dari tanahnya sendiri demi kepentingan segelintir orang? Dan masih sangat banyak lagi peristiwa lalu yang bisa saya ceritakan di sini. Namun tidaklah, biarlah itu menjadi kenangan pahit kami sebagai orang Melayu, jadi jangan ajari kami untuk membaca sejarah kami sendiri, sebab sudah tentu kami lebih paham dengan itu," imbuhnya.
Disampaikan Taufik lagi, salahkah seorang Dr.h Chaidir MM menyampaikan aspirasinya demi anak negeri sendiri sebab sumber daya manusia dari "budak Melayu" sendiri juga banyak.
"Sudah menjadi kemestian, bahwa sebuah negeri memanglah tempat berhimpunnya segala puak dan kaum, dari manapun itu," Cakapnya.
Riau yang memang diazamkan oleh Allah SWT memiliki segala sumber daya alamnya, sudah tentu tidak hanya untuk diri sendiri tetapi dapat dinikmati semua bangsa, siapapun dan dari manapun ia berasal, apalagi "budak jati" sendiri.
"Dan orang Melayu, khususnya Riau sangat menjunjung itu, dan tak sedikit bukti yang bisa dicontohkan sebagai tanda bahwa orang Melayu Riau memanglah sebuah bangsa yang arif dan terbuka. Sebab hidup berbangsa-bangsa, bagi orang Melayu adalah sebuah keharusan seperti yang pernah dipesankan oleh Raja Ali Haji melalui Syair Gurindam 12, pasal 6 berbunyi “Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat”," ungkapnya.
Itulah pandangan dan falsafah Melayu yang selama ini terus dipertahankan, tapi itu semua tentulah memiliki batas. Ada wilayah-wilayah yang memang bisa diberikan kepada siapapun dan ada hak yang memang diperuntukan bagi anak kemenakan kami sendiri.
"Sebagai salah satu orang Melayu, kami berpesan kepada saudara Saud Marganda Tampubolon, biarlah kami mengurusi negeri kami sendiri. Tuan cukup bekerja dan berikhtiar dengan baik, dan carilah nafkah demi kemaslahatan keluarga dengan tenang sebab kami tak akan pernah memusuhi anda," ujarnya.
"Selagi pesan terakhir untuk Saud Marganda, cobalah belajar untuk bisa membuka diri seperti kami yang tak pernah menutup diri terhadap orang-orang seperti bung untuk bisa hadir di negeri ini," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Tokoh muda Riau berdarah Batak, Saud Marganda Tampubolon menanggapi pernyataan sikap Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) Senin (26/1/2021) terkait pengangkatan komisaris dan direksi dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Riau oleh Gubernur Syamsuar.
Dua BUMD tersebut adalah PT Pengembangan Investasi Riau (PIR) dan PT Sarana Pembangunan Riau (SPR).
Kepada CAKAPLAH.COM, Saud Marganda, menyayangkan bahasa yang disampaikan Ketua FKPMR dalam pernyataan sikap organisasi tersebut yang dimuat di sejumlah media massa online yang dinilai tendensius.
"Rasanya tidak adil tokoh sekelas Bang Chaidir meminta Gubernur Riau meninjau ulang hasil seleksi Komisaris PT PIR dan PT SPR, bahasa yang disampaikan sangat tendensius terhadap salah satu nama dengan mengatakan harus putra daerah. Jangan seolah-olah kita kembali ke zaman dahulu, pikiran kolot begini tidak layak diumbar untuk menjadi konsumsi publik," kata Saud Marganda Tampubolon, Senin malam.
Saud mengatakan saat ini berbicara tentang primordial rasanya tidak lagi sesuai dengan kondisi sosial dan fakta sosial yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat.
"Contoh sederhananya bisa kita lihat pemilihan kepala daerah serentak Desember lalu membuktikan tidak semua kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih berlatar belakang suku Melayu. Artinya masyarakat saat ini tidak melihat sesuatu dari sudut pandang suku dan ras melainkan kinerja dan tanggung jawab seseorang sebagai pemimpin," ujarnya.
"Begitu pula dengan Komisaris dan Direksi PT PIR dan PT SPR yang sudah ditetapkan oleh gubernur maka kewajiban kita sebagai masyarakat Riau mengawasi kinerja Komisaris dan Direksi terpilih," katanya lagi.
Oleh sebab itu, Saud mengajak semua pihak harus mawas diri, prinsip the right man and the right place, bahwa kita yakin Pemprov Riau telah menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat.