(CAKAPLAH) - Kajian tentang ASEAN sangat penting dengan dinamika dan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN. Sejak terbentuknya ASEAN pada 8 Agustus 1967, pusat studi tentang ASEAN belum lagi terwujud. Kajian tentang ASEAN sangat minim sekali dengan persoalan yang begitu rumit dan menantang.
Sudah sewajarnya para pemimpin ASEAN berpikir dan memprakarsai terbentuknya Pusat Studi ASEAN di tiap negara Anggota ASEAN. Pusat studi ini sangat penting dalam upaya melihat dan meneliti persoalan persoalan yang terjadi di lingkup ASEAN dan juga Mitra ASEAN seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Jepang dan Rusia.
Persoalan Laut Cina Selatan hingga saat ini masih terus berlanjut dan dikhawatirkan semakin menimbulkan persoalan di rantau ASEAN dan Asia Pasifik. Keberadaan Pusat Studi ASEAN tentu dapat membantu memberikan solusi dan memprakarsai perundingan dan perdamaian sesama anggota ASEAN dan juga dengan negara-negara yang memiliki konflik perbatasan seperti halnya negara negara dalam ASEAN dan Cina.
Sejak awal pembentukan ASEAN pada 8 Agustus 1967, Indonesia telah berperan aktif dalam masalah-masalah yang menyangkut tentang kerjasama baik regional maupun Internasional. Indonesia juga berperan dalam mendamaikan konflik di negara-negara ASEAN. Sebagai negara yang memprakarsai terbentuknya ASEAN (founding countries), Indonesia dituntut untuk selalu memberikan kontribusi dan pemikiran dalam upaya perdamaian dan keikutsertaan dalam forum-forum regional maupun internasional sebagai upaya terjalinnya kerjasama sesama negara-negara ASEAN.
Sebagai negara yang terbesar dari segi jumlah penduduk dan wilayah, Indonesia diharapkan dapat berkontribusi dalam memberikan pemikiran. Oleh sebab itu, Pusat Kajian ASEAN suatu keniscayaan. Mengapa demikian, tentu pemikiran-pemikiran tersebut harus terencana dengan baik. Dapat disebutkan pemikiran-pemikiran yang pernah dilakukan oleh Indonesia dalam sumbangan pemikirannya dalam konflik di ASEAN adalah upaya Indonesia mengajak perdamaian antara Thailand dengan Kelompok Patani yang ingin merdeka dari Thailand. Kelompok Patani tersebut berada di Thailand Selatan yang berbatasan dengan Malaysia.
Pusat kajian ASEAN yang akan terbentuk nantinya bertujuan sebagai mengkaji dan membicarakan masalah masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara ASEAN. Oleh sebab itu, pembentukan pusat kajian ASEAN di negara-negara ASEAN merupakan suatu keniscayaan dan sangat mutlak dilihat dari problematika dan tantangan ASEAN ke depan. Pendirian Pusat Kajian ASEAN di seluruh Anggota ASEAN dilatarbelakangi oleh semakin rumitnya persoalan yang akan di hadapi dan tantangan ke depannya yang memerlukan pemikiran-pemikiran dan solusi yang konstruktif. ASEAN tentu memerlukan mitra dalam upaya mewujudkan kestabilan baik politik, ekonomi, sosial-budaya maupun keamanan regional ASEAN dan kawasan Asia Pasifik sebagai negara mitra yang memiliki pengaruh di kawasan tersebut.
Dengan berdirinya Pusat Kajian ASEAN di negara-negara ASEAN, diharapkan akan memudahkan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN, tidak terkecuali yang akan dihadapi oleh Indonesia yang tentu masih memiliki persoalan perbatasan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Pusat Kajian ASEAN diharapkan awalnya akan berupaya mengidentifikasi secara khusus masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara dalam lingkup ASEAN.
Bagaimana Pusat Studi ASEAN ini nantinya berjalan dan dapat memberikan kontribusi dalam menjaga kestabilan kawasan Regional ASEAN khususnya dan Asia Pasifik umumnya?. Untuk menjawab hal tersebut, tentu diawali dulu dengan mengidentifikasi persoalan-persoalan dan mendorong kajian-kajian ASEAN untuk dibicarakan di Universitas-universitas yang ada di negara-negara ASEAN. Selama ini di Universitas sedikit sekali yang mengkaji persoalan-persoalan ASEAN.
Dan diharapkan Pusat Studi ASEAN fokus membicarakan dan mengidentifikasi persoalan yang terjadi di negara-negara ASEAN. Secara umumnya, belum ada Kajian khusus yang mengkaji persoalan dan masalah ASEAN, hanya suatu program yang umum yang dinamakan SEASREP (Southeast Asian Studies Regional Exchange Program) yaitu program pertukaran studi kawasan ASEAN yang berdiri pada tahun 1994 yang sekretariatnya berada di Manila, Filipina.
SEASREP banyak melakukan studi tentang sosial-budaya. Dan SEASREP ini sifatnya riset akademik dan belum menjadi keputusan negara dalam menghadapi persoalan antar negara dalam lingkup ASEAN.
Karenanya, dengan terbentuknya Pusat Kajian ASEAN di negara-negara anggota ASEAN, diharapkan akan berdampak positif bagi perkembangan riset dan pemikiran khususnya tentang kajian ASEAN secara komprehensif. Dengan dukungan semua negara-negara ASEAN, Pusat Kajian ASEAN akan menjadi tempat untuk menyelesaikan masaalah-masalah yang menyangkut kepentingan ASEAN dan negara mitranya.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, S.IP, MA/Alumni IKMAS, UKM, Malaysia/Widyaiswara di BPSDM Riau |
Editor | : | Azzumar |
Kategori | : | Nasional, Internasional, Cakap Rakyat |