
![]() |
TBS Sawit.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Riau menyatakan jika sawit merupakan komoditas utama yang mampu menahan kontraksi ekonomi Riau di tengah pandemi seperti sekarang ini.
"Secara umum kontraksi ekonomi yang dialami Riau tahun 2020 tidak terlalu dalam jika dibandingkan dengan daerah lain," ujar Deputi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Riau Teguh Setiadi, Jumat (26/2/2021).
Ia mengatakan kontraksi ekonomi di Riau tergolong kecil. Ada banyak hal yang menopang itu, salah satunya memang harga sawit di Riau mampu bertahan di tengah pandemi.
Dikatakan Teguh, sawit di Riau terpantau masih menunjukkan pergerakan harga baik. Selama pandemi 2020, harga Tandan Buah Segar atau TBS sawit tergolong stabil, bahkan cenderung naik.
Selain itu, harga ekspor CPO juga masih menjanjikan, karena memang dibutuhkan oleh negara-negara pengimpor, seperti India dan China.
"CPO masing sangat dibutuhkan, terutama sebagai bahan baku produksi kesehatan, seperti untuk pembuatan handsanitizer. Negara-negara yang awalnya lockdown, akhirnya cadangan mereka juga tidak kuat, dan memilih buka impor. CPO di Riau menangkap peluang itu," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat perekonomian Riau tahun 2020 mengalami penurunan (kontraksi) sebesar 1,12 persen.
Kepala BPS Provinsi Riau Misfaruddin mengatakan perekonomian Riau bila dihitung tanpa migas sepanjang 2020 lalu turun 0,20 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2020 turun 1,12 persen. Dari sisi produksi lapangan usaha jasa perusahaan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi mencapai 24,65 persen," ujar Misfaruddin, Senin (8/2/2021).
Sementara itu dari sisi pengeluaran, pihaknya mencatat komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 6,39 persen.
Menurutnya perekonomian Riau sepanjang 2020 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp729,17 triliun. "Sedangkan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp490,02 trliun," cakapnya.
Untuk triwulan IV/2020, ekonomi di Bumi Lancang Kuning mengalami pertumbuhan minus 1,47 persen secara year on year (yoy). Dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 24,66 persen. Kemudian dari sisi pengeluaran, komponen pembentukan modal tetap bruto mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 4,66 persen.
"Bila dihitung tanpa migas, ekonomi Riau pada triwulan IV/2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,20 persen," ujarnya.
Adapun secara spasial sepanjang 2020 lalu, Riau berkontribusi sebesar 4,62 persen terhadap perekonomian nasional. "Provinsi Riau merupakan provinsi dengan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia, atau terbesar di luar Pulau Jawa," tutupnya.










































01
02
03
04
05






