(CAKAPLAH)-Pemikiran politik Datuk Seri Anwar Ibrahim terhadap gelombang kebangkitan Asia telah menjadi kontribusi terbesar dalam perubahan konstelasi di rantau Asia tenggara khususnya di negaranya yaitu Malaysia. Datuk Seri Anwar Ibrahim tidak asing lagi dalam perpolitikan dan reformasi, khususnya di Malaysia.
Pemikiran politiknya selalu bertentangan dengan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. Perbedaan sikap dan pandangan politik, membawa dipecatnya Datuk Seri Anwar Ibrahim di kursi wakil Perdana Menteri ketika itu. Namun di balik itu, Datuk Seri Anwar Ibrahim tetap dan terus berjuang memperjuangkan pemikiran politiknya yaitu gelombang kebangkitan Asia (The Asian Renaissance). Dan kini perjuangannya tersebut membawa Datuk Seri Anwar Ibrahim menduduki Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan juga memimpin koalisi besar oposisi yaitu koalisi Pakatan Harapan yang merupakan oposisi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin.
Gelombang kebangkitan Asia yang diperkenalkan oleh Datuk Seri Anwar Ibrahim tersebut telah banyak diulas dan menjadi pemikiran semenjak tahun 1996 dan hingga sekarang masih sangat relevan dengan perkembangan pemikiran politik dan reformasi.
Pemikiran dari Datuk Seri Anwar Ibrahim merupakan awal akan ide adanya perubahan dan reformasi di Malaysia. Apa yang ada dalam buku gelombang kebangkitan Asia tersebut merupakan buku kumpulan esai-esai dan pidato-pidato Datuk Seri Anwar Ibrahim selama dia menjabat Timbalan (wakil) Perdana Menteri Malaysia kurun waktu 1993-1996. Ide-ide dan gagasan-gagasan tersebut hingga kini masih sangat relevan terhadap perubahan dan reformasi di Malaysia. Buku tersebut menjadi inspirasi dalam memperjuangkan keadilan dan reformasi politik ekonomi di Malaysia umumnya.
Pemikiran Datuk Seri Anwar Ibrahim terhadap perubahan dan reformasi di Malaysia lebih mengedepankan kepada nilai-nilai Islam dan sifatnya universal. Dalam usaha menangani perubahan tersebut, pemimpin perlu mempunyai kebijaksanaan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Bagaimanapun perubahan tersebut harus berlandaskan kepada nilai-nilai universal yang mutlak yang diakui oleh Islam dan agama lain secara baik dan mampu memberi kesejahteraan kepada umat manusia. Demikian ulasan singkat dari pemikiran Datuk Seri Anwar Ibrahim dalam buku gelombang kebangkitan Asia tersebut.
Datuk Seri Anwar Ibrahim merupakan sosok yang keras dalam mempertahankan ide-ide dan gagasan-gagasan yang penuh “kontroversial” dalam setiap kebijakannya. Lahir di Sungai Bakau, Seberang Perai Selatan, Pulau Penang pada tanggal 10 Agustus 1947. Kiprah Datuk Seri Anwar Ibrahim dalam politik Malaysia sangat berpengaruh ke dalam perilaku dan pemikirannya. Arti kepemimpinan bagi Datuk Seri Anwar Ibrahim adalah menginginkan terciptanya masyarakat madani (Civil Society).
Datuk Seri Anwar Ibrahim berperan besar dalam menjaga hak kepentingan orang Melayu dan umat Islam ketika terjadi kerusuhan rasial (baca : etnis) yang dikenal dengan tragedi 13 Mei 1969. Tragedi 13 Mei 1969 merupakan kerusuhan antar etnis Melayu dan Cina yang dilatarbelakangi oleh masalah kesenjangan ekonomi dan menjalar kepada kepentingan politik dan kekuasaan. Komposisi masyarakat Malaysia saat ini terdiri dari Melayu 50,4%, Cina 23,7%, India 7,1%, penduduk (orang) asli 11% dan lain-lain 7,8%. Adapun agama dan kepercayaan yang dianut adalah Islam 60,4%, Buddha 19,2%, Kristen 9,1%, Konfusius dan Tao 2,6%, Hindu 6,3% dan lain-lainnya 2,3%.
Ketimpangan ekonomi antara etnik Cina dan Melayu, telah melahirkan pemikiran untuk membentuk kebijakan ekonomi yang disebut dengan “Dasar Ekonomi Baru”. DEB merupakan kebijakan yang diambil oleh Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad pada tahun 1974 untuk meredam ketidak senangan etnis Melayu terhadap pembagian dan pengelolaan di bidang ekonomi. Ketika bersama dengan Tun Mahathir Mohamad, Datuk Seri Anwar Ibrahim merupakan salah satu tokoh pemimpin yang militan dan bersikap keras terhadap kepentingan Melayu.
Ketika itu, Anwar Ibrahim bersama Tun Mahathir Mohamad menentang kepemimpinan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman. Ketika masih mahasiswa di Universiti Malaya, sosok Datuk Seri Anwar Ibrahim dikenal sebagai pemimpin gerakan pelajar yang memperjuangkan keadilan sosial dalam masyarakat Malaysia.
Datuk Seri Anwar Ibrahim merupakan sosok yang “kontroversial” di kalangan masyarakat Malaysia umumnya. Bekas Wakil Perdana Menteri Malaysia tersebut di bawah Kepemimpinan Tun Mahathir Mohamad, selalu ramai disorot khususnya dalam reformasi di Malaysia. Datuk Seri Anwar Ibrahim selalu menunjukkan kepiawaiannya dalam kancah politik. Namun, kepiawaian politik Datuk Seri Anwar Ibrahim terhenti sejak tuduhan sodomi dan korupsi menimpanya dan pada akhirnya dibebaskan oleh Pengadilan. Tahun 1999 merupakan tahun yang paling malang bagi Datuk Seri Anwar Ibrahim.
Perseteruannya dengan Tun Mahathir Mohamad mengenai bagaimana mengelola negara khususnya dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Malaysia tahun 1997, telah membawa pemecatan terhadap Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai Timbalan (Wakil Perdana Menteri Malaysia). Oleh Perdana Menteri Malaysia ketika itu, Tun Mahathir Mohamad, Datuk Seri Anwar Ibrahim secara moral tidak layak untuk menggantikannya, dan itu pula alasan oleh Tun Mahathir Mohamad untuk memecat Datuk Seri Anwar Ibrahim.
Tuduhan sebagai antek-antek barat (kapitalis) terus diarahkan kepada Datuk Seri Anwar Ibrahim ketika yang bersangkutan menjalin hubungan yang sangat erat dengan Amerika Serikat, terlebih lagi semenjak Malaysia mengalami krisis keuangan khususnya di kawasan Asia Tenggara tahun 1997. Tuduhan sodomi dan korupsi yang diarahkan kepada Datuk Seri Anwar Ibrahim ketika itu, telah membuat karir politiknya terhenti. Penjara Sungai Buloh, Kajang, Selangor merupakan penjara yang selama hampir 7 tahun dia tempati sebelum akhirnya Mahkamah Agung Malaysia menerima banding dan membatalkan tuduhan sodomi yang dituduhkan kepadanya.
Datuk Seri Anwar Ibrahim menjadi ikon dalam hal perubahan dan reformasi di Malaysia saat ini. Ketokohan dari Datuk Seri Anwar Ibrahim telah meningkatkan perolehan suara bagi pihak oposisi khususnya bagi Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang diketuai oleh Datuk Seri Anwar Ibrahim yang sebelumnya dipegang oleh istrinya Datin Wan Azizah Wan Ismail.
Diprediksi, jika oposisi solid dan tetap mempertahankan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat luas, kemungkinan besar pihak oposisi yang dimotori oleh Datuk Seri Anwar Ibrahim akan dapat menang jika dilakukan pilihan raya (baca : pemilihan umum). Kekuatan oposisi di Malaysia saat ini sangat kuat dan tidak jauh selisihnya di Parlemen. Oposisi di Malaysia telah memberikan warna demokrasi di negara tersebut. Kekuatan oposisi mendapat dukungan oleh sebagian rakyat Malaysia dalam upaya mewujudkan iklim demokrasi dan perubahan secara politik dan ekonomi.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, MA Alumni IKMAS, UKM, Malaysia/Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Internasional, Politik |