PEKANBARU (CAKAPLAH) - Film "Mimpi Anak Sakai" yang hari ini dilaunching dan dibedah oleh Jurnalis Kreatif Riau bersama Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Rabu (7/4/2021) diharapkan mampu lebih mengenalkan Suku Sakai kepada masyarakat luas.
Sehingga Suku Sakai tidak dijadikan objek serta dikatakan sebagai suku terasing dan suku pedalaman yang terisolir.
"Saya dengan adanya launching bedah film ini berharap ke depannya Sakai ini tidaklah dijadikan objek lagi serta dikatakan sebagai suku terasing dan suku pedalaman yang terisolir," ujar Tarmizi. L selaku Ketua Majelis Kerapatan Adat Batin Limo Mineh (Minas) usai Launching dan Bedah Film Mimpi Anak Suku Sakai yang digelar di Universitas Muhammadiyah Riau, Kamis (7/4/2021).
Ia mengatakan untuk film ini sudah sangat bagus dan memang seperti itulah adanya. Karena jika harus menunggu dari anak asli suku sakai, mungkin baru akan muncul film ini sekitar 3 generasi lagi.
"Namun Alhamdulillah berkat Jurnalis Kreatif Riau nama Sakai bisa diketahui atau dikenal orang lebih luas. Mungkin kalau tak ada film ini, orang-orang hanya akan tahu nama Sakai saja tanpa tahu orang Sakai itu sendiri seperti apa dan bagaimana orangnya. Kita sangat mengapresiasi," Cakapnya.
Dekan Fakultas Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau Jayus mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Forum Jurnalis Kreatif Riau. Kedepan pihaknya siap untuk diajak berkolaborasi untuk memproduksi film-film sejenis atau film lainnya.
"Untuk juga membantu masyarakat Sakai agar stigma yang tadi disebutkan tadi itu tidak adalagi dan mereka harus sejajar. Mimpi-mimpi yang disebutkan dalam mimpi tersebut bisa terwujud," sebutnya.
Dikatakan Jayus lagi, selain Suku Sakai, juga banyak suku-suku tertentu lainnya yang bisa diangkat nantinya, untuk memberikan informasi kepada dunia bahwa suku-suku tertentu yang dianggap terbelakang sebenarnya sudah sangat maju dan memiliki posisi yang sama dengan masyarakat pada umumnya.
"Yang pasti intinya film yang dibuat itu adalah untuk edukasi dan memberikan informasi kepada penonton atau khalayak ramai," sebutnya.
Sementara itu, Ketua Jurnalis Kreatif Riau, Satria Utama Batu Bara mengatakan masalah ketertinggalan sampai saat ini masih menjadi hal yang menonjol ketika berbicara tentang Suku Sakai. Bahkan hal tersebut juga muncul langsung ketika melakukan pencarian di media daring dengan menggunakan kata kunci Suku Sakai.
"Selama ini yang ditonjolkan adalah berita tentang ketertinggalan mereka. Padahal sudah belasan tahun mereka ikut kehidupan masyarakat normal pada umumnya. Itu sangat merugikan mereka. Apakah itu memang sengaja disematkan bagi mereka kita tidak tahu. Maka dari itu, kita ingin ubah persepsi itu dengan membuat film ini, yang menunjukkan sudah majunya masyarakat Suku Sakai," sebutnya.
Satria juga mengatakan, pihaknya juga akan mensosialisasikan sebanyak-banyaknya di media daring tentang film dokumenter tersebut, sehingga semakin mudah dan banyak diakses oleh masyarakat.
"Nantinya juga akan kita upload di youtube dan media sosial lainnya, sehingga ketika orang mencari informasi tentang Suku Sakai, yang muncul tidak lagi tentang ketertinggalan Suku Sakai, tapi justru sebaliknya," tutupnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau |