RSUD Arifin Achmad
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Beredar kabar seorang bayi pengidap penyakit Omphalocele terpaksa pulang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Riau karena keterbatasan biaya perawatan.
Direktur Utama RSUD Arifin Achmad Riau, dr Nuzelly Husnedi, saat dikonfirmasi membantah info tersebut. Ia menegaskan, pihak rumah sakit sama sekali tidak ada permintaan biaya pelayanan.
"Informasi kita minta bayi ibu Rita Susrianti pulang dari rumah sakit karena adanya permintaan biaya itu sama sekali tidak benar," tegas Nuzelly kepada CAKAPLAH.com.
Nuzelly menjelaskan, pasien Omphalocele yang masuk RSUD AA ini merupakan pasien yang dibiayai sebagai peserta BPJS. Artinya semua pembiayaan pelayanan kesehatannya selama di rumah sakit ditanggung negara melalui BPJS.
"Pasien ini masuk RSUD tanggal 19 Februari 2021 saat usia bayi 4 hari. Selama dalam perawatan dilakukan perbaikan keadaan umum sesuai dengan kondisi klinisnya oleh dokter spesialis anak dalam ruang khusus di instalasi perinatologi," katanya.
Menurut Nuzelly, perkembangan penyakit pasien selalu dipantau dan ada perbaikan, sesuai kondisi penyakitnya memerlukan waktu yang lama atau bisa berbulan-bulan.
"Karena kita harus menunggu menutupnya daerah yang terbuka secara alamiah sesuai perkembangan bayinya, tidak ada tindakan operasi segera yang bisa dilakukan untuk kasus pasien ini. Hal tersebut sudah dijelaskan kepada orang tua/keluarga," jelasnya.
Lebih lanjut Nuzelly menjelaskan, pasien dibawa pulang atas permintaan keluarga atau Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) pada 6 April 2021.
"Alasannya keluarga akan merawat bayi di rumah sendiri. Walaupun merupakan hak keluarga untuk membawa pulang pasien, namun petugas kita tetap memberikan penjelasan semaksimalnya apa yang bisa dilakukan keluarga (edukasi kepada orang tua/keluarga), karena seharusnya pasien tetap berada dalam perawatan rumah sakit. Pasien ini berasal dari Tambusai, Rokan Hulu," terangnya.
Disamping itu, Nuzelly menambahkan
bahwa salah satu masalah pihaknya sebagai RS Pusat Rujukan adalah pelayanan yang dilaksanakan merupakan pelayanan spesialistik luas dan subspesialistik, yang tidak tersedia di rumah sakit lainnya. Dimana sebagian besar pasien memerlukan tindakan-tindakan khusus atau memerlukan waktu perawatan yang relatif lebih lama.
"Meski biaya perawatan pasien sudah ditanggung negara/daerah, masalah lain adalah biaya hidup keluarga yang menunggu karena biasanya keluarga juga berada di Pekanbaru dalam waktu lama dan harus meninggalkan pekerjaannya. Hal seperti ini yang menyebabkan pihak keluarga memaksa untuk membawa pasien pulang dan akan merawatnya sendiri di rumah," paparnya.
Dalam persoalan ini, Nuzelly mengaku
sudah menginisiasi adanya rumah singgah pasien/keluarga untuk mengurangi biaya di luar rumah sakit. Sebagai contoh rumah singgah di Jalan Hang Tuah kerjasama RSUD Arifin Achmad dengan BAZNAS Provinsi Riau yang diresmikan gubernur Riau beberapa waktu lalu.
"Rumah singgah tersebut sehari-harinya dikelola dan dibiayai oleh BAZNAS untuk membantu masyarakat kurang mampu yang berasal dari kabupaten/kota selama menjalani pengobatan di RSUD Arifin Achmad. Di Pekanbaru ada juga beberapa rumah singgah lainnya, seperti yang dikelola dan dibiayai beberapa dokter yang bekerja di RSUD AA, ada juga yang dikelola pihak swasta lainnya," ujarnya.
Untuk diketahui, penyakit Omphalocele yang dialami bayi tersebut merupakan kelainan lahir yang ditandai dengan keluarnya organ yang ada di dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan hati, melalui pusar.
Omphalocele bisa terdeteksi sejak kehamilan atau baru terlihat saat bayi dilahirkan. Omphalocele tergolong kelainan lahir yang cukup jarang terjadi.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau |