Direktur PT BKSE Rinto Pramono dan Dirut PT BBG (tengah) didampingi Bupati Kampar dan Komut BBG Muchdi Pr usai penandatangan MoU di Jakarta, Selasa (22/6/2021)
|
BANGKINANG (CAKAPLAH) - Suatu langkah maju diciptakan manajemen salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Kabupaten Kampar, PT Bumi Kampar Sarana Energi atau BKSE (Perseroda) dalam rangka pendistribusian gas alam.
Pada Selasa (22/6/2021), bertempat di Head Office PT. Bayu Buana Gemilang (BBG), Jakarta, telah dilakukan
penandatangan memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepahaman antara PT. BKSE dengan PT. BBG yang disaksikan Bupati Kampar H Catur Sugeng Susanto dan sejumlah pejabat Pemkab Kampar.
Meskipun MoU telah ditandatangani kedua belah pihak yang akan ditindaklanjuti dengan kerjasama-kerjasama, namun masih banyak masyarakat Kabupaten Kampar yang belum mengetahui apa yang sedang diperjuangkan oleh PT BKSE demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan penggunaan gas alam dan prospek pemasukan daerah ke depan.
Direktur PT BKSE Ir H Rinto Pramono dalam bincang-bincang dengan CAKAPLAH.COM, Rabu (24/6/2021) mengatakan, Kabupaten Kampar punya potensi gas alam atau gas bumi, untuk saat ini potensi itu ada di Siak Hulu yang dinamakan Blok Bentu.
Potensi ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan jaringan gas rumah tangga (Jargas) dan kebutuhan industri. Potensi ini tinggal bagaimana memasarkan (marketing).
Rinto menjelaskan, gas bumi beda dengan elpiji atau LPG (Liquified Petroleum gas) atau gas minyak bumi yang dicairkan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Kampar ini menambahkan, BKSE saat ini sudah mendapatkan alokasi gas bumi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) cukup besar yakni sebanyak 3 MMBTU.
Menurut Rinto, kalau hanya dipakai untuk kebutuhan jargas pasti banyak tersisa. Ia memperkirakan hanya terpakai 0,3 persen termanfaatkan jika hanya untuk jargas.
"Namun ini belum termanfaatkan oleh kita. Maka kita lakukan marketing supaya barang ini terjual. Karena ini gas bumi, untuk bisnis kita butuhkan mitra. Alhamdulillah kita jumpai mitra yang memiliki pengalaman dibidang distribusi dan niaga gas alam yaitu PT Bayu Buana Gemilang di Jakarta," beber Rinto.
Ia menambahkan, perusahaan (BBG red) sudah berdiri sejak bulan Mei 2003.
BBG adalah perusahaan swasta pertama di Indonesia yang bergerak di bidang distribusi dan niaga. Ini adalah perusahaan swasta nasional pertama di Indonesia berbisnis di gas bumi selain PGN (Perusahaan Gas Negara). BBG dipimpin Direktur Utama Andi Rahman dan Komisaris Utama Muchdi Pr dan berkantor di Jakarta.
"Kita harap dengan MoU Ini kita sepakat untuk memanfaatkan potensi gas alam untuk dikelola demi kemakmuran rakyat," harap pria murah senyum ini.
Penandatanganan MoU kedua belah pihak ini diharapkan juga ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama yang lebih konkrit.
Alasan dipilihnya BBG sebagai mitra pendistribusian gas karena ia menilai BBG punya pengalaman dalam bisnis distribusi dan niaga gas alam.
Selanjutnya mengenai bagaimana perkembangan produksi gas alam di Blok Bentu, Rinto menjelaskan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dilaksanakan oleh PT Energi Mega Persada (EMP).
"Itu perusahaan SKK Migas. Sumur itu posisinya itu sudah dibor. Kondisinya 95 persen. Hanya tinggal menambah utility seperti separator. Itu akan bisa dimanfaatkan untuk dijual didistribusikan," terang Rinto.
"Sehubungan ini, gas bumi tentu marketnya tidak seperti minyak mentah. Karena ini gas maka marketnya dicari. Setelah marketnya ditemukan, baru dibuka kerannya. Ini gas alam, harus disalurkan setelah dibuka kerannya," ungkap Rinto.
Lebih lanjut ia mengatakan, Pemkab Kampar melalui BKSE berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berusaha memanfaatkan gas yang ada untuk dijadikan jaringan gas rumah tangga.
Pemkab Kampar juga sudah berupaya agar proyek jargas ini dapat dibiayai dengan APBN melalui Kementerian ESDM.
"Karena harganya itu nilainya sosialnya, sama dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum red). Ini program nasional, ketahanan energi. Gas kita harapkan dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat Kampar terutama di Kecamatan Siak Hulu dulu," katanya.
Selain mengincar pasaran untuk masyarakat Siak Hulu dan sekitarnya, BKSE juga berupaya menjual gas untuk industri secara paralel. "Begitu gas dibuka bisa dijual ke masyarakat bisa juga ke industri," ulasnya.
Belum lama, 8 Juni 2021 lalu BKSE telah mengumpulkan pihak perusahaan di Siak Hulu. Mereka sangat tertarik menggunakan gas alam.
Mengenai jaringan gas untuk masyarakat ini menurut Rinto adalah ranahnya Pemkab Kampar. Jika prosesnya lancar dan mendapatkan alokasi anggaran dari pemerintah maka diperkirakan infrastrukturnya selesai tahun 2024.
"Karena ini memang masih tahapan. Namun di posisi BKSE ini kita tergantung menghitung kajian kalau memang industri ini bisa kita kejar targetnya di situ mungkin tahun depan bisa jualan," terangnya.
Ia juga menjelaskan respon industri yang sangat bagus karena penggunaan gas alam jauh lebih hemat bila dibandingkan LPG. Begitu juga pada penggunaan rumah tangga bisa berhemat 15 hingga 25 persen. "Jadi gas alam ini lebih murah," bebernya.
Adapun metode penyaluran gas bumi ke industri dan masyarakat diantaranya dengan pipanisasi CNG atau atau compressed natural gas.
Ia menjelaskan, di luar LPG dan LNG, masyarakat juga mengenal istilah CNG.
CNG sebenarnya merupakan gas yang sama dengan LNG, hanya saja pada CNG, gas metana dikompresi namun tidak sampai mencair.
Produksi dan penyimpanan CNG lebih murah dibandingkan dengan LNG, hanya saja, CNG membutuhkan tempat penyimpanan lebih besar serta tekanan yang sangat tinggi, sehingga distribusinya tidak bisa untuk jarak yang terlalu jauh dari sumber gas.
Terkait calon konsumen rumah tangga di Kabupaten Kampar, Rinto menyebutkan bahwa saat ini telah terdata 13 ribu rumah tangga dan sudah diinput.
"Karena Siak Hulu berbatasan dengan Pekanbaru, tentunya kita berharap marketnya menyentuh Pekanbaru dan sekitarnya. Tak tutup kemungkinan rumah makan, hotel, mall, restoran pakai CNG," terangnya.
Di beberapa daerah, seperti Pekanbaru, Prabumulih, Palembang sudah tak asing lagi dengan gas alam (CNG). Pekanbaru sendiri tidak memiliki sumber daya alam gas namun telah mampu menjual gasnya yang juga dikelola BUMD.
"Kita berharap gas sampai ke rumah. Semua bisa murah dan untungnya bisa banyak.
Bangkinang berharap juga bikin jargas. Tukang goreng tak payah lagi rebutan gas tiga kilo," pungkasnya.
Penulis | : | Akhir Yani |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan, Kabupaten Kampar |