JAKARTA (CAKAPLAH) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabodetabek, menuding sikap BEM Universitas Indonesia yang menjuluki Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai "The King of Lip Service" sebagai tindakan yang mengarah kepada politik praktis dan bertentangan dengan doktrin gerakan Mahasiswa.
"Arah gerakan mereka (BEM UI) sudah tidak seusai dengan doktrin gerakan mahasiswa yang kita kenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kalau model yang diperlihatkan BEM UI diduga lebih ke arah gerakan politik praktis. Mengambil alih kekuasaan dengan mengolok-olok kepala negara. Dengan tujuan mengajak untuk membenci presiden dengan cara olok-olok," ujar Budi Rahmansyah Koordinator BEM Se-Jabodetabek, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/7/2021).
Diungkapkannya, tindakan BEM UI tidak mewakili perasaan mayoritas mahasiswa Indonesia.
"Saat ini yang kami rasakan dan banyak dari kelurga mahasiswa yang berduka karena keluarga mereka banyak yang sakit bahkan meninggal karena covid. Lalu BEM UI tanpa pernah mengetahui perasaan kita megambil kesempatan politis di saat sulit," ungkapnya.
Menurut Budi arah pergerakan BEM UI sangat eksklusif dengan tidak pernah memperhatikan perasaan rakyat miskin sebenarnya. Budi dan kelompoknya menyatakan kebutuhan rakyat miskin saat ini adalah bisa segera keluar dari situasi krisis Covid-19.
"Tidak ada korelasinya mengolok-olok Presiden dan perubahan keadaan krisis saat ini. Apakah dengan BEM UI mengolok-olok Pak Jokowi lantas covid langsung hilang dan krisis langsung selesai?," Kecam Budi.
Selain itu ditegaskannya, politik mahasiswa adalah politik Tri Dharma, membangun bangsa negara dengan pengabdian, ketulusan dan kecintaan. Menurut Budi apa yang dilakukan BEM UI lebih kearah membangun kebencian.
"Bagaimanapun mengolok-olok akan selalu melahirkan kebencian. Tidak ada cinta kasih dan pengabdian di balik olok-olok," tegasnya.**
Penulis | : | Edyson |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Nasional |