Ilustrasi penduduk Korea Utara. (AFP PHOTO / Ed JONES)
|
(CAKAPLAH) - Pemerintah Korea Utara dilaporkan menggunakan persediaan beras jatah tentara untuk dijual kepada penduduk yang tengah mengalami krisis pangan akibat cuaca panas dan kekeringan.
Menurut laporan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS), pemerintah Korut bakal menjual beras logistik milik angkatan bersenjata kepada rakyat yang kesulitan bahan pangan, buruh dan lembaga desa.
Paparan itu disampaikan NIS dalam rapat dengan komisi intelijen parlemen Korsel, seperti dilansir Associated Press, Selasa (3/8).
Menurut salah satu anggota komisi intelijen parlemen Korsel, Ha Tae-keung, NIS melaporkan gelombang panas dan kekeringan membuat padi, jagung dan sejumlah jenis tanaman pangan budidaya lain gagal panen. Selain itu, kekeringan juga menyebabkan hewan ternak mati.
Ha mengatakan Korut sedang berupaya menghadapi kekeringan dan meminta penduduk setempat menyadari hal itu.
Menurut anggota komisi intelijen lainnya, Kim Byung-kee, NIS melaporkan saat ini Korut mengalami kekurangan bahan pangan sebanyak 1 juta ton dan kehabisan persediaan beras. Padahal lazimnya Korut membutuhkan 5.5 juta bahan pangan untuk 26 juta penduduk.
Harga beras yang menjadi bahan pangan utama di Korut naik dua kali lipat pada awal tahun ini. Harga beras mulai stabil pada Juli sebelum kembali melonjak.
Kim mengatakan pemerintah Korut kini berupaya mengendalikan harga beras karena dinilai sebagai salah satu permasalahan utama di tengah masyarakat.
Menurut pakar di Institut GS&J Korea Selatan, Kwon Tae-jin, pemerintah Korut bakal menjual beras jatah militer dengan harga lebih murah untuk membuat harga di pasar stabil. Menurut dia harga beras di Korut memang tidak stabil karena pemerintah membatasi pasokan.
Korut memang pernah mengalami kekurangan bahan pangan sebelum pandemi tetapi harga di pasar selalu stabil karena mereka bisa menyelundupkan beras dari perbatasan China. Akan tetapi, ketika pandemi di mana seluruh perbatasan antarnegara diperketat, maka Korut kesulitan menyelundupkan besar.
Kwon memperkirakan jika hal itu terus terjadi maka kondisi krisis pangan di Korut bisa memburuk.
Menurut Kwon krisis pangan di Korut bakal bertahan hingga musim semi pada September hingga Oktober, dimana jagung, padi dan tanaman lain diharapkan mulai panen. Akan tetapi, dia memperkirakan krisis pangan Korut saat ini tidak separah pada era 1990-an yang memicu kelaparan.
Saat ini, kata Kwon, penduduk Korut masih mampu membeli beras meski harganya melonjak. China sebagai salah satu sekutu Korut diperkirakan juga tidak bakal tinggal diam melihat situasi itu dan bakal mengirim bantuan.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |