PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pengamat politik dari Universiras Islam Riau (UIR) Panca Setyo Prihatin, mengemukakan analisanya terkait kasus cekcok dan keributan anggota DPRD Kota Pekanbaru Ida Yulita Susanti dengan warga. Keributan tersebut berakhir dengan dilaporkannya warga Marpoyan Damai ke Polresta Pekanbaru.
Sebelumnya Ida Yulita Susanto dari Partai Golkar Kota Pekanbaru membuat laporan ke polisi. Ia mengaku dianiaya oleh warga jalan Irkab Rabu lalu. Ida juga menyebut kalau anaknya juga dikeroyok.
Namun keterangan Ida berbanding terbalik dari pengakuan warga, yang mengaku kalau anggota dewan itulah yang terlebih dahulu menyerang warga. Oleh sebab itu, warga juga berencana membuat laporan balik Ida ke polisi.
Kejadian ini mendapat perhatian banyak pihak. Terkait hal itu, pengamat politik Panca Setyo mengatakan, ada dua hal yang menjadi atensinya dari cekcok wakil rakyat dengan rakyat yang berakhir dengan laporan ke polisi. Yang pertama adalah etika yang melekat pada diri seorang pejabat publik, dan yang kedua adalah kasus ini mau tak mau menyasar para pihak yang mengintai dan saling mencari celah untuk posisi tertentu.
"Dari sisi politik, memang seorang pejabat publik dan politisi itu harus bisa menjaga etika, tidak hanya di tugas sebagai pejabat namun juga dalam kehidupan sosialnya. Kan seharusnya tak jadi polemik besar jika peristiwa tersebut didudukkan betul apa sih masalahnya," kata Panca kepada CAKAPLAH.com, Jumat (3/9/2021).
Seharusnya, kata Panca, dalam kehidupan sosial, semua pejabat publik itu harus menjaga etikanya dalam menjalankan tugas dan etika publik. Masalah seperti yang dihadapi Ida ini muncuk di permukaan, menampakkan hal yang tidak elegan dari seorang politisi.
"Kalaupun itu terjadi, seharusnya tidak sikap seperti itu yang Ida lakukan," cakapnya.
Padahal, tugas legislatif hari ini sudah jelas mengawal kepentingan rakyat, partai sebagai perpanjangan tangan masyarakat seharusnya berpihak ke masyarakat.
Selanjutnya, kasus ini dari sisi analisa politik kata Panca, bisa menjadikan peluang bagi pihak lain untuk meresistensi, membangun kebencian dan lainnya.
"Politik itu determinan dari hukum, ada celah momentum untuk meresistensi. Maka jagalah terus diri kita, kita sebagai pejabat publik dijadikan sosok yang diguguh dan ditiru harus hati - hati ya. Karena situasi sekecil apapun menjadi jualan politik juga bagi orang kalau orang lain ya orang tak perduli juga, tapi karena pejabat punlik akan ada akses hukum yang berdampak politik yang besar dan luas," tukasnya.
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Politik, Hukum, Kota Pekanbaru |