Foto merdeka. Com
|
JAKARTA (CAKAPLAH) - "Teror" kelompok pemuda dayak bersenjata tajam terhadap Wakil Sekjend MUI, Tengku Zulkarnain di Bandara Susilo, Sintang, Kalimantan Barat disebut karena kesalahan informasi.
Hal ini diungkapkan Wakil Bupati Sintang Askiman. Ia menuturkan, warga mengira yang datang tokoh ormas Front Pembela Islam (FPI).
"Ini terjadi akibat adanya kesalahpahaman informasi yang didapat oleh kelompok tertentu, sehingga menimbulkan pemikiran yang kurang mengenakkan," kata Askiman kemarin.
Askiman meluruskan kejadian yang terjadi Kamis (12/1/2017). Menurutnya, sekitar pukul 09.00 WIB dijadwalkan pelantikan Ketua DAD Kabupaten Sintang. Semua panitia dan pengurus menunggu kedatangan Gubernur Kalbar Cornelis, sebagai Ketua Majelis Adat Dayak Nasional. Sejumah panitia melakukan penjemputan ke Bandara Susilo.
"Ternyata sampai di bandara baru diketahui bahwa gubernur tidak jadi datang, karena ada kegiatan kedinasan lain," katanya.
Askiman melanjutkan, mereka lantas mendapatkan informasi ada Sekjen FPI yang datang ke Kota Sintang. Secara spontan mereka mengumpulkan massa untuk melakukan penolakan. Mereka meyakini Zulkarnain adalah Sekjen FPI.
"Karena itu, secara spontan mereka masuk dari terminal kedatangan bandara, langsung mendekati pintu pesawat, dan berorasi menolak kedatangan Zulkarnain, yang akan mengikuti tabligh akbar di Kota Sintang, Sekadau, Sanggau serta Melawi," ucapnya.
Di antara massa, ada yang membawa spanduk bertuliskan "Forum Pemuda Dayak Sintang Kalbar. FPI ormas anti Pancasila dan UUD 1945 harus dibubarkan karena telah memecah belah kedamaian NKRI. NKRI hak leluhur kami".
Penolakan tersebut membuat Zulkarnain tidak bisa turun dari pesawat dan kembali ke Pontianak, membatalkan kegiatan yang akan dihadirinya.
Setelah peristiwa itu, dilakukan pertemuan dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Tokoh FKUB sepakat mengeluarkan pernyataan sikap bersama yang lahir tanpa paksaan.
Pernyataan sikap ini pada intinya berisi warga Sintang mendambakan kehidupan yang baik dan harmonis. Warga Sintang menghormati dan menjunjung tinggi keberagaman.
Masyarakat tidak ingin kehidupan yang sudah tenteram, damai dan penuh kekeluargaan dirusak oleh pihak-pihak yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Warga tidak menolak kehadiran lembaga atau kapasitas seseorang sebagai tokoh agama. Tetapi mereka menolak paham radikal seseorang atau kelompok tertentu yang dapat memecah belah hubungan antarumat beragama.
"Kita harapkan, adanya kesadaran dari semua pihak untuk konsisten menjaga kelangsungan hidup Kabupaten Sintang ini yang penuh damai, harmonis dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Tidak terusik oleh kepentingan kelompok lain yang akan memecahbelahkan Kota Sintang ini," kata dia.
Terpisah, MUI mempertanyakan bagaimana senjata tajam yang dibawa warga bisa masuk ke area bandara.
"Tengku Zulkarnain heran, bagaimana bisa senjata tajam masuk sampai di pesawat?" kata Luthfie menirukan pernyataan Zulkarnain.
Saat itu, dua petugas kepolisian sempat naik ke atas pesawat, meminta Zulkarnain tidak turun dari pesawat. "Akhirnya beliau tidak jadi turun dan kembali ke Pontianak," ujar Luthfie.
Kehadiran Zulkarnain ke Sintang, atas undangan resmi Bupati Sintang Jarot Winarno, guna memberikan ceramah dalam peringatan Maulid Nabi. Kegiatan ceramah Maulid itu, rencananya tetap akan dilakukan, di bawah pengawalan kepolisian.
"Para pelaku yang ada di sekitar pesawat saat itu, sudah ada yang teridentifikasi," sebut Luthfie.
Zulkarnain datang ke Sintang, ditemani putranya, Lukman Hakim. Kabar yang beredar bahwa Tengku datang bertiga bersama seorang anggota FPI, dipastikan tidak benar.
"Beliau (Tengku Zulkarnain) hanya berdua dengan putranya," demikian Luthfie.
Editor | : | Bhimo |
Sumber | : | Merdeka.com |
Kategori | : | Nasional |