Pekanbaru (CAKAPLAH) - Bagi para penggemar buku, terutama pemburu buku bekas, biasanya tidak asing dengan sosok yang satu ini. Ia adalah Pak Agus, penjual buku bekas di Pekanbaru.
Ternyata pak Agus telah menggeluti usaha buku bekas sejak tahun 1990-an, di kala minat membaca buku masih tinggi hingga kini di tengah gempuran gadget dan teknologi.
Tidak sulit menemukan Pak Agus. Saban hari ia 'mangkal' di Simpang Pasar Senapelan atau Pasar Kodim, Pekanbaru. Beragam jenis dan judul buku ia jajakan mulai buku pelajaran, komik, novel, buku keagamaan hingga buku ilmu pengetahuan lainnya.
Saat berbincang dengan CAKAPLAH.COM, Rabu (27/10/2021), Pak Agus menyadari saat ini minat baca masyarakat sangat rendah yang tentu berimbas terhadap penjualan buku 'seken' yang telah digelutinya selama 30 puluh tahun itu. Namun demikian ia mengaku tak patah arang.
“Bapak telah berjualan sejak tahun 90-an, mungkin adik-adik ini belum lahir. Dari tahun 90-an bapak di sini berarti kurang lebih udah 30 tahun. Adik saja belum berumur 30 tahun, kan?” katanya.
Pak Agus bercerita, saban hari ia selalu setia menjajakan buku-buku bekas ini, yakin akan ada saja pelanggan setianya datang. Ia baru akan libur berjualan apabila saat hujan turun atau ada pekerjaan lain di rumah.
Ia mengatakan buku-buku yang dijual di sini rata-rata harganya terjangkau. Tergantung ketebalan, judul dan penulis buku. Namun jika dirata-ratakan harganya sekitar Rp5 ribuan sampai Rp50 ribuan.
“Ada juga yang harganya sampai satu juta-an, pernah ada. Bahasa Inggris bukunya, tebal. Di Gramedia saja tak ada jual. Sekennya saja satu juta dijual. Selama bapak jualan pernah dapat empat buku itu. Tebal dan besar bukunya. Pernah bapak jual dan orang pun mintak lagi tapi tak pernah dapat lagi, dah lama,” ujarnya tanpa menyebutkan judul bukutnya.
Saat ditanya buku mana yang paling lama saat ini ia jajakan, Pak Agus menunjukkan buku Karya Buya Hamka yang berjudul "Sedjarah Umat Islam". Saat ini buku tersebut sudah terlihat menguning.
Kepada CAKAPLAH.COM, Pak Agus juga memberikan sedikit tips bagaimana merawata agar buku-buku tidak rusak dan dimakan rayap.
“Merawat buku-buku supaya awet dengan pengawet buku, kalau takut dimakan rayap. Sekali setahun ditengok juga,” katanya.
Mengenai buku-buku yang tidak laku, Pak Agus mengatakan ini karena minat membaca yang sudah sangat jauh berkurang, sehingga buku bukan lagi barang yang dinikmati banyak orang.
“Kalau sudah berkurang minat membaca orang. Tapi nampaknya kalau di HP orang rajin membaca. Kalau cetak dah jauh lebih berkurang peminatnya. 80 persen mungkin ada berkurangnya itu. Tapi kalau di media elektronik orang rajin baca, habis waktunya sama itu aja (gadget) terpaku dia,” katanya.
Buku-buku yang ditawarkan Pak Agus hanya diminati oleh Mahasiswa dan anak-anak sekolah. Selain itu Pak Agus mengaku sangat jarang yang berminat.
Ketika diberitahu data tahun 2019 yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengenai Negara Indonesia masuk ke peringkat 10 terbawah dari 70 negara dengan tingkat literasi yang rendah Pak Agus tersenyum saat mendengarnya.
“Kan gak meleset perkiraan bapak yang 80% tadi, 20 persen lagi cuma yang minat membaca,” ujarnya sambil tertawa.
Di wilayah Riau, perkiraan Pak Agus hanya lima orang menjual buku bekas seperti dirinya. Tidak seperti di kota-kota lain.
“Kalau dimana-mana cuma di Riau aja yang susah, kalau di tempat lain seperti di Jambi saja itu banyak jual buku bekas. Medan ada juga, Jakarta malah lebih banyak lagi. Cuma di Pekanbaru saja yang sedikit. Kalau sekarang ini boleh dibilang lima orang lah yang jual, bapak satu. Tapi gak tahu empat orang lagi dimana jualnya, perkiraannya gitulah,” pungkasnya.***
Penulis | : | Winne Febrianisa / Rindi Ariska |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Kota Pekanbaru |