(CAKAPLAH) - Tidak ada yang menyangkal bahwa pendidikan vokasi merupakan salah satu instrumen penting dalam arah pembangunan di negara ini. Kesungguhan pemerintah terhadap pentingnya pendidikan vokasi, diwujudkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Perubahan yang paling mendasar dalam Perpres itu adalah adanya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Pendidikan Vokasi) di Kemendikbud. Penguatan pendidikan vokasi menjadi sangat fundamental dalam rangka merespon berbagai tantangan dan peluang saat ini dan masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil penelitian dari McKinsey Global Institute, diproyeksikan bahwa Indonesia membutuhkan 3,8 juta tenaga terampil per tahun sampai dengan tahun 2030. Di sisi lain, pada rentang waktu yang bersamaan, Indonesia juga punya potensi dalam bentuk bonus demografi angkatan kerja muda.
Peluang-peluang yang sangat baik itu tentu harus diimbangi dengan penyiapan kualitas sumber daya manusia yang memadai dalam merespon berbagai tantangan dan kebutuhan dunia saat ini. Disrupsi teknologi, kebutuhan SDM era revolusi industri 4.0, kondisi new normal pasca pandemi, gig economy, serta berkembangnya industri kreatif pada berbagai sektor, merupakan fenomena yang harus dihadapi.
Riau, yang secara geografis merupakan wilayah yang berada di sentral Pulau Sumatera, berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga, merupakan “hub” yang sangat strategis bagi pergerakan ekonomi antar daerah maupun antar negara. Pembangunaan infrastruktur seperti jalan tol Pekanbaru-Dumai, Pekanbaru-Padang, maupun Pekanbaru-Jambi yang mulai dikerjakan, membuat pergerakan orang dan barang semakin lancar, dengan biaya ekonomi semakin kompetitif.
Kondisi ini telah memunculkan kegiatan-kegiatan ekonomi baru dalam bentuk investasi baru dan tumbuhnya UMKM-UMKM serta start up bidang ekonomi kreatif. Situasi ini harus direspon dengan cepat, sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) yang kita hasilkan tidak menjadi penonton di rumah sendiri.
Oleh karena itu penyiapan SDM yang bermutu, yang dibekali dengan keseimbangan antara hard-skill dan soft-skill, entrepreneurship, serta mempunyai tingkat relevansi tinggi dengan kebutuhan peluang dan tantangan dunia saat ini, harus menjadi fokus dan tugas besar di pendidikan vokasi serta stake holder terkait.
Hal ini sejalan dengan misi pertama pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Riau Tahun 2019-2024, yaitu “Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, berkualitas dan berdaya saing global melalui pembangunan manusia seutuhnya”.
Proses pendidikan vokasi harus selalu tanggap, adaptif dan solutif terhadap dinamisasi lingkungan sekitar. Jangan sampai, pendidikan vokasi di Riau terjebak sebagai institusi pendidikan penghasil generasi kedaluwarsa, unlinked and unmatched terhadap kebutuhan stake holder. Selanjutnya, kita tidak boleh lagi terlalu larut atas kekayaan sumber daya alam Riau, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang semakin hari semakin menipis.
Lulusan pendidikan vokasi harus mulai berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan industri masa depan yang berbasis knowledge economy dan inovasi. Terutama pada industri 4.0, ekonomi kreatif, dan entrepreneurship yang tidak akan ada habisnya.
Konsep link and match harus dimaknai secara komprehensif. Tidak sekedar link dan match saja, apalagi cuma “link-link” yang berakhir dengan foto-foto MoU. Begitu juga dengan program menara vokasi yang sedang digaungkan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi saat ini.
Sebagai akselerator, penggerak dan wadah sinergi ekosistem vokasi di daerah, tentu program ini harus didukung oleh berbagai pihak supaya memiliki pondasi yang kuat. Tidak menjadi menara yang rapuh nan menjulang, tidak membumi, dan lekang oleh waktu, seperti janur kuning dan umbul-umbul yang hilang setelah pesta usai. Untuk itu yang harus menjadi fokus terlebih dahulu adalah membangun kapasitas dan kapabilitas institusi vokasi, SDM vokasi, sistem serta tata kelola yang mengarah pada Peningkatan Mutu Pembelajaran dan Relevansi Lulusan Pendidikan Vokasi.
Program peningkatan mutu dan relevansi lulusan pendidikan vokasi, lambat laun akan menurunkan dan menghilangkan stigma bahwa lulusan pendidikan vokasi adalah salah satu penyumbang tertinggi angka pengangguran terbuka. Program menara vokasi yang dicanangkan harus menjadi momentum penguatan pondasi pendidikan vokasi di Riau. Hal ini tidak hanya ditandai dengan adanya link and match antara pendidikan vokasi dengan IDUKA (Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja) di Riau, tetapi yang lebih penting adalah munculnya atmosfir dan ekosistem vokasi Riau dalam bentuk sinergi dan kolaborasi antara pendidikan vokasi, IDUKA, komunitas, lembaga sertifikasi profesi, media massa maupun stake holder terkait lainnya.
Sinergi dan kerjasama antara pendidikan vokasi dan IDUKA tidak hanya berhenti sampai sebatas nota kesepahaman saja, tetapi harus diwujudkan dalam berbagai bentuk kerjasama konkrit seperti pembenahan kurikulum, program magang siswa/mahasiswa/guru/dosen vokasi, teaching factory, alih teknologi, berbagi sumber daya, dosen industri maupun proses rekrutmen tenaga kerja.
Ekosistem vokasi ini, utamanya hubungan antara institusi pendidikan vokasi dengan IDUKA tidak hanya sebatas dalam bentuk Program Corporate Social Responsibility (CSR) saja, tetapi bisa diwujudkan dalam sebuah relasi yang saling membutuhkan. Sudut pandangnya harus diubah, ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, tidak lagi dilihat pendidikan vokasi yang membutuhkan IDUKA, tetapi juga sebaliknya.
Untuk mencapai hal tersebut, tentu diperlukan program dan terobosan sebagai pondasi penguatan institusi pendidikan vokasi yang ada di Riau. Beberapa program yang mungkin sudah termuat atau melengkapi peta jalan pendidikan vokasi di Riau diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama adalah Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pendidikan vokasi. SPMI harus menjadi fundamental dalam menciptakan budaya mutu di institusi pendidikan vokasi. Faktanya, sistem penjaminan mutu eksternal seperti akreditasi belum sepenuhnya menggambarkan budaya mutu yang diharapkan. SPMI yang baik akan mendorong terus tumbuhnya proses perbaikan yang berkelanjutan dalam berbagai proses pembelajaran di institusi pendidikan vokasi.
Baik tidaknya kualitas pendidikan vokasi yang paling tahu adalah kita yang ada di sisi internal. Sehingga proses perbaikan di institusi pendidikan vokasi harus menjadi inisiatif dan kesadaran internal yang berkelanjutan. SPMI yang baik akan memberikan jaminan, keyakinan, dan kepercayaan diri bahwa kualitas pembelajaran dan lulusan pendidikan vokasi memiliki daya saing yang tinggi.
Program yang kedua adalah penguatan Lembaga Bursa Kerja Khusus (BKK) ataupun Pusat Karir yang ada di institusi pendidikan vokasi. Harus dipahami bersama bahwa karya utama dari sebuah institusi pendidikan adalah lulusannya. Institusi pendidikan vokasi harus mempunyai perhatian yang kuat terhadap para alumninya, apakah sesuai dengan kebutuhan stake holder atau tidak.
Lembaga pusat karir di institusi pendidikan vokasi menjadi sangat esensial, mulai dari melakukan penyiapan calon lulusan, pembinaan karir, mediator penempatan kerja, termasuk juga yang penting adalah dalam kegiatan tracer study (penelusuran) terhadap alumni. Supaya relevan, link and match, institusi pendidikan vokasi tentu harus mempunyai data dan punya kemampuan dalam menelusuri keberadaan para alumninya.
Dengan kegiatan ini dapat dilihat potret alumninya, setidaknya dapat diketahui kesesuaian jurusan dengan bidang pekerjaan, kesesuaian level pendidikan, masa tunggu mendapatkan pekerjaan, termasuk kompensasi yang diterima oleh para lulusan institusi pendidikan vokasi. Informasi dan data ini sangat penting dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di institusi pendidikan vokasi yang berkelanjutan.
Program ketiga adalah penguatan kapasitas dan kapabilitas institusi pendidikan vokasi. Program ini bisa dilakukan setidaknya pada beberapa aspek, diantaranya adalah
(i) penguatan tata kelola dan kepemimpinan;
(ii) penguatan serta peningkatan kualitas/kuantitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan; serta
(iii) aspek peningkatan kualitas pembelajaran.
Dalam hal tata kelola dan kepemimpinan, institusi pendidikan vokasi harus memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam mengelolan institusi yang modern. Tata kelola dan kepemimpinan dengan pendekatan kecepatan, ketepatan, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam merespon perubahan yang sangat dinamis. Kepemimpinan di institusi pendidikan vokasi tidak bisa lagi hanya dibekali dengan bekal kepemimpinan operasional dan administratif. Harus ada terobosan-terobosan dan inovasi, kreativitas, entrepreneur leadership yang akan membawa institusi pendidikan vokasi terus maju.
Apalagi kalau institusi pendidikan vokasi ini diorientasikan sebagai badan layanan umum. Ke depan terobosan-terobosan yang melahirkan kreativitas dan produktivitas ini, mungkin akan menjadi indikator penting dalam mengevaluasi kepemimpinan di institusi pendidikan vokasi. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas juga harus menyesuaikan akan kebutuhan data dan informasi yang cepat dan akurat.
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas dalam tata kelola berbasis teknologi informasi dan komunikasi harus menjadi pilar dan fitur penting pada setiap institusi pendidikan vokasi.
Aspek peningkatan kualitas SDM tenaga pendidik dan tenaga kependidikan harus terus dilakukan oleh institusi pendidikan vokasi di Riau. Peningkatan kualitas SDM bisa dilakukan dalam bentuk studi lanjut, pelatihan dan sertifikasi kompetensi, serta magang di IDUKA.
Dari sisi kuantitas SDM, khususnya pemenuhan dengan cepat terhadap tenaga pendidik produktif yang masih kurang, bisa dilakukan dengan mendatangkan instruktur-instruktur kejuruan dari IDUKA dengan terlebih dahulu melalui asesmen skema Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Beberapa politeknik termasuk Politeknik di Riau, bisa dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan RPL.
Aspek selanjutnya adalah peningkatan kualitas pembelajaran meliputi peningkatan fasilitas pembelajaran utamanya kualitas laboratorium dan peralatan praktikum. Walaupun investasinya cukup tinggi, program peningkatan kualitas laboratorium bagi pendidikan vokasi harus masuk dalam perencanaan dan pengembangan. Namun demikian, masih banyak cara/terobosan untuk memenuhi kebutuhan peralatan laboratorium ini.
Beberapa diantaranya adalah kerjasama dengan IDUKA untuk membuka teaching factory, kerjasama dengan science technopark, kerjasama dengan institusi pendidikan vokasi lain, pemeberdayaan Balai Laihan Kerja (BLK) ataupun berusaha mendapatkan peralatan-peralatan laboratorium melalui skema-skema hibah kompetisi.
Kualitas pembelajaran penting lainnya bisa dilihat dari kurikulum di institusi pendidikan vokasi. Sedapat mungkin capaian pembelajaran di kurikulum juga memenuhi capaian pada skema-skema okupasi kerja, SKKNI, KKNI, yang bermuara pada sertifikasi kopmpetensi yang harus dimiliki oleh setiap lulusan pendidikan vokasi. Keterlibatan Lembaga sertifikasi profesi baik dari institusi resmi seperti BNSP maupun dari vendor menjadi hal yang penting.
Berdasarkan hasil penelusuran alumni yang dilakukan, dapat dilihat juga apakah kurikulum yang dirancang sudah sesuai dengan keperluan stake holder atau belum. Bersama dengan IDUKA lakukan pemetaan kembali kurikulum yang harus ada, jika diperlukan, tidak ada salahnya memetakan kembali program studi yang ada dengan potensi IDUKA yang ada di Daerah Riau.
Berbagai upaya memperkuat pondasi pendidikan vokasi seperti yang disampaikan sebelumnya, tentu tidak harus dimulai dari nol. Cara yang paling elegan adalah dengan memperkuat ekosisten vokasinya. Kedepankan sinergi dan kebersamaan sebagai elemen-elemen vokasi yang saling membutuhkan.
Tanggalkan egoisme merasa paling bisa dan paling hebat, padahal susah ditunjukan bisanya apa dan hebatnya dimana. Gak usah jauh-jauh, sesama elemen ekosistem vokasi di Riau, kita bisa saling berbagi, saling belajar, saling menginspirasi dan terus bersinergi. Setidaknya ada beberapa hal terkait kondisi pendidikan vokasi di Riau yang bisa dijadikan landasan:
1. Intitusi pendidikan vokasi di Riau, khususnya pendidikan tinggi vokasi, sudah sangat sesuai keberadaannya dengan kondisi sumberdaya alam di Riau yang berbasis pada industri pengolahan, perkebunan, pertambangan, minyak dan gas bumi, jasa, perikanan, perkapalan, serta industri kreatif. Program studinya juga beragam termasuk level jenjangnya, mulai SMK, D2, D3, Sarjana Terapan, dan Magister Terapan.
2. Di bidang penjaminan mutu internal, insitusi pendidikan vokasi di Riau menjadi salah satu rujukan implememenasi SPMI nasional, termasuk keberadaan fasilitator SPMI nasional yang berasal dari institusi pendidikan vokasi di Riau.
3. Dilihat dari penjaminan mutu eksternal, khususnya akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), salah satu institusi pendidikan vokasi di Riau memiliki persentase akreditasi program studi “peringkat A” tertinggi diantara institusi pendidikan vokasi di Pulau Sumatera.
4. Institusi pendidikan vokasi di Riau juga pernah menjadi peraih Pusat Karir Nasional terbaik dan Pusat Kemahasiswaan terbaik yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Lulusan intitusi pendidikan vokasi di Riau, berdasarakan hasil tracer study menunjukkan bahwa mereka bisa bersaing di tingkat nasional maupun global. Banyak lulusan ini yang sudah berkiprah di berbagai negara pada berbagai bidang pekerjaan.
6. Capaian lain terkait program kemitraan dengan IDUKA, pemerintah, UMKM, dan pihak lain dalam skala daerah, nasional, maupun global sudah banyak ditunjukkan oleh institusi pendidikan vokasi di Riau.
Membangun pondasi yang kuat untuk menara vokasi di Riau, setidaknya memberikan arah, pengembangan, dan program yang harus dilakukan dalam meletakan landasan yang kokoh bagi terciptanya ekosistem vokasi yang berkelanjutan. Sehingga, majunya pendidikan vokasi di Riau, dapat memberikan daya ungkit bagi pembangunan dan peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat Riau.
Sinergi tanpa henti dari para pemangku kepentingan meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, intitusi pendidikan vokasi, IDUKA, komunitas, media massa maupun stake holder lainnya harus terus dibina dan dikembangkan. Semoga, dengan pondasi yang kuat, program menara vokasi ini, benar-benar menjadi akselerator menuju pada vokasi kuat, menguatkan Indonesia, sebagaimana yang dicita-citakan.***
Penulis | : | Dr. Dadang Syarif Sihabudin Sahid, S.Si., M.Sc, Staf Pengajar Program Magister Terapan Teknik Komputer, Politeknik Caltex Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pendidikan, Cakap Rakyat, Riau |