Ilustrasi.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pasca Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI di Provinsi Papua berakhir, ternyata masih menyisakan persoalan di internal pengurus National Paralympic Committee (NPC) Riau.
Pasalnya, Pelatih Cabang Olahraga (Cabor) Menembak Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas), Mulyadi mengungkap adanya permintaan pemotongan bonus dari NPC Riau.
Hal ini diungkapkan Mulyadi saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Pekanbaru.
"Ya, setelah para atlet dan pelatih menerima bonus hasil dari Peparnas Papua, kami terutama saya diminta untuk menyisihkan uang kontribusi ke NPC. Selain itu, saya juga diminta untuk membagi bonus itu untuk asisten pelatih dan manager tim yang sudah mereka patok," ujar Mulyadi, Kamis (23/12/2021).
Adapun patokan potongan bonus yang diterima itu dikatakan Mulyadi sangat tidak rasional. "Jadi dari total bonus yang kami terima itu, 15 persen dipotong untuk dana kontribusi ke NPC katanya. Seterusnya 30 persen untuk asisten pelatih dan 35 persen itu manager, sisanya saya," cetus Mulyadi.
Menurutnya, permintaan pemotongan bonus tersebut sangat tidak proporsional. Mengingat selama 2 tahun belakangan dirinyalah yang menggembleng para atlet sampai meraih prestasi gemilang di Peparnas.
"Asisten pelatih itu bergabung ketika kita gelar pemusatan latihan jelang Peparnas, Manager bergabung saat Peparnas. Sementara para atlet ini saya latih sudah dua tahun lamanya. Saya korbankan tenaga dan materil untuk menjadikan para atlet ini. Begitu bonus keluar tiba-tiba saya diminta membagi sesuai hitungan NPC Riau. Kalau proporsional saya gak ada masalah, tapi kalau mereka mematok, saya gak mau," ucapnya.
Dikatakannya, pembagian yang ditetapkan NPC itu tidak tertulis. Pembagian itu hanya berdasar pada fakta integritas yang dibuat sebelum training center dimulai. Dalam fakta integritas itu tidak menyebutkan besaran angka ataupun persentase bonus yang akan diterima pelatih, manajer dan asisten pelatih.
"Saya sebagai pelatih masih bingung, bagaimana pembagian ini dasarnya. Hanya secara lisan saja tidak ada secara tulisan yang saya tanda tangani. Dan ini yang belum ada titik temu. Di fakta integritas memang kita tanda tangani, pelatih maupun atlet, namun tidak berbunyi berapa persen yang harus dibagikan," jelasnya.
Mulyadi mengaku, dirinya akan mengikuti aturan itu jika disampaikan di awal dan ada kesepakatan di awal, ada hitam di atas putih. Namun, pada kasus ini, Ia tidak menemukan hal itu.
"Makanya kita mempertanyakan apa dasarnya. Dan sampai saat ini kita masih keberatan, beberapa cabor pun masih merasa keberatan dalam hal ini. Kita juga sudah bicarakan dengan asisten dan manajer, namun tidak ada titik temu," ungkapnya.
"Kita pada umumnya, tergantung kesepakatan awal pelatihnya. Namun, di sini kita tidak ada kesepakatan awal, tapi tiba-tiba ada pembagian, dan dipatokkan pembagiannya segitu. Dipatokkan berapapun tidak masalah, tapi dari awal ada kesepakatan, diskusi. Mungkin itu yang perlu diperbaiki agar ke depan tidak ada lagi seperti ini," tambahnya.
Ia berharap, aturan yang dibuat NPC proporsional. Ia menilai, tugas yang diemban tidak seimbang dengan bonus yang diberikan, jika ada pembagian seperti ini.
Ketua NPC Riau Jaya Kusuma saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa pemotongan bonus pelatih itu sesuai dengan fakta integritas. Sebelum pelatih masuk, ada fakta integritas bermaterai yang ditandatangani pelatih.
"Sebelum dia (pelatih) masuk dia menandatangani fakta integritas, karena ada aturan NPC. Karena ini ada kesepakatannya, sebelum masuk NPC sudah dibilang, anda (pelatih) masuk NPC berarti siap mengikuti aturan," kata Jaya.
Dikatakannya, semua pelatih di NPC ada tanda tangan pakta integritas. "Semua pelatih ikut menandatangani pakta integritas. Dia tidak bisa masuk tanpa izin saya. Apa dia bisa masuk tanpa SK saya. Makanya ada pakta integritas, tidak boleh pakai kop surat, tapi menggunakan materai," ungkapnya.
Sementara dari penelusuran CAKAPLAH.com, setiap pelatih memang menandatangani pakta integritas. Namun, dalam dokumen tersebut, hanya tertera permintaan kesiapan para pelatih dalam memberikan kontribusi, tanpa menyebut dengan spesifik besaran kontribusi yang dimaksud.
Diketahui, pada Peparnas 2021 di Papua, atlet menembak NPC Riau berhasil meraih 1 medali emas, 2 perak dan 3 perunggu.
Dengan raihan medali tersebut, pelatih menembak NPC Riau Mulyadi mendapatkan bonus dari pemerintah provinsi sebesar Rp310 juta setelah dipotong pajak.
Penulis | : | Hadi |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Olahraga, Riau |